Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

40 “Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience”. 26 Senada dengan yang dikemukakan oleh Cronbach di atas itu ialah pendapat McGeoh dalam Skinner, 1958:109. 27 “Learning is a change in performance as a result of practice.” Hilgard dalam Sumadi Suryabrata, mengatakan: “Learning is the process by which an activity originales or is changed through training procedures wether in the laboratory or in the natural environment as distinguished from change by factors not attributable to training .” 28 Hamalik dalam Syafarudin dan Irwan nasution, mengemukakan: “Proses pendidikan sebagai proses untuk mengubah tingkah laku dan sikap sesuai dengan tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor merupakan komponen yang sangat penting dalam pola sistem pendidikan.” 29 Definisi-definsi yang telah dikemukakan di atas memberikan kesimpulan pokok tentang belajar, yakni sebagai berikut: a. Bahwa belajar itu membawa perubahan dalam arti behavioural changes, aktual maupun potensial b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

2. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancangmendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap 26 Sumadi Suryasubrata, Psikolgi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 231 27 Ibid.231 28 Drs. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 231-232 29 Syafarudin dan Irwan, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, h. 104 41 proses belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran tujuan instruksional, sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-mengajar. Peristiwa belajar-mengajar adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa pendapat yang melihat proses belajar. Dari semua pendapat tersebut dapat dibagi menjadi tiga sudut pandang, yakni a melihat belajar sebagai proses, b melihat belajar sebagai hasil, c melihat belajar sebagai fungsi. Ketiga cara tentang ini perlu bagi guru, karena tugas guru adalah membinamembimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa, agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya. Dalam uraian ini peristiwa belajar akan dipandang dari segi hasil. Howard Kingsley Sudjana, 2004 membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. 30 Sedangkan Gagne Sudjana,2004 mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni a verbal information, b intelektual skill, c cognitive strategy, d Attitude, dan e motoric skill. Sementara Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan bukan dipisahkan menjadi tiga bidang, yakni a bidang kognitif, b afektif, dan c bidang psikomotor. 31 Dalam tulisan ini, hanya akan dibahas tipe hasil belajar menurut Gagne dan Benyamin Bloom. Sekalipun dalam sistem pendidikan kita menganut teori yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom, namun ada baiknya dikemukakan pendapat Gagne sebagai bahan 30 Nana Sudjana, ”Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004 h.45. 31 Ibid, h. 45-46 42 perbandingan, sekaligus dapat memperkaya pembaca, sebab pendapat keduanya banyak persamaannya. 1. Bentuk Perbuatan Belajar Gagne berpendapat, bahwa belajar dapat dilihat dari segi proses dan dapat pula dilihat dari segi hasil. Dari segi proses, menurut Gagne ada delapan tipe perbuatan belajar, yakni: 32 a Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang. b Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan. c Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung- hubungkan gejalafaktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian yang berarti. d Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya. e Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya. f Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. g Belajar kaidah atau belajar prinsip yaitu menghubung- hubungkan beberapa konsep. h Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan. Kedelapan tipe di atas, disusun mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari proses, seperti dikemukakan di atas memberi petunjuk bagaimana belajar itu dilakukan, atau 32 Nana Sudjana, ”Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004, h. 46-47 43 bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Bukan pada petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa. Sedangkan belajar yang berkenaan dengan hasil, dalam pengertian banyak hubungannya dengan tujuan pengajaran, Gagne mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, yakni a Belajar kemahiran intelektual kognitif Dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi, yakni belajar kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dan ciri-ciri objek tersebut seperti bentuknya, ukuran, warna, dan lain-lain. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan, dan pendidikannya. b. Belajar informasi verbal Pada umumnya belajar, berlangsung melalui informasi verbal, apalagi belajar di sekolah, seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan, menyatakan pendapat dalam bahasa lisantulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari setiap katakalimat dan lain-lain. c. Belajar mengatur kegiatan intelektual Tipe belajar ini menekankan aplikasi kognitif dalam memecahkan persoalan. Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yakni prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir dalam pemecahan masalah problem solving. Prinsip pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual seperti belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Kemahiran intelektual tersebut, pada gilirannya akan membentuk satu kemampuan intelektual yang lebih tinggi, yakni langkah-langkah berpikir dalam pemecahan masalah. 44 Dengan kata lain, kemampuan memecahkan masalah merupakan aspek kognitif tingkat tinggi. d. Belajar sikap Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu apakah berarti atau tidak bagi dirinya. Itulah sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan, dan perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku predisposisi. Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar. e. Belajar keterampilan motorik Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan badan, sehingga memiliki rangkaian gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. Misalnya belajar melakukan eksperimen dalam IPA. Belajar motorik memerlukan kemahiran intelektual dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan semata-mata hanya gerakan anggota badan, tetapi juga memerlukan pemahaman dan penguasaan akan prosedur yang harus dilakukan. 2. Tipe Hasil Belajar Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif penguasaan intelektual, bidang afektif berhubungan dengan sikap dan nilai, serta bidang psikomotor kemampuanketerampilan bertindakberperilaku. Ketiga aspek ini tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar : : 1. Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif 45 Adapun tingkatan belajat tipe bidang kognitif, meliputi : a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan knowledge Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata ‘knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain. b. Tipe hasil belajar pemahaman comprehension Tipe hasil belajar ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu diperlukan hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, kedua pemahaman penafsiran, dan ketiga pemahaman ekstrapolasi kesanggupan melihat di balik yang tertulis, tersirat, dan tersurat. c. Tipe hasil belajar penerapan aplikasi Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Dengan perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental. d. Tipe hasil belajar analisis Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas kesatuan yang utuh menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatanhirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang 46 kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. e. Tipe hasil belajar sintesis Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Pada berpikir sintesis adalah berpikir divergen sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergen. f. Tipe hasil belajar evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. 2. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkat yang sederhanadasar sampai tingkatan yang kompleks. 33 a. Receivingattending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan stimulasi dari luar yang datang pada diri siswa. b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus tadi. 33 Nana Sudjana, ”Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004, 47-49 47 c. Valuing penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan skill, kemampuan bertindak individu seseorang. Ada 6 tingkatan keterampilan, yakni : a. Gerakan refleks keterampilan pada gerakan yang tidak sadar. b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. c. Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks. f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. 34

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar Siswa