Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

F. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dianalisis secara kualitatif artinya data tersebut digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan 1 . Sedangkan data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif artinya data-data tersebut terwujud angka-angka dan hasil penghitungan atau pengukuran dan kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif. Data-data yang dikumpulkan lalu didestribusikan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik sederhana. Adapun rumus yang digunakan dalam mencari persentase adalah: 100 x N F P  Keterangan: P = Persentase Tiap Jawaban F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden Data-data yang terdapat dari stiap item pertanyaan dibuat dalam tabel yang didalamnya langsung dibuat frekuensi dan persentase kemudian penulis menganalisis dan mengintreprestasikan data tersbut. Dalam menetapkan ada atau tidaknya peranan majelis t a’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga penulis menentukan kreteria data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai angket, yaitu 1 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet ke-10, h. 245 Tabel III Skala Penilaian Persentase No Persentase Penafsiran 1 Tidak Ada 2 1-16 Sedikit 3 17-33 Sebagian Kecil 4 34-49 Hampir Setengah 5 50 Setengah 6 51-67 Lebih dari Setengah 7 68-84 Sebagian Besar 8 85-99 Hampir Seluruhnya 9 100 Seluruhnya 41 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan

Cibuaya Majelis t a’lim al-Huda adalah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam al-Faridiyah Cibuaya yang didirikan pada tahun 1964. Yayasan al-Faridiyah ini diambil dari nama pendirinya yaitu K.H. Ahmad Faridi. Beliau datang ke Desa Cibuaya pada tahun 1956. Beliau berasal dari Serang Jamblan Cirebon Jawa Barat dan menetap tinggal di Desa Cibuaya. K.H. Ahmad Faridi bin Tahir seorang ulama tauhid berpaham A hlussunah Wal Jama’ah, moderat dan beliau kurang simpati terhadap ibadah dan amaliyah yang jelas-jelas membawa kemusyrikan, seperti berdzikir dengan mengharap sesuatu agar keinginannya tercapai, berziarah kerena ingin memperoleh kek ayaan, sasajen setiap malam jum’at, percaya kepada cincin yang bentuknya batu-batuan dan sebagainya, yang berkembang di masyrakat Desa Cibuaya pada saat itu. K.H. Ahmad Faridi tokoh pendidik kharismatik, pelopor dan pendiri pendidikan non formal di Desa Cibuaya. Menghimpun masyarakat dari semua kalangan dalam sebuah pengajian- pengajian rutin yang sekarang bernama majelis t a’lim, pelaksanaannya terpisah antara kelompok wanita dan bapak-bapak. Dinamika kehidupan di Desa Cibuaya dalam pendidikan dulu masih diwarnai oleh faham peodal kolonial yang masih melekat erat di masyarakat cibuaya, sehingga Sekolah Rakyat SR