Semoga Bahagia dan Mendapat Keturunan Adalah Ucapan Selamat Orang-orang Jahiliyah

http:kampungsunnah.wordpress.com

36. Pengantin Wanita Boleh Melayani Undangan Pria

Mempelai wanita diperbolehkan untuk melayani para undangan pria, tapi dengan syarat harus berpakaian tertutup 116 dengan baik, sesuai dengan ajaran Islam dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Sahal bin Saad, berkata; Ketika Abu Usaid bin As-Saidi mengadakan pesta pernikahan, ia mengundang Rasulullah dan para sahabatnya. Tidak ada orang yang membuat kue dan menyuguhkan makanan kepada para tamu kecuali Ummu Usaid sendiri pengantin wanita. Lalu pada malam hari ia membasahi dikatakan pada riwayat lain merendam kurma di teko dari batu. Setelah nabi selesai makan, Ummu Usaid meramu minuman campuran kurma dan air serta lainnya sebagai suguhan istimewa untuk Rasulullah SAW dan menuangkannya untuk beliau. [Jadi pada hari itu istri Abu Usaid yang melayani undangan, padahal ia sedang menjadi pengantin. 117 dikatakannya. Sebagian muhakik modern berkata, Ini adalah dakwaan yang tidak mempunyai landasan dalil, karena Al Hasan telah mendengarnya dari sahabat yang lebih tua dari Aqil. Saya katakan, Akan tetapi Hasan yang berasal dari Bashrah, adalah seorang perawi yang mudalis, dan tidak menegaskan pendengarannya dari Aqil, sehingga haditsnya dihukumi dengan hadits munqathi terputus sanadnya. Akan tetapi Ahmad meriwayatkan dari jalur lain dari Aqil, sehingga menguatkan kedudukan hadits tersebut. Kemudian saya mendapatkan jalur yang ketiga dalam kitab Al Muwadhdhih karangan Al Khatib Al Baghdadi 2255 dan Ibnu Asakir. 106 Maksud saya adalah menutup yang disyariatkan, dan disyaratkan dalam menutup itu dengan delapan syarat: 1. Menutup seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan. 2. Penutupnya bukan hiasan yang dikenakan. 3. Tidak berbayang. 4. Tidak boleh terlalu sempit sehingga nampak lekukan badannya. 5. Tidak boleh diberi parfum wewangian 6. Tidak menyerupai pakaian lelaki. 7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir. 8. Bukan baju kebesaran. Kami telah mengarang kitab khusus untuk menjelaskan dalil-dalil dari Al Qur an As-Sunnah atas kebenaran syarat-syarat ini, dan buku ini telah diterbitkan di percetakan As-Salafiyyah di Cairo, tahun 1374 H. dengan judul Hijab Al Marah Al Muslimahfi Al Kitab wa As-Sunnah, kemudian di terbitkan di percetakan Al Maktab Al Islami dalam beberapa cetakan, dan akhirnya saya memberi hak penerbitannya kepada Al Maktab Al Islami di Amman -Jordania, maka bagi siapa yang ingin mengetahui lebih jelas hendaknya merujuk kepada kitab tersebut. 107 HR. AI Bukhari 9200 dan 205 dan 206, dan dalam kitab Al Adab AlMufrad nomer 746, Muslim 6103, Abu Awanah dalam kitab Shahihnya 81311-2, Ibnu Majah 590-591, Al Baghawi dalam Hadits Abu Ja ad 121342-1352, Ar-Rauyani dalam Musnadnya 28 1891-1901, Ath-Thabrani dalam kitab Al Awsath 11321, dan Al Baghawi dalam kitab Syarh As-Sunnah 31971 Al Hafizh ibnu Hajar berkata: 114 — Cincin Pinangan http:kampungsunnah.wordpress.com

37. Bemyanyi dan Memukul Rebana dalam Pesta Pernikahan

Dibolehkan bagi seorang muslim memberikan izin kepada para wanita dalam pesta pernikahan untuk memukul rebana dan menyanyikan nyanyian yang dibolehkan agama, yaitu lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian yang di dalamnya tidak terdapat kalimat-kalimat cabul dan bertentangan dengan norma-norma agama, sebagaimana telah diriwayatkan dalam beberapa hadits: 1. Diriwayatkan dari Rubayyi binti Muawwidz, berkata, Ketika saya kawin, Rasulullah SAW masuk dan duduk di pelaminan saya, sejauh jarakmu dengan saya perkataan perawi. Saya memerintahkan beberapa budak-budak wanita kami untuk memukul rebana dan menyanyikan lagu-lagu kepahlawanan bapak-bapak kami yang mati syahid dalam pertempuran Badar. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata, Di tengah-tengah kita ada seorang nabi yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Rasulullah SAW langsung menegurnya, Jangan kau ucapkan perkataan itu, tapi ucapkan saja isi nyanyian tadi. 118 2. Diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa sesungguhnya ia mengarak seorang wanita untuk menemui suaminya, seorang pria Anshar. Nabi SAW bersabda, Dalam hadits terdapat dalil bolehnya seorang wanita melayani suaminya dan orang yang diundangnya, dan jelas hal itu. Tentunya jika kondisinya tidak dikhawatirkan akan timbulnya fitnah, dengan memperhatikan kewajiban untuk menutup aurat. Disamping itu dibolehkan bagi suami meminta istrinya untuk mengerjakan pekerjaan seperti itu. Hadits ini juga sebagai dalil yang menunjukkan bolehnya menyediakan hidangan yang istimewa kepada pembesar suatu kaum pemimpinnya. Saya katakan, Dakwaan bahwa kejadian ini terjadi sebelum turunnya syariat hijab adalah dakwaan yang tidak berdasarkan dalil, dan dalam hadits itu tidak ada sedikitpun isyarat yang menunjukkan bahwa wanita itu tidak berjilbab tidak menutup aurat, sehingga dakwaan itu akan menunjukkan adanya nasakh penghapusan hukum. Bahkan sampai sekarang kita masih melihat wanita-wanita petani yang berjilbab melayani para tamu dengan pelayanan yang baik, dan mereka tetap menjaga aurat dan kehormatan mereka. Untuk itu hadits ini tetap berlaku, dan tidak ada yang menasakhnya. Hal itu telah diisyaratkan oleh Al Bukhari, dimana ia memberi nama bab untuk hadits ini dengan bab yang bermacam-macam, diantaranya, Bab wanita melayani para tamu pria dalam pesta perkawinan. Akan tetapi kita tidak boleh melupakan syarat yang telah disebutkan untuk kita jadikan pedoman. Jika tidak, maka hal ini akan menjadi teori yang tidak diperaktekkan, seperti yang terjadi di banyak kota sekarang ini, disebabkan para wanita telah keluar dari adab Islam dalam berpakaian dan berhias. 118 HR Al Bukhari 2352,9166-167, Al Baihaqi 7288-289, Ahmad 6359-360, dan Al Mahamili dalam kitab Shalat Al ledain 139, dan juga meriwayatkan hadits ini selain mereka. Cincin Pinangan— 115