http:
17. Waktu dipe intim denga
Jika darah h suami diperbolehkan
Al Baqarah ayat 2
Apabila me
54
Ini adalah madzhab tentang wanita yang
kemaluannya, baru b dikatakan dalam k
meriwayatkan dari A berwudhu, maka ha
Sulaiman dan seluru disebutkan oleh Ibnu
Mushannaf 166. berkata, Apabila i
dengan air, kemudia oleh Asy-Syaukani
Al Hafizh Ibnu Ka apabila telah terputus
mandi, atau bertaya Hanifah yang meng
yaitu sepuluh hari m -dengan alasan terh
kesepakatan yang d ulama tabiin yaitu
walaupun belum m berpendapat dengan
terdapat pelajaran kesepakatan ulama
bertentangan denga diceritakan oleh Ib
mengomentari dan Tidak ada perkata
menghukumi sesua mengatakannya seb
mengikutinya.
Al Qurthubi berkat Rasyid Ridha berk
mensyaratkan boleh Hal itu berbeda den
syarat ini dengan h
84 — Cincin
tp:kampungsunnah.wordpress.com
iperbolehkannya suami untuk melakukan hu ngan istrinya setelah suci dari haid
haid telah kering dan sang istri sudah bersuci, m kan menggauli islrinya
54
berdasarkan firman Allah da t 222,
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu d
ab Ibnu Hazm 1081 dari Atha dan Qatadah, di mana kedua ang haid, apabila ia melihat datangnya suci, maka ia harus me
ru boleh disetubuhi oleh suaminya. Ini juga madzhab Al Auzai s kitab Bidayah Al Mujtahid 144 Ibnu Hazm berkata,
ri Atha bahwa seorang wanita apabila telah yakin suci dari haid halal bagi suaminya untuk menyetubuhinya, dan ini adalah per
uruh sahabat-sahabat kami para ulama madzhab Zhahiriyah. R bnu Hazm dari Atha telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dal
. Ibnu Al Mundzir meriwayatkannya dari Mujahid dan Atha a ia wanita yakin telah suci dari haid, maka ia boleh meny
dian disetubuhi oleh suaminya sebelum mandi. Hadits ini juga ni 1202 .
Katsir berkata 1260, Para ulama telah sepakat bahwa seo tus dari haidnya, tidak dihalalkan bagi suaminya untuk menyetubuhin
ayamum, jika ia tidak dapat berwudhu karena adanya udzur, engatakan tentang seorang wanita yang darah haidnya sudah be
ri menurut pendapatnya, maka dihalalkan bagi suaminya untuk m terhenti keluarnya darah- dan ia tidak perlu mandi. Saya kat
g disebutkan ini tidak benar, setelah kami mengetahui bahwa tig itu Mujahid, Qatadah dan Atha berpendapat diperbolehkan me
mandi. Bagaimana bisa dikatakan demikian, sedangkan me gan perkataan yang berbeda? Sesungguhnya pada hal yang d
an bagi orang yang berakal agar tidak terburu-buru mengata ma pada sesuatu dan agar tidak lekas mempercayainya, leb
ngan Sunnah atau bertentangan dengan dalil syara Kemudia Ibnu Katsir dari Abu Hanifah juga telah diriwayatkan oleh la
an menolak perkataannya, dan Ibnu Hazm mensifatinya den ataan yang lebih buruk dari perkataan itu, karena perkataan
suatu dengan batil tanpa dalil. Kami tidak mengetahui ada sebelum Abu Hanifah, dan juga orang yang setelahnya, kecuali
kata 379, Ini menghukumi sesuatu tanpa dalil. Oleh karen erkata, Ini penjelasan yang sangat aneh. Alasannya adalah,
lehnya mendatangi istri apabila sudah bersuci, yaitu dengan meng dengan suci dari haid, maka tidak boleh menghilangkan atau m
haid yang terputus sebelum hari yang
cin Pinangan hubungan
, maka sang dalam surah
u di tempat
uanya berkata membersihkan
i sebagaimana , Kami telah
d kemudian ia perkataan Abu
Riwayat yang dalam kitab Al
tha, keduanya nyegarkan diri
ga disebutkan seorang wanita
hinya sampai ia r, kecuali Abu
berhenti keluar k menggaulinya
katakan bahwa, tiga pembesar
mendatanginya mereka bertiga
g demikian itu atakan adanya
lebih-lebih jika dian apa yang
lainnya untuk engan berkata,
aan itu berarti da orang yang
ali orang yang rena itu Sayyid
h, bahwa Allah nggunakan air.
mentakhshish
http:kampungsunnah.wordpress.com
yang diperintahkan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri.
