Soleha 2009 pada operator plant PT. X menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan terjadinya keluhan MSDs.
b. Jenis Kelamin
Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa
hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara
fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria. Astrand dan Rodahl 1977 menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua
per tiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian Betti’e, et al 1989 menunjukan
bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60 dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh
hasil penelitian Chiang et al, 1993, Bernard et al, 1994, Hales et al. 1994 dan Johanson 1994 yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara
pria dan wanita adalah 1:3. Dari uraian tersebut diatas, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas Tarwaka, et al. 2004.
c. Kebiasaan Merokok
Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan Tarwaka, et al, 2004. Pengaruh kebiasaan
merokok ini masih diperdebatkan, namun beberapa penelitian menunjukan bahwa perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah punggung
daripada bukan perokok. Efeknya adalah hubungan dosis dan lebih kuat dari
pada yang diharapkan dari efek batuk. Risiko meningkat sekitar 20 untuk setiap 10 batang rokok perhari Pheasant, 1991.
Hubungan merokok dengan keluhan MSDs disebabkan karena batuk yang meningkatkan tekanan pada perut dan menimbulkan ketegangan pada tulang
belakang atau punggung Deyo and Bass 1989; Frymoyer at al. 1980; Troup at al. 1987 dalam Bernard, 1997.
Penelitian yang dilakukan Ariani 2009 pada tukang angkut barang di Stasiun Jatinegara Jakarta dan penelitian yang dilakukan Soleha 2009 pada
operator Cant Plan PT X menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs.
d. Kekuatan Fisik
Kekuatankemampuan kerja fisik Tarwaka, et al, 2004 adalah suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu
yang memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik untuk pekerjaan yang
memerlukan kekuatan sampai beberapa jam untuk waktu yang memerlukan ketahanan.
Beberapa hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan, namun penelitian lainnya menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
kekuatan fisik denga keluhan otot skeletal. Chaffin and Park 1973 yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya peningkatan keluhan punggung
yang tajam pada pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Bagi pekerja yang kekuatan ototnya
rendah, resiko terjadinya keluhan tiga kali lipat dari yang mempunyai kekuatan tinggi. Sementara itu Betti’e, et al 1990 menentukan bahwa pekerja yang sudah
mempunyai keluhan pinggang mampu melakukan pekerjaan seperti pekerja lainnya yang belum memiliki keluhan pinggang.
e. Masa Kerja