xviii
5.13 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden
Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
5.14 Distribusi Frekuensi Status Merokok Dengan Tingkat
Pengetahuan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nikotin Dependen di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 76
5.15 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nikotin Dependen
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 77
5.16 Distribusi Frekuensi Nikotin Dependen Responden
Berdasarkan Kategori Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
5.17 Distribusi Frekuensi Nikotin Dependen Responden
Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Izin penelitian dan pengambilan data Lampiran 2. Kuesioner penelitian
Lampiran 3. Izin penggunaan kuesioner Lampiran 4. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner
Lampiran 5. Hasil olah SPSS
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan
bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Hal ini sebenarnya
telah diketahui oleh masyarakat, bahwa merokok itu mengganggu kesehatan. Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah
nasional Setiyanto, 2013. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013
Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia tahun 2013 laki-laki sebanyak 68,8, perempuan 6,9, dan
total prevalensi di Indonesia sebanyak 36,3. Hasil ringkasan Riskesdas menyebutkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun ke atas
meningkat dari tahun 2007 ke 2013. Pada tahun 2007, usia 15 –19 tahun
sebanyak 36,3, usia 20 –24 tahun 16,3, usia 25–29 tahun sebanyak
4,4 dan usia ≥ 30 tahun sebanyak 3,2. Jumlah perokok aktif yang
meningkat ini didominasi oleh remaja dan anak-anak. Sejak 2011 hingga
saat ini terjadi peningkatan perokok aktif di kalangan remaja dan anak- anak, yakni dari 5 menjadi 17 Depkes, 2013.
Semua ahli kesehatan termasuk World Health Organization WHO telah lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak
menimbulkan dampak negatif, lebih bagi anak-anak dan masa depannya. Rokok mengandung 4000 zat kimia dengan 200 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker, di mana bahan racun ini didapatkan pada asap utama yaitu asap rokok yang
terhisap langsung masuk keparu-paru perokok maupun asap samping yaitu asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, misalnya
karbon monoksida, benzopiren, dan amoniak KPAI, 2013. Nikotin yang terkandung didalam rokok dapat menimbulkan
perasaan tergantung atau disebut dengan nicotine dependence. Efek toleran yang disebabkan oleh nikotin sesungguhnya relatif ringan, tetapi sifat
adiktifnya dapat menyebabkan tubuh bergantung dengan zat tersebut Komasari Avin, 2000. Toleransi terhadap nikotin mulai berkembang
pada saat dosis pertama, oleh karena itu pemakai zat nikotin terus menambah dosis untuk mempertahankan efek dan mencegah hilangnya
gejala Sudiono, 2007. Nicotine dependence atau ketergantungan nikotin adalah keadaan
dimana individu tidak dapat berhenti menggunakan zat nikotin. Nikotin adalah zat adiktif yang menyebabkan perubahan mood yang bersifat
sementara. Individu yang menggunakan nikotin akan merasa senang sehingga membuat individu ingin menggunakannya terus menerus. Pada
saat yang sama, apabila menghentikan penggunaan tembakau akan menyebabkan gejala penarikan, termasuk mudah marah, kecemasan, lesu,
gangguan konsentrasi, sakit kepala dll Mayoclinic, 2013.
Menurut penelitian Goodwin et al 2011 ketergantungan nikotin adalah bukti yang menunjukan hambatan utama seseorang untuk bisa berhenti
merokok. Faktor prediktor merokok seperti merokok pada usia dini, orang tua yang merokok, rekan atau teman perokok, dan pendidikan yang rendah
menyebabkan individu semakin tidak bisa berhenti dari konsumsi zat nikotin. Penelitian mengenai ketergantungan nikotin atau nikotin dependen
dilakukan setiap tahun. Setiap tahun terdapat sekitar 3 juta kematian yang disebabkan dari ketergantungan nikotin. Sekitar 20 orang Amerika
memenuhi kriteria dari gejala ketergantungan nikotin. Di antara perokok, sekitar 50-80 diperkirakan memenuhi gejala ketergantungan nikotin
Ashton, 2010. Beberapa penelitian mengenai resiko yang mungkin dialami perokok
menunjukan bahwa perokok mempunyai kemungkinan sebelas kali mengidap berbagai penyakit yang menyebabkan kematian dibanding bukan perokok.
