ketidakpedulian terhadap bahaya rokok, merokok memberikan kepuasan, dan lingkungan sosial.
E. Nikotin Dependen
Nikotin adalah zat adiktif yang ditemukan didalam semua produk tembakau. Selain bersifat adiktif, nikotin juga menjadi racun bagi tubuh.
Nikotin dalam tembakau berkadar 1-4. Satu batang rokok mengandung sekitar 1,1 mg nikotin. Selain mengandung nikotin, rokok tembakau juga
mengandung zat organik lain dan bahan tambahan aditif. Efek toleran yang disebabkan oleh nikotin sesungguhnya relatif ringan, tetapi sifat
adiktifnya dapat menyebabkan tubuh bergantung dengan zat tersebut UnityPoint, 2011
Menurut Vorvick 2013 ketergantungan nikotin atau nikotin dependen ditandai dengan pola-pola tertentu. Pola pertama disebut
toleransi. Toleransi adalah ketika individu perlu menggunakan jumlah yang lebih besar dari obat untuk mendapatkan efek yang sama. Sebagian
besar perokok memulai dengan beberapa rokok setiap hari dan akhirnya merokok lebih dari satu bungkus perhari.
Pola berikutnya dari ketergantungan nikotin adalah gejala penarikan. Penarikan adalah seperangkat gejala fisik yang terjadi ketika
seseorang berhenti menggunakan zat. Individu yang mencoba untuk berhenti merokok akan merasakan hal yang buruk pada tubuhnya.
Beberapa gejala penarikan umum yang terjadi seperti kecemasan, mengantuk, mudah marah, mual, gelisah, sakit kepala, perasaan depresi,
sulit berkonsentrasi, dan penurunan denyut jantung. Ketika individu
mencoba berhenti merokok, gejala penarikan akan muncul dalam satu sampai dua hari. Terjadi gejala puncaknya saat seminggu pertama dan
kemudian mereda dalam waktu 2 sampai 4 minggu. Pola yang ketiga adalah adanya perilaku bergantung atau
kecanduan. Individu terus menggunakan tembakau yang terkandung nikotin meskipun hal tersebut berbahaya bagi diri individu itu sendiri.
Pada penggunaan pertama nikotin, efek didalam tubuh meningkatkan konsumsi nikotin secara berulang. Nikotin mengikat
reseptor kolinergik dalam sistem saraf pusat. Toleransi tubuh menjadi berkembang, frekuensi dan dosis semakin meningkat dalam penggunaan
nikotin. Nikotin memicu pelepasan dopamin, suatu neurotransmitter yang memberikan perasaan yang menyenangkan. Para ahli mengatakan bahwa
ketika nikotin yang terhirup di otak dalam hitungan detik langsung mempengaruhi seluruh tubuh. Setelah terhirup, denyut jantung akan
meningkat, kadar hormon serta dopamin meningkat. Hal tersebut meningkatkan suasana hati serta kemampuan untuk berkonsentrasi.
Beberapa saat setelah hisapan rokok terakhir, kadar hormon ini menurun. Perokok akan merasa cemas, mudah marah dan rasa ingin menggunakan
nikotin lagi Ashton, 2010 Terdapat faktor fisik maupun psikologis lain yang mempengaruhi
proses kecanduan atau ketergantungan. Berikut ini situasi atau perilaku yang berhubungan dengan rasa ingin merokok :
1. Pada saat tertentu di siang hari yang menimbulkan rasa yang lebih besar untuk merokok, seperti dengan secangkir kopi, saat
istirahat kerja, atau setelah tugas-tugas rutin. 2. Setelah makan, kebanyakan perokok memiliki keinginan untuk
merokok segera setelah makan. 3. Alkohol, sebagian besar perokok yang minum alkohol
mengatakan bahwa tembakau dan alkohol harus dinikmati secara bersama-sama.
4. Pada sejumlah tempat, perokok sering menemukan tempat- tempat tertentu untuk merokok seperti toilet, bar, atau tempat
parkir setelah turun dari kendaraan. 5. Merokok dengan beberapa orang, jika individu bertemu dengan
orang lain yang juga merokok maka individu akan merasa ingin merokok juga.
6. Saat stres, mayoritas perokok biasanya akan memiliki dorongan untuk merokok ketika menghadapi situasi stres atau emosional.
7. Bau tembakau, bau tembakau pada orang lain dapat memicu bagi perokok lain.
8. Mengemudi, banyak perokok yang merokok saat berkendara sendiri.
9. Cuaca dingin, bagi beberapa perokok merokok saat cuaca dingin bisa membuat tubuh terasa hangat.