Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
231,85 226,88
0.05 1,0219
1,677 Homogen
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis Penelitian
a.  Ho: Tidak ada perbedaan sikap asertif siswa antara yang diajar menggunakan metode  active  learning  dengan  yang  diajar  menggunakan  metode
konvensional. b.  Ha:   Ada  perbedaan  sikap  asertif  siswa  antara  yang  diajar  menggunakan
metode  active  learning  dengan  yang  diajar  menggunakan  metode konvensional.
Setelah didapat bahwa  kedua  kelompok  berdistribusi  normal  dan  homogen, selanjutnya  dilakukan  pengujian  hipotesis  menggunakan  uji-t  dengan
α
=  0,05 yaitu  untuk  menguji  H
o
.  Hasil  perhitungan  dapat  dilihat  pada  tabel  IV.  9. berikut:
Tabel IV. 9. Hasil Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok X
Varians S
total
t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
Eksperimen 134,07
239,92 Kontrol
127,57 200,38
14,83 2,00754  1,99266
Tolak Ho
Untuk  nilai  rata-rata  kelompok  eksperimen
E
X sebesar  134,07 dan  rata-
rata  kelompok  kontrol
K
X   sebesar  127,57.  Kemudian  varians  kelompok eksperimen
2 E
S   sebesar  239,92  dan  varians  kelompok  kontrol
2 K
S   sebesar
200,38. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan t-test, didapat nilai t
hitung
= 2,00754. Untuk nilai t
tabel
dengan derajat kebebasan sebesar 82 dan α =
0.05.  Karena  tidak  terdapat  dalam  tabel  maka  dilakukan  dengan  interpolasi, sehingga didapat nilai t
tabel
= 1,992667. Berdasarkan  kriteria  pengujian,  nilai  t
hitung
t
tabel
yaitu 2,00754  1,99266
dengan  demikian  berarti  Ho  ditolak  dan  Ha  diterima.  Dapat  dikatakan  ada
pengaruh  yang  positif  dan  signifikan  dalam  penggunaan  metode  pembelajaran active learning
terhadap sikap asertif siswa.
2. Pembahasan Penelitian
Dari  hasil  perhitungan  uji  hipotesis  dengan  uji-t  diperoleh  bahwa  ada pengaruh yang positif dan signifikan dalam penggunaan metode  active learning
dalam pembelajaran matematika terhadap sikap asertif siswa. Perbedaan tersebut terlihat  dari  nilai  rata-rata  skor  sikap  asertif  siswa  kelompok  eksperimen  dan
rata-rata  skor  sikap  asertif  siswa  kelompok  kontrol  pada  materi  bangun  ruang sisi  lengkung.  Perbedaan  tersebut  juga  terlihat  dari  rata-rata  prestasi  belajar
siswa kelompok eksperimen yang lebih besar dari rata-rata prestasi belajar siswa kelompok kontrol. Hal ini berarti bahwa kelompok eksperimen mempunyai rata-
rata skor akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan  demikian  penggunaan  metode  active  learning  dalam  pembelajaran
matematika dapat menumbuhkan sikap asertif siswa. Seperti yang dikemukakan oleh  Br.  Theo  Riyanto  FIC  2009  bahwa  untuk  mengembangkan  aspek
pengetahuan,  perasaan,  sikap  dan  keterampilan,  minat  dan  kecerdasan diperlukan  metode  pembelajaran  aktif  active  learning,  pembelajaran  yang
mempesona attractive learning dan pembelajaran yang menyenangkan joyfull learning
. Sejalan  dengan  pendapat  di  atas,  seperti  yang  dikemukakan  Putu  Yasa,  I
Ketut  Arya,  dan  Wayan  Suhartayasa  2006  mengatakan  bahwa  siswa  harus dibiasakan  untuk  mengikuti  pembelajaran  dengan  cara-cara  inovatif  yang  lebih
banyak melibatkan siswa secara aktif, dimana mereka diberi kesempatan untuk menggali informasi dan menyampaikannya kepada kelompok lain. Semuanya ini
diterapkan dalam pembelajaran active learning.
Goleman  juga  berpendapat  bahwa  IQ  hanya  mendukung  sekitar  20  persen dari  faktor  keberhasilan  seseorang,  sedangkan  sisanya  berasal  dari  faktor  lain,
termasuk kecerdasan emosional. Hal  tersebut  didukung  oleh  hasil  pengamatan  selama  berlangsungnya
pembelajaran. Data  yang didapat dari pengamatan  langsung diantaranya  adalah dalam  pembelajaran  active  learning,  setiap  siswa  memiliki  tanggung  jawab
terhadap anggota kelompok yang lain untuk menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Selain itu, siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran
matematika  dengan  menggunakan  metode active  learning berani  bertanya  baik kepada  teman  maupun  kepada  guru.  Suasana  pembelajaran  menjadi  lebih
kondusif dan efektif. Masih berdasarkan pengamatan penulis  juga, dalam tahap diskusi di kelas siswa menjadi berani atau terlatih untuk mengeluarkan pendapat
dan dapat berkomentar mengenai jawaban dengan alasan yang meyakinkan. Orang  tua  juga  memiliki  peran  dalam  menumbuhkan  sikap  asertif  siswa  di
rumah.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  subyek  penelitian berasal  dari  keluarga  menengah  ke  atas.  Siswa  yang  berasal  dari  keluarga
menengah  ke  atas  memiliki  sikap  asertif  yang  lebih  tinggi  dari  siswa  yang berasal dari keluarga menengah ke atas. Karena fasilitas dalam belajar terpenuhi.
Selain  itu  dari  hasil  penelitian  juga  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar orang  tua  ibu  siswa  tidak  bekerja  atau  menjadi  ibu  rumah  tangga.  Hal  ini
menunjukkan  bahwa  adanyan  kecenderungan  orang  tua  memiliki  waktu  luang untuk  keluarganya  sehingga  dapat  menciptakan  suatu  kegiatan  yang  melatih
anak  untuk  menumbuhkan  sikap  asertifnya.  Salah  satu  contohnya,  mereka dilibatkan  dalam  memecahkan  suatu  masalah  keluarga.  Menurut  S.  C.  Utami
Munandar  1992,  kegiatan  tersebut  bermanfaat  untuk  membantu  anggota- anggota  keluarga  dalam  memecahkan  masalah  sehari-hari,  baik  masalah
keluarga, sekolah maupun masalah pribadi. Selain  itu juga dapat dilihat dari segi taraf pendidikan orang tua. Orang tua
yang berpendidikan tentu akan memperhatikan pendidikan anaknya. S. C. Utami Munandar  2002  mengemukakan  bahwa  makin  tinggi  pendidikan  orang  tua,
maka makin baik prestasi anak.
Dari  uraian  di  atas  mengenai  metode  pembelajaran  active  learning  sudah selayaknya menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam proses belajar
dan  pembelajaran  matematika  karena  keunggulan  yang  dimilikinya.  Sehingga dapat  meningkatkan  kualitas  pembelajaran  sekaligus  meningkatkan  prestasi
belajar siswa.
D. Keterbatasan Penelitian