18. Diperbolehkan melakukan azl
Sang suami boleh melakukan azl, yaitu menumpahkan air maninya di
luar kemaluan istrinya. Hal itu berdasarkan beberapa hadits, di antaranya:
a. Dari Jabir RA, ia berkata,
kesepuluh, dan itu hanyalah pendapat Ibnu Hanifah. Kita tidak boleh mengambil pendapatnya karena bertentangan dengan kemutlakan ayat tersebut, dan Abu Hanifah telah berkata, Seorang
tidak boleh mengambil pendapat kami selama ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya, karena kami mengatakan perkataan yang jelek hari ini, dan kami akan mencabutnya esok
hari. Lihat takhrijnya pada kitab kami Sifat Shalat Nabi SAW hal: 18-19 dari cetakan yang keempat diterbitkan oleh AI Maktab Al Islami.
Bagaimana boleh kita mengambil perkataannya, sedangkan kita telah mengetahui bahwa perkataan tersebut bertentangan dengan dalil? Kemudian ketahuilah bahwa kita diberi pilihan
antara mencuci darah, berwudhu atau mandi, karena bersuci tidak lepas dari tiga perkara ini, Ibnu Hazm berkata, Tidak ada perbedaan pendapat bahwa wudhu dapat mensucikan, mencuci
kemaluan dengan air juga dapat mensucikan, serta membersihkan seluruh anggota badan juga dapat mensucikan. Bagi seorang wanita yang yakin telah suci dari haid, lalu mensucikan dirinya
dengan salah satu dari ketiga cara tersebut, maka halal bagi kita untuk melakukan hubungan intim dengannya.
Adapun sebagaimana makna kedua, yaitu mencuci kemaluan dengan air, maka turunlah firman , Allah, Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa mesjid Quba, sejak hari
pertama lebih patut kamu shalat di dalamnya. Dan di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. Yang dimaksud dengan
orang-orang yang mensucikan diri adalah mensucikan diri dari kotoran air besar. Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa ketika ayat ini turun, Nabi SAW bersabda kepada penduduk Quba,
Sesungguhnya Allah telah memuji kamu dalam kebersihan kamu, yaitu pada kisah masjid kamu, dan bersuci dari apakah yang kamu lakukan? Mereka menjawab, Demi Allah Ya
Rasulullah, kami tidak mengetahui sedikitpun, kecuali kami mempunyai para tetangga orang-orang Yahudi. Mereka selalu membersihkan dubur mereka dari kotoran air besar, maka
kami menbersihkannya sebagaimana yang mereka kerjakan. Nabi bersabda, Ya, itulah maksudnya, maka hendaklah kamu sekalian selalu mengerjakannya. Hadits ini dishahihkan
oleh Al Hakim dan Adz-Dzahabi, dan saya telah mentakhrij dan mengomentarinya pada masalah Fadhl Al Masjid An-Nabawi [keutamaan Masjid Nabawi] dari kitab saya yang
berjudul Ats-Tsamar AlMustathab fi fiqhi As-Sunnah wal Kitab.
Kalimat bersuci juga telah digunakan dengan makna ini dalam hadits Aisyah RA, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi SaW tentang mandi setelah haid? Maka Nabi memerintahkannya
untuk mempraktikkan mandi, Nabi bersabda, Ambillah kapas yang diberi minyak misk dan bersucilah dengannya. Ia bertanya, Bagaimana saya bersuci? Nabi menjawab, Bersucilah
denganya
Cincin Pinangan— 85