Lebih baik tidak melakukan azl
http:kampungsunnah.wordpress.com
b. Hilangnya tujuan pernikahan, yaitu memperbanyak umat Muhammad SAW yang berkualitas. Dalam hal ini Rasulullah
bersabda, Kawinilah wanita yang lemah lembut dan subur, karena aku akan mengungguli
63
umat lain dengan banyaknya kalian.
64
Sehingga Nabi telah mengatakan bahwa azl merupakan pembunuhan yang samar Al WadulKhafi.
65
Ketika beliau ditanya tentang azl, maka beliau menjawab, Itulah Al Wa
dulKhafi.
c. Rasulullah SAW menganjurkan agar perbuatan azl dihindari. Hal tersebut berdasarkan hadits Abu Said Al Khudri, berkata,
Para Sahabat membicarakan masalah azl di hadapan Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda, Apakah tidak ada yang
melakukannya di antara kalian? Baginda tidak mengatakan, Jangan ada di antara kalian yang melakukannya. Sebenarnya
sabda beliau lagi, Tidak
63
Saya akan menjadikan umat ini lebih banyak jumlahnya dari umat sebelumnya. Itulah alasan perintah mengawini wanita yang banyak anaknya dan lemah lembut. Perintah kawin ini datang
dengan dua ikatan karena wanita lemah lembut. Jika tidak banyak anak, laki-laki tidak menyukainya, dan wanita yang banyak anak tapi tidak lemah lembut, maka tidak akan
menghasilkan yang dimaksud. Begitu pula dalam kitab Faidh Al Qadir.
64
Hadits hasan, diriwayatkan oleh Abu Daud 1320, An-Nasa i 271, Al Muhamili dalam kitab Al Amali 21- pada buku saya dari Yasar bin Maqil, dishahihkan oleh Al Hakim 2162,
disetujui oleh Adz-Dzahabi, dan diriwayatkan oleh Ahmad 3158, Said bin Manshur, At- Thabrani dalam kitab AI Ausath sebagaimana dalam kitab Zawaidnya 1621, Al Baihaqi {II
81 dari hadits Anas bin Malik, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban 1228, dan Al Haitsami berkata 4258,Isnadnya hasan, dalamnya perlu ditinjau kembali, sebagaimana telah saya
terangkan dalam kitab Irwa Al Ghalil 1811, dan lafazhnya telah disebutkan sebelumnya hal: 16. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Maruf dalam kitab A1 Juz u 1312 Al Khatib
dalam kitab Tarikh miliknya 12377 dari hadits Ibnu Umar, dan sanadnya baik, sebagaimana dikatakan oleh oleh As-Suyuthi dalam kitab AlJami A lKabir 33511 dan Ahmadno:
6598 serupa dengannya dari hadits Ibnu Umar, dan haditsnya hasan pada syahidnya.
65
HR.Muslim 4161, At-Thahawi dalam kitab Al-Musykil 2370-371, Ahmad 6361,434 Al Baihaqi 7231, dari Said bin Abi Ayyub, Abu Al Aswad menceritakan kepada saya dari
Urwah, dari Aisyah, dan dari Judzamah binti Wahab. Ketahuilah, bahwa perkataan Syaukani 6169, Sesungguhnya hadits ini telah diriwayatkan
hanya oleh Saiid bin Abi Ayyub; adalah sangkaan yang sangat buruk, karena sebenarnya hadits ini telah diriwayatkan juga oleh Haiwah bin Syuraih dan Yahya bin Ayyub dalam kitab
At-Thahawi, dan oleh Abu Lahiah dalam kitab Musnad Ahmad, yang ketiganya meriwayatkannya dari Abu Al Aswad. Oleh karena itu Al Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam
kitab Al Fath 9254, Hadits ini shahih, tanpa ada suatu keraguan. Sebagian ulama menyangka bahwa hadits ini bertentangan dengan hadits Abu Said yang terdahulu hal: 52,
Sesungguhnya orang-orang Yahudi menyangka bahwa azl adalah pembunuhan kecil mauudah shugra, maka Nabi bersabda, Orang-orang Yahudi berdusta, jikalau Allah
ingin menciptakannya, maka kamu tidak akan dapat
88 — Cincin Pinangan
http:kampungsunnah.wordpress.com
ada jiwa seseorang yang ditakdirkan Allah hidup melainkan dihidupkan. Dalam riwayat lain dikatakan, Kalian akan
melakukannya, kalian akan melakukannya dan kalian akan melakukannya? Tldak akan ada makhluk yang harus hidup sampai
hari kiamat, melainkan ia akan dihidupkan.
