BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Terdapat beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini, yaitu : 1.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dan hanya menjelaskan hubungan
keterkaitan. Meskipun demikian, desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu dan biaya.
2. Pada penelitian ini tidak memasukan variabel lingkungan, karena seluruh
responden bekerja di ruangan terbuka. Namun demikian, pengukuran suhu lingkungan tetap dilakukan untuk mengetahui tingkat paparan yang ada di lokasi
pengangkutan. 3.
Hasil kuesioner sangat dipengaruhi tingkat kejujuran dan tingkat persepsi keluhan, sehingga gambaran karakteristik individu dan gambaran keluhan MSDs
yang diperoleh tergantung dari tingkat kejujuran dan persepsi keluhan yang dirasakan responden.
4. Pengambilan gambar untuk mengukur tingkat risiko pekerjaan tidak dari segala
arah dan tidak pada setiap kegiatan, tetapi hanya pada arah dan pada kegiatan yang diperlukan saja.
B. Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs
Musculoskeletal Disorders MSDs adalah kelainan yang disebabkan
penumpukan cidera atau kerusakan-kerusakan kecil pada sistem muskuloskeletal akibat trauma berulang yang setiap kalinya tidak bisa sembuh secara sempurna,
sehingga membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit Humantech, 1995. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian
otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai yang sangat fatal Tarwaka et al, 2004.
Hasil penelitian yang dilakukan pada tukang angkut beban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak - Banten, diperoleh hasil bahwa terdapat
38 orang 79.2 dari 48 pekerja yang merasakan keluhan MSDs. Berdasarkan hasil Nordic Body Map
NBM diketahui terdapat 5 lima bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan pekerja yaitu bagian bahu, punggung, pinggang, betis dan leher.
Namun demikian berdasarkan tingkat keparahan, seluruh pekerja yang mengalami keluhan 38 orang mengaku bahwa keluhan tersebut termasuk ke dalam kategori
sedang dan masih bisa melakukan pekerjaan setelah diberikan waktu istirahat. Tarwaka, et al 2004 menguraikan bahwa MSDs bukanlah merupakan
diagnosis klinis tapi merupakan label untuk persepsi rasa sakit atau nyeri pada sistem muskuloskeletal, sehingga keluhan MSDs yang dialami pekerja tukang angkut sangat
bergantung pada persepsi rasa sakit yang dialaminya. Vander Zanden 1988 dalam Smet 1994 berpendapat bahwa diantara 9 dari 10 orang menganggap dirinya ada
dalam kondisi kesehatan yang baik, akan tetapi pada kenyataannya terdapat 1 dari 4 orang menderita penyakit kronis. Hal ini menimbulkan asumsi penulis, bahwa masih
ada kemungkinan dari responden lain yang sebenarnya mengalami gangguan tapi tidak mengaku merasakan adanya keluhan MSDs. Selain itu pada pekerja yang
merasakan keluhan MSDs dimana seluruhnya mengaku berada pada tingkat keluhan dengan kategori sedang, ada kemungkinan bahwa pada kenyataannya keluhan yang
dirasakan termasuk ke dalam kategori keluhan yang cukup parah tidak mampu melakukan pekerjaan. Namun, karena adanya kebutuhan ekonomi yang menuntut
untuk tetap bekerja, pada akhirnya keluhan yang dirasakan dianggap merupakan keadaan yang biasa. Dengan demikian, keluhan yang dirasakan oleh responden pada
saat dilakukan penelitian sangat bergantung pada tingkat kejujuran dan tingkat persepsi keluhan yang dirasakannya.
Para ahli berpendapat bahwa MSDs terjadi sebagai akibat dari kombinasi berbagai faktor yaitu pekerjaan, pekerja dan lingkungan. Namun pada penelitian ini,
faktor lingkungan tidak dimasukan ke dalam analisis karena seluruh pekerja bekerja di ruangan terbuka. Disamping itu, faktor lingkungan yang terdiri dari vibrasigetaran
dan mikroiklimat di lokasi pengangkutan diyakini tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap terjadinya keluhan MSDs. Di lokasi pengangkutan tidak ditemukan getaran
yang berisiko, demikian halnya paparan suhu di lokasi pengangkutan yang berkisar antara 25,6
˚C – 27,1 ˚C adalah termasuk suhu normal. Karena menurut Tarwaka, et al 2004, paparan suhu berlebihanlah baik dingin maupun panas yang dapat
menurunkan kelincahan, kekuatan dan kepekaan pekerja sehingga gerakan menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot.
Cohen, et al 1997 mengungkapkan bahwa gangguan penyakit atau cidera pada sistem MSDs hampir tidak pernah terjadi secara langsung akan tetapi lebih
merupakan suatu akumulasi dari benturan kecil maupun besar secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Dengan demikian, adanya keluhan yang
dirasakan oleh tukang angkut, tentu bukan hanya disebabkan karena pekerjaan yang sekarang saja melainkan juga karena pekerjaan sebelumnya yang kegiatannya bersifat
manual yang memiliki peranan penting untuk menimbulkan MSDs. Manual Handling
adalah setiap kegiatan yang membutuhkan penggunaan tenaga yang dikeluarkan oleh seseorang untuk mengangkat, menurunkan, mendorong,
menarik, membawa, memindahkan, memegang atau menahan benda hidup atau benda mati OSHA, 2000. Jika hal tersebut berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang
lama, bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain Suma’mur, 1989.
Pada kegiatan pengangkutan beban di lokasi pertambangan, aktifitas kerjanya bersifat manual handling sehingga setiap tahapan kegiatan sepenuhnya memerlukan
kemampuan fisik pekerja. Bagian-bagian tubuh yang paling banyak dilibatkan dalam pengangkutan yaitu bahu, leher, lengan, punggung dan kaki dimana bagian-bagian
tubuh tersebut adalah bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan pekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Bernard 1997, aktifitas manual memiliki peranan penting
berkontribusi terhadap MSDs serta menimbulkan gangguan pada leher, punggung dan bahu.
Adanya responden yang tidak mengalami keluhan MSDs pada saat dilakukan penelitian karena berdasarkan hasil wawancara, responden mengaku sudah bisa
beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungannya. Namun demikian, saran yang bisa dijadikan pertimbangan untuk meminimalisir terjadinya keluhan MSDs tersebut, bagi
pengusaha sebaiknya agar secepatnya memberlakukan sistem perorganisasian kerja, seperti mengatur waktu kerja dan waktu istirahat yang seimbang yang diperlukan
untuk memelihara kesetimbangan energi dan pemulihan kemampuan pekerja, sehingga dapat mencegah paparan risiko yang berlebihan.
C. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs