Peranan Majelis Talim Peranan Majelis Ta’lim

a. Pendekatan psikologis yang menuntut kepada pemahaman terhadap kecendrungan dan tingkat kemampuan pemahaman jamaah untuk menyerap materi pengajian. Nabi memerintahkan agar berbicara kepada audiens berdasarkan atas kemampuan berpikir mereka. b. Pendekatan sosial menghendaki agar kita dapat membawa suasana kejiwaan peserta pengajian atau jamaah kearah sikap komunikatif dan interaktif dengan lingkungan sosial yang positif di sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan ketegangan atau benturan dengan realitas lingkungannya. c. Pendekatan relegius menuntut kepada kita untuk mampu menguak dan menginterprestasikan ajaran agama yang menimbulkan suasana keagamaan dalam majelis t a’lim serta dapat di terapkan dalam pribadi jamaah. d. Pendekatan saintifik menuntut kita untuk mampu menganalisa dan mentafsirkan ayat-ayat ataupun al-hadits yang relevan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan. e. Pendekatan pembangunan manuntut kita untuk menggali sumber motivasi dari dalam ajaran agama yang dapat memberikan gairah dan semangat membangun, justru posisi dan fungsi umat Islam sebagai manusia ciptaan Allah adalah menjadi khalifah di muka bumi yang harus menggali, mengelolah dan memanfaatkan kekayaannya bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya.                   “Dan yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha PenyayangQ.S. Ar-Rahman:33 f. Pendekatan security Keamanan dan prosperty Kemakmuran mengharuskan kita untuk menggelarkan ajaran agama dari sudut kemanfaatan untuk hidup rukun, bersatu pada sebagai satu bangsa, satu tanah air yang berketahanan mental dan nasional, berwawasan bangsa cinta kepada pola hidup sederhana dan mandiri. Dalam Islam ditemukan ajaran yang mengajak kepada sikap yang demikian, antara lain ajakan kepada hidup berukhuwah Islamiyah, berlomba dalam kebaikan, bertaaruf antara suku-suku, bekerja keras untuk dunianya dan sebagainya.                        Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan. Di mana saja kamu ada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu .Q.S. al An’am: 165. . 10 Demikianlah beberapa sistem pendekatan untuk diterapkan oleh para Mubaligh dalam majelis talim yang menurut pendapat penulis dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan nasional

5. Pentingnya Majelis Talim bagi Ibu-ibu Rumah Tangga

Peranan majelis talim di tengah-tengah masyarakat sekarang ini sangatlah penting dalam membina Hablum Minallah, Hablum Minna Nas dan Hablum Minal Alam. Sebab melalui majelis talim ini sekaligus sebagai media penyampai gagasan modernisasi yang bermanfaat bagi pembangunan umat. Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang lebih bertaqwa kepada Allah. 10 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum......, h. 124 Keberadaan majelis talim ditengah-tengah masyarakat merupakan wadah bersilaturrahmi ibu-ibu rumah tangga. Sifat dari pengajaran dalam majelis talim haruslah berupa pembentukan perilaku, tidak hanya bersifat transfer knowledge . Untuk itu, ilmu harus diberikan untuk membentuk amal perbuatan, dan bukan sekedar informasi. Jadi, pemberian ilmu di majelis talim tidak cukup sekedar mengajarkan hukum, tapi juga menumbuhkan motivasi atau dorongan dari aqidah, untuk menjalankan hukum tersebut seberat apapun. Kita sangat berharap dari pengelolaan majelis talim seperti gambaran diatas, akan membentuk ibu-ibu rumah tangga yang berkualitas, yang akan melahirkan dan mendidik anak-anak menjadi generasi yang berkualitas, yakni yang tidak hanya cerdas tetapi peduli terhadap Islam dan kaum muslim. 11 Jadi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa majelis talim sebagai lembaga pendidikan agama non formal, merupakan wadah bagi penerapan konsep pendidikan minal mahdi Ila lahdi yaitu pendidikan seumur hidup dan merupakan sarana bagi pembangunan gagasan berwawasan Islam.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membicarakan pengertian Pendidikan Agama Islam, maka perlu mengetahui pengertian pendidikan terlebih dahulu. Menurut Ahmadi dalam bukunya Sejarah Pendidikan, disebutkan bahwa “Pendidikan adalah semua kegiatan orang dewasa yang mempunyai nilai bagi anak.” 12 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa “ Pendidikan 11 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum......., h 135 12 Ahmadi, Sejarah pendidikan, Bandung:CV Pustaka Setia, 1999, h.9 ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.” 13 Jadi pada dasarnya pendidikan dalam pengertian tersebut di atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pergaulan yang dimaksud adalah pergaulan yang dapat menolong anak menjadi orang yang dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. 14 Zuhairini juga menyatakan, bahwa pendidikan adalah: suatu bimbingan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama”. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan yang dilakukan pendidikan untuk mengolah sikap dan perilaku anak didik menuju kedewasaan dan kemandirian agar terbentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan akidah dan nilai- nilai budaya. Memang sudah disepakati oleh semua orang bahwa masalah pendidikan adalah masalah yang paling pokok untuk kemajuan manusia, Allah pun menyatakan, bahwa manusia yang tidak terdidik akan sama keadaannya dengan hewan, bahkan lebih jelek lagi. QS. Al Anfal : 22 dan QS. Al A’raf : 179 .            Artinya: “Sesungguhnya binatang makhluk yang seburuk- buruknya pada sisi Allah ialah, orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa- apapun”. 13 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h.7 14 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, h.5