66
mencegahnya. Tidak ada pertentangan antara kedua hadits tersebut, sebagaimana telah diterangkan oleh
para muhaqiq peneliti hadits, dan di antara ungkapan yang terbaik dalam memadukan antara dua riwayat tersebut adalah ungkapan Al Hafidz Ibnu Hajar 9254, Para ulama berusaha
memadukan antara pendustaan orang-orang Yahudi dalam perkataan mereka, AlMau udah Ash-Shughra dan antara azl itu adalah Al Wad Al Khafi. Dalam hadits Judzamah,
mengatakan bahwa orang Yahudi menganggap Al Mau udah Ash-Shughra merupakan pembunuhan secara zhahir, tapi pembunuhan itu dianggap kecil, jika dibandingkan dengan
memendam hidup-hidup anak yang baru dilahirkan. Dengan demikian, tidak ada pertentangan dengan sabda Nabi, Sesungguhnya azl itu wa d khafi. Hadits tersebut menunjukkan
bahwa azl itu secara dasar tidak dihukumkan dengan hukum zhahir, dan azl dinamakan wa d karena mempunyai titik persamaan dalam pemutusan kelahiran. Sebagian ulama ada yang
mengatakan,bahwa sabda Nabi, Al Wa’d Al Kahfi diungkapkan dalam bentuk permisalan, karena azl itu memutuskan jalan kelahiran sebelum datang masanya, maka diserupakan dengan
pembunuhan anak setelah datang masanya.
Ibnu Qayyim berkata dalam kitab At-Tahdzib 385, Orang-orang Yahudi menyangka bahwa azl menempati posisi Al Wad dalam menghilangkan yang telah terjadi karena AllahSWT
telah menciptakannya, maka Nabi mendustakan mereka tentang perkataan mereka, dan mengabarkan bahwa jika Allah ingin menciptakannya, maka tidak ada seorangpun yang dapat
mencegahnya. Nabi menamakan azl dengan nama Wa d Khafi, karena seorang suami melakukan azl terhadap istrinya hanya karena ia menghindari terjadinya anak, dan
kehati-hatiannya agar tidak jadi anak, maka maksud, niat dan kehati-hatiannya itu sama dengan orang yang membunuh anaknya dengan memendamnya, akan tetapi memendam itu adalah niat
dan perbuatan yang zhahir dari seorang hamba, sedangkan azl adalah perbuatan yang terselubung, karena hal itu tidak nampak, dan yang hanya pada niat dan keinginan, maka
dinamakanlah Khafi tersembunyi.
Tasybih penyerupaan tersebut dalam hadits, karena Nabi membenci azl. Sedangkan hadits tersebut dijadikan dalil untuk mengharamkan azl, sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Hazm;
para ulama telah mengomentarinya bahwa hadits tersebut tidak secara tegas mengungkapkan larangan, karena tidak mesti penamaannya dengan nama pembunuhan terselubung Wa d Khafi
dengan ungkapan penyerupaan menunjukkan keharamannya, sebagaimana dikatakan dalam kitab Al Fath, dan Ibnu Khuzaimah telah meriwayatkannya pada Hadits Ali bin Hajar dari
Ala, dari bapaknya, bahwa ia berkata, Saya bertanya kepada Ibnu Abbas tentang azl, maka ia berpendapat tidak apa-apa. Sedangkan sanadnya adalah shahih.
66
HR.Muslim 4158 dan 159 dengan dua riwayat, An-NasaI dalam kitab Al-Usyrah 821, Ibnu Manduh dalam kitab Tauhid 602 dengan riwayat yang pertama, Al Bukhari
9251-152 dengan riwayat yang lain. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al Fath berkata dalam menerangkan riwayat yang pertama, Hadits ini mengisyaratkan bahwa Nabi SWT
tidak menjelaskan larangan itu dengan ungkapan yang jelas. Hadits ini tidak lain hanya mengisyaratkan bahwa yang lebih utama meninggalkannya, karena azl hanya diniatkan
karena takut terjadinya anak. Dalam hadits itu tidak ada penerangan seperti itu, karena Allah SWT mampu menciptakan anak dan azl tidak dapat mencegah kehendak Allah. Terkadang
air mani keluar lebih dahulu tanpa dirasakan oleh orang yang melakukan azl, sehingga akan
Cincin Pinangan— 89
http:kampungsunnah.wordpress.com