Resiko tersebut sesungguhnya tidak hanya mengenai perokok aktif saja tetapi juga orang-orang disekitar perokok, yaitu orang yang tidak merokok tetapi
harus menghirup asap rokok atau orang yang berada disekitar perokok atau untuk selanjutnya dikatakan perokok pasif Sari, 2003
Dalam Islam rokok dinyatakan haram. Beberapa dalil yang bisa dijadikan landasan
keharaman rokok secara mutlak, sabda Rasulullah “Tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh menyebabkan bahaya bagi orang
lain“ HR. Ibnu Majah, Hadist Shahih. Berdasarkan firman Allah “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk “ QS. Al A’raf ayat 157 . Rokok akan menyebabkan
seseorang terjerumus dalam kebinasaan dan kematian. Selain membahayakan perokok aktif, maka rokok akan membahayakan orang lain atau perokok pasif
Jabbar, 2008. Bahaya merokok bagi kesehatan sudah sangat jelas dan diakui secara
luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan bahkan pada orang
disekitarnya Aydid, 2000. Selain merugikan bagi si perokok dan orang lain rokok dapat dikatakan juga merugikan dari segi agama.
Sudah banyak media dan artikel ilmiah yang memberikan informasi mengenai bahaya rokok bagi perokok dan lingkungan sekitarnya, namun
masih banyak masyarakat menghiraukan peringatan ini. Perilaku merokok saat ini dilakukan dari berbagai kalangan dan dari berbagai latar pendidikan
yang berbeda. Perilaku merokok bisa terjadi dan bisa ditemukan di berbagai tempat, seperti stasiun kereta api, terminal, kantor, pasar, perumahan dll.
Bahkan, perilaku merokok sudah banyak di lingkungan akademis, seperti kampus atau universitas. Padahal mereka yang berada di lingkungan akademis
selayaknya lebih
mengerti mengenai
informasi bahaya
merokok Anggarawati, 2013
Lingkungan universitas atau kampus yang termasuk tempat proses kegiatan belajar mengajar seharusnya bersih dari asap rokok. Menurut
peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota Jakarta nomor 75 tahun 2005 tentang kawasan larangan merokok
disebutkan “Tempat umum, sarana
kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum
dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok BPLHD, 2009. Tetapi pada kenyataannya dari hasil pengamatan di beberapa universitas negeri masih
banyak yang belum terbebas dari asap rokok. Universitas negeri menjadi sorotan utama karena menjadi idaman setiap siswa SMA untuk melanjutkan
studinya Anggarawati, 2013 Universitas Islam Negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
salah satu universitas negri di Jakarta yang terdiri dari beberapa fakultas. Fakultas ini mempelajari bidang yang berbeda. Beberapa diantaranya Fakultas
Dirasat Islamiyah FDI Fakultas Ilmu Sosial dan Politik FISIP, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan FKIK. Dari
beberapa fakultas tersebut masih belum terbebas dari asap rokok. Berdasarkan pengamatan subjektif peneliti masih ada mahasiswa yang merokok di
lingkungan kampus seperti area parkir, taman kampus, kantin dll. Berdasarkan hasil penelitian Powe 2007 mengenai sikap dan
keyakinan dan prediktor perilaku merokok pada mahasiswa diperguruan tinggi atau universitas dilaporkan lebih dari 50 pernah mencoba rokok. Mahasiswa
ini mulai mencoba rokok saat usia 15 tahun. Kemungkinan bahwa seorang mahasiswa akan merokok adalah 15 kali lebih besar jika teman-teman mereka
merokok. Berdasarkan keputusan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengenai kode etik mahasiswa tahun 2012, terdapat peraturan bahwa