Kepuasan konsumen TINJAUAN PUSTAKA
36
Model kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
Gambar 5. Sumber: Fandi.Tjiptono 2004:350
Menurut Handi Irawan 2003 dalam Rina 2009:37, lima faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah:
a Kualitas Produk.
Konsumen atau pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
Beberapa dimensi yang berpengaruh dalam membentuk kualitas produk adalah performance, conformance, reliability, durability,
feature, dan lain. b
Kualitas Pelayanan. Komponen pembentuk kepuasan pelanggan ini terutama untuk
industri jasa. Pelanggan akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang
diharapkan. Dimensi kualitas ini meliputi lima dimensi yaitu reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangible.
c Faktor Emosional
Pemakaian konsumsi produk
Harapan akan kinerja kualitas produk
Respon emosional
Evaluasi terhadadap keadilan pertukaran
Atribusi penyebab kinerja produk
Kepuasanketidakpuasan pelanggan
Konfirmasidiskonfir masi harapan
Evaluasi kinerja kualitas produk
37 Konsumen yang merasa bangga dan mendapatkan keyakinan
bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu akan cenderung menpunyai tingkat
kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan bukan dari kualitas produk tersebut tetapi self esteem atau social value yang membuat pelanggan
menjadi puas terhadap merk tertentu. d
Harga. Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan
harga yang relatif murah akan memberikan nilai value yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
e Biaya dan Kemudahan.
Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau
jasa akan cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 2. Model konseptual kepuasan pelanggan.
Sejumlah teori dan model konseptual telah dikemukakan dan digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan. Diantaranya yaitu, Expected Discofirmation Model, Equity theory, Attribution theory, Experientially based affectife
felling, Assimilationcontrast theory, Opeenent procces theory serta model atesenden dan konsekuensi kepuasan pelanggan. F.Tjiptono 2004:356
a. Expected Discofirmation Model model dikonfrmasi harapan Mendifinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi yang
38 memberikan hasil dimana pengalaman yang dirasakan sama baiknya
sesuai dengan yang diharapkan, b. Equity theory model tradisional
Dikenal pula dengan istilah keadilan distributif literatur sosiologi. Berusaha
mengoprasionalisasikan prinsip
utama pertukaran
exchange. c.
Attribution theory Mengidentifikasikan proses yang dilakukan seseorang dalam
menentukan penyebab aksi atau tindakan dirinya, orang lain, dan objek tertentu. Teori atribusi menyatakan bahwa ada tiga tipe atrribusi
pelanggan terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak diharapkan. yakni service encounter yang tidak diharapkan. Ketiga dimensi
tersebut terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: 1
Causal attribution. Bila terjadi kesalahan, pelanggan segera menilai siapa yang
salah atau patut disalahkan, jika pelanggan menyimpulkan bahwa perusahaanlah yang salah, maka mereka akan sangat mungkin
merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila pelanggan membebankan sebagian
kesalahan kepada
diri mereka
sendiri, maka
ketidakpuasan mereka cenderung akan berkurang. Sebagai contoh, pelanggan yang keliru mengisi formulir klaim asuransi dan sangat
tidak puas dengan proses keterlambatan pemrosesan klaim tersebut akan berkurang rasa tidak puasnya, manakala ia menyadari bahwa
ia juga ikut bertanggung jawab atas keterlambatan tersebut.
39 2
Control attribution Pelanggan menilai apakah insiden ketidakpuasan berada dalam
kendali pemasar atau tidak. Sebagai contoh, penumpang pesawat akan cenderung akan sangat tidak puas terhadap keterlambatan
penerbangan bila mereka yakin bahwa penyebabnya adalah kelalaian pihak penyedia jasa dan bukan akibat gangguan cuaca
yang berada di luar kendali mereka. 3
Stability attribution Pelanggan akan menilai apakah kejadian ini akan terulang
kembali atau tidak. Jika pelanggan menilai bahwa insiden tersebut cenderung bisa terulang kembali, maka ketidakpuasanya bisa
tambah besar. d.
Experientially based affectife felling Pendekatan Experensial berpandangan bahwa tingkat kepuasan
pelanggan dipengaruhi perasaan positif dan negatif yang diassosiasikan pelanggan dengan barang atau jasa tertentu setelah pembelinya.
Dengan kata lain, selain pemahaman kognitif mengenai diskonfirmasi harapan, perasaan yang timbul dalam proses purna beli juga
mempengaruhi perasaan puas atau tidak puas. e.
Assimilation contrast theory Menurut teori ini, konsumen mungkin menerima penyimpangan
deviasi dari ekspetasinya dalam batas tertentu. Apabila produk atau jasa yang dibeli dan dikonsumsi tidak terlalu berbeda dengan apa yang
40 diharapkan pelanggan, maka kinerja produk atau jasa akan diasimilasi
atau diterima dan produk atau jasa bersangkutan akan dievaluasi secara positif dinilai memuaskan.
f. Opeenent procces theory
Teori ini berusaha menjelaskan mengapa pengalaman konsumen yang pada mulanya sangat memuaskan cenderung dievaluasi kurang
memuaskan pada kejadian berikutnya. Dasar pemikiranya adalah bahwa organisme akan beradaptasi dengan stimuli di lingkunganya,
sehingga stimuli berkurang intensitasnya sepanjang waktu. g. Model atesenden dan konsekuensi kepuasan pelanggan
Berdasarkan analisis terhadap 50 studi empiris terdiri atas 44 artikel publikasi dan 6 disertasi , Syznmanski dan Henard 2001
dalam Fandi. Tjiptono 2004:361 mengemukakan model antesenden dan konsekuensi kepuasan pelanggan. Atesenden kepuasan meliputi
1 ekspetasi
pelanggan sebagai
antisipasi kepuasan;
2 diskonfirmasi ekspetasi ekspektasi berperan sebagai pembanding
untuk kinerja; 3 kinerja performance; 4 affect dan 5 equity penilaian konsumen terhadap keadilan distributif, prosedural, dan
interaksional.
41