Tujuan Majelis Talim Peranan Majelis Ta’lim

tidak boleh dijalankan sebagai sebuah aktivitas rutin belajar-mengajar tanpa arah dan tujuan yang jelas Jika dilihat dari segi strategi pembinaan umat, maka dapat dikatakan bahwa majelis-majelis talim itu adalah merupakan wadah atau wahana dakwah Islamiyah. Sebagai institusi keagamaan Islam, sistem majelis talim melekat pada agama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, majelis ta’lim merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah dan tabligh yang wajib dilaksanakan sesuai perintah agama secara teratur dan periodik. Maka itu secara strategis majelis-majelis talim itu adalah menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan meningkatkan kualitas umat Islam tuntunan ajaran agama. Untuk menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya yang kontektual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka. Untuk tujuan itu pemimpinnya harus berperan sebagai petunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islam yang membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah di buminya sendiri, dalam hal ini bagi umat Islam Indonesia adalah bumi Indonesia yang sedang membangun. Jadi peranan secara fungsional majelis talim adalah mengkokohkan landasan hidup manusia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara lahiriah dan batiniahnya, duniawiah dah ukhrawiah bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. 9 Berkenaan dengan hal-hal tersebut, peranan majelis talim tidak terlepas dari kedudukannya sebagi alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama. Usaha pembinaan masyarakat dalam bidang agama harus memperhatikan sistem pendekatan antara lain : 9 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum Jakarta: Bumi Aksara, 1991 , h. 120 a. Pendekatan psikologis yang menuntut kepada pemahaman terhadap kecendrungan dan tingkat kemampuan pemahaman jamaah untuk menyerap materi pengajian. Nabi memerintahkan agar berbicara kepada audiens berdasarkan atas kemampuan berpikir mereka. b. Pendekatan sosial menghendaki agar kita dapat membawa suasana kejiwaan peserta pengajian atau jamaah kearah sikap komunikatif dan interaktif dengan lingkungan sosial yang positif di sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan ketegangan atau benturan dengan realitas lingkungannya. c. Pendekatan relegius menuntut kepada kita untuk mampu menguak dan menginterprestasikan ajaran agama yang menimbulkan suasana keagamaan dalam majelis t a’lim serta dapat di terapkan dalam pribadi jamaah. d. Pendekatan saintifik menuntut kita untuk mampu menganalisa dan mentafsirkan ayat-ayat ataupun al-hadits yang relevan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan. e. Pendekatan pembangunan manuntut kita untuk menggali sumber motivasi dari dalam ajaran agama yang dapat memberikan gairah dan semangat membangun, justru posisi dan fungsi umat Islam sebagai manusia ciptaan Allah adalah menjadi khalifah di muka bumi yang harus menggali, mengelolah dan memanfaatkan kekayaannya bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya.                   “Dan yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha PenyayangQ.S. Ar-Rahman:33