32
kenaikan berat badannya lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang ibunya tidak mendapat penyuluhan gizi.
2.7. Gizi Kurang
Balita gizi kurang adalah seorang balita yang ditandai dengan berat badan tidak sesuai standart menurut umur disebut juga underweight Depkes RI, 2009.
Gizi kurang pada anak disebut disebut KEP kurang energi protein Adisasmito, 2007. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi AKG dalam jangka waktu yang lama Rimbawan dkk, 2004.
Kurang energi protein dikelompokkan menjadi 2, yaitu gizi kurang bila berat badan menurut umur dibawah -2 SD dan gizi buruk bila berat badan menurut umur di
bawah -3 SD. Ciri fisik KEP adalah berat badan berada di bawah standar normal Depkes RI, 2005.
Berat badan anak balita berkaitan dengan dua hal, yaitu umur dan tinggi badan anak tersebut. Dalam keadaan sehat semakin bertambah umur semakin bertambah
berat badannya. Anak yang sehat bertambah tinggi badannya bertambah berat badannya secara proposional. Berat badan menurut umur tidak memberikan indikasi
spesifik tentang karakteristik masalah gizi yang diderita apakah ”akut”, ” kronis”, atau ”akut-kronis”, tapi secara umum berat badan menurut umur mengindikasikan
adanya gangguan gizi Depkes RI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
33
Kurang Gizi Akut adalah keadaan kurang gizi yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur dibandingkan dengan standar, biasanya digunakan pada
balita. Kurang gizi kronis juga disebut pendek yaitu bila tinggi badan anak lebih rendah dari pada standar tinggi badan normal menurut umurnya. Keadaan kurang gizi
pada balita akan menghambat pertumbuhan dan kerusakan jaringan. Keadaan tersebut dikenal dengan marasmus dan bila disertai dengan kekurangan protein disebut
kwasiorkor UI, 2007. Marasmus adalah bentuk gizi buruk yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama dengan tanda dan gejala tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus
kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada pada daerah pantat tampak seperti memakaicelana
longgar”baggy pants”, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi umumnya kronis berulang, diarae Depkes RI, 2009.
Kwashiorkor adalah bentuk gizi buruk yang umumnya terjadi pada balita dengan tanda dan gejala odema umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung
kaki dorsum pedis, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok,
perubahan status mental, apatis dan rewel, pembesaran hati, otot mengecil hipotropi, lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan kulit
berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi cokelat
Universitas Sumatera Utara
34
kehitaman dan terkelupas crazy pavement dermatosis, sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare Depkes RI, 2009.
Marasmic-Kwashiokor adalah bentuk gizi buruk yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama, dengan tanda dan gejala campuran dari beberapa gejala klinik kwasiorkor dan marasmus, disertai edema yang tidak mencolok Adisasmito, 2007.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Puslitbang Gizi Depkes RI 2003, balita yang mengalami gizi buruk pada tahap duduk di bangku sekolah, memiliki IQ 13
poin lebih rendah dari pada balita sehat Depkes RI, 2009. Menurut World Bank 1992, bahwa perbaikan gizi merupakan suatu investasi
pembangunan sebab gizi yang jelek akan memberikan dampak rendahnya produktifitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah, tingginya angka kesakitan dan
kematian Depkes RI, 2006. PBB mengungkapkan pentingnya penanggulangan kekurangan gizi dalam
kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas SDM pada seluruh kelompok umur sesuai siklus kehidupan serta investasi gizi sangat berperan penting untuk
memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi. Ada 3 alasan suatu negara perlu melakukan intervensi dibidang gizi, yaitu perbaikan gizi memiliki keuntungan
ekonomi economic returns yang tinggi, intervensi gizi terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan gizi membantu menurunkan tingkat
kemiskinan melalui perbaikan produktifitas kerja, pengurangan hari sakit dan pengurangan biaya pengobatan Depkes RI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
35
2.8. Konsumsi