Konsep Rumah tangga Dalam Islam

membesarkan dan mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika menempatkan masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak tidak bisa memenuhi amanah tersebut. Menurut Konsep Islam, pembentukan keluarga dilakukan lembaga pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik. Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia, manusia dapat menempuh dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam, bekal utama yang harus dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman yang kokoh, akhlak yang mulia, dan ketakwaan yang tinggi. 35 Ciri-ciri Keluarga Islam Keluarga yang islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam. 2 Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus sebagai istri. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti jika ditambahi anak-anak. 3 Dalam keluarga Islami, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam. 4 Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan status dan kedudukannya, menurut ajaran Islam. Tujuan pembentukan keluarga Islami ialah kebahagiaan dan 35 Ibrahim Husen, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pustaka Antara PT Anggota IKAPI, 1996, h. 46 ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Jadi, rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan adab-adab Islam, baik yang menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Rumah tangga Islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat sakinah, mawadah dan warahmah perasaan cinta dan kasih sayang. Perasaan itu senantiiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana surga di dalamnya. Inilah ciri khas rumah tangga Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkidhmat pada aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada Allah. 36 Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islam itu mutiara- mutiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh memelihara syariat yang mengatur soal akad nikah perkawinan menurut Islam itu, karena betul-betul tidak ada cacat celanya, jauh dari perbuatan sia-sia, mengukuhkan hubungan kasih sayang dan keterangan jiwa suami istri dalam rumah tangga itu. Inilah salah satu tanda kesempurnaan kudrat Tuhan 37 36 Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islam, Jakarta: Intermedia, h. 21 37 Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Etika Dalam Rumah Tangga, Surabaya: PT Bungkul Indah, h. 8

4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Ibu-ibu Rumah Tangga

Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting. Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan : Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka . Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir. Manusia diciptakan mempunyai sifat mencintai anaknya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al- Khahfi ayat 46:                Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. QS. al- Kahfi:46 Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa telah datang kepada Aisyah seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil. Aisyah memberikan tiga potong kurma kepada wanita itu. Diberilah oleh anak- anaknya masing-masing satu, dan yang satu lagi untuknya. Kedua kurma itu dimakan anaknya sampai habis, lalu mereka menoreh kearah ibunya. Sang ibu membelah kurma bagiannya menjadi dua, dan diberikannya masing-masing sebelah kepada kedua anaknya. Tiba-tiba Nabi Muhammad SAW datang, lalu diberitahu oleh Aisyah tentang hal itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apakah yang mengherankanmu dari kejadian itu, sesungguhnya Allah telah mengasihinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya ”. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di dalam keluarga. Dikatakan utama karena pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya. Para ahli sependapat bahwa betapa pentingnya pendidikan keluarga ini. Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang terjadi dalam pendidikan keluarga, membawa pengaruh terhadap lingkungan pendidikan selanjutnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Tujuan dalam pendidikan keluarga atau rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan yaitu jasmani, akal dan rohani yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak. Ingatlah selalu kepada apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah hadistnya: Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapaknyalah yang menasranikan atau menyahudikan atau memajusikannya. H.R. Bukhari Muslim. Dari hadist nabi tersebut tergambarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik. 38 Jadi penulis berkesimpulan yakni seorang ibu didalam rumah tangga harus mampu menempatkan diri sebagai seorang perempuan, termasuk menempatkan diri dalam pola berpikir. Artinya, harus menjaga keutuhan rumah tangga melalui menjungjung tinggi kejujuran suami istri, melalui penerapan yang dipenuhi kasih sayang. 38 Syashminan Zaini, Membina Kebahagiaan Dalam Rumah Tangga …….,h. 33 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian Untuk mendapatkan data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini adalah majelis talim al-Huda yang berlokasi di Desa Cibuaya Dusun I Rt. 05 Rw 02, Kelurahan Cibuaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. 2. Waktu Penelitian Sesuai rencana yang penulis susun dari hasil konfirmasi kepada pihak majelis talim al-Huda yaitu mulai awal bulan September sanpai akhir bulan Oktober 2010. Penelitian ini dilakukan di majelis talim al- Huda di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kelurahan Cibuaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang.

B. Variabel Penelitian

Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Dalam metodologi penelitian, variabel yang dimaksud adalah segala sesuatu yang