57
Puskesmas Tanjung Beringin didirikan pada tahun 1958 dengan berbentuk Balai Pengobatan Umum yang dipimpin oleh seorang perawat. Pada tahun 1973 Balai
Pengobatan Umum tersebut berubah menjadi Puskesmas Tanjung Beringin yang dipimpin oleh seorang dokter umum hingga pada saat ini.
Berdasarkan Kepmenkes
Nomor 128MENKESSKII2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas menyatakan bahwa
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan KabupatenKota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Dalam menjalankan tugas dan fungsi meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya Puskesmas Tanjung Beringin didukung oleh
jaringannya yaitu, 2 dua unit Puskesmas Keliling, 7 tujuh unit Puskesmas Pembantu yang berada di Desa Nagur, Pematang Terang, Pematang Cermai, Mangga
Dua, Tebing Tinggi, Suka Jadi dan Bagan Kuala, 1 satu unit Polindes yang berada di Desa Nagur dan 1 satu unit Poskesdes yang berada di Desa Mangga Dua.
4.3. Tenaga Kesehatan
Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Yang dimaksud dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana Teknis
Dinas yang selanjutnya disebut UPTD, yakni unit organisasi di lingkungan Dinas KabupatenKota yang melaksanakan tugas teknis operasional. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai teknis operasional Puskesmas Tanjung Beringin memiliki tenaga kesehatan yaitu : 2 dua orang dokter umum, 1 satu orang dokter gigi, 5 lima
Universitas Sumatera Utara
58
orang bidan Puskesmas, 9 sembilan orang bidan desa, 8 delapan orang perawat, 1 satu orang perawat gigi, 1 satu orang apoteker, 1 satu orang Sarjana Kesehatan
Masyarakat, 1 satu orang analis kesehatan, 1 satu orang analis lingkungan dan 1 satu orang tenaga pelaksana gizi.
4.4. Gambaran Umum Responden
Responden penelitian terdiri dari 90 orang ibu yang mempunyai balita berstatus berat badan sangat kurang dan berat badan kurang berdasarkan standar
baku WHO Antropometri 2005, bertempat tinggal di daerah penelitian dan bukan pendatang dari daerah luar lokasi penelitian. Karakteristik ibu balita gizi kurang
meliputi, umur, pendidikan dan pekerjaan, sedangkan karakteristik balita gizi kurang meliputi, umur dan jenis kelamin.
4.4.1. Karakteristik Ibu Balita 4.4.1.1. Umur
Komposisi responden berdasarkan umur yang diperoleh dari kuesioner penelitian bervariasi dari termuda 18 tahun hingga 44 tahun. Kelompok umur
responden terbanyak pada penelitian ini berada pada kelompok umur 25-29 tahun yaitu sebanyak 36 responden 41 , seperti tertera pada gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
59
Tidak Tamat SD : :3,3
13
41 24
13 9
20-24 25-29
30-34 35-39
40-44 Gambar 4.1 Distribusi Responden menurut Kelompok Umur tahun
4.4.1.2. Pendidikan
Pendidikan formal ibu balita gizi kurang merupakan salah satu unsur penting dalam memotivasi diri untuk meningkatkan status kesehatan diri dan keluarganya. Distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan secara umum adalah SLTP sebanyak 34 responden 37,8 hanya 26 orang ibu Balita 28,9 yang berpendidikan SLTA,
serta jumlah terkecil berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 3 orang 3,3, dan tidak ada yang tamat Diploma dan Sarjana, seperti tertera pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Distribusi Responden menurut Pendidikan
Tamat SMA : 28,9
Tamat SD : 30
Tamat SMP : 37,8
Universitas Sumatera Utara
60
4.4.1.3 Pekerjaan
Menurut Barthos 2004, bekerja adalah melakukan kegiatan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling
sedikit satu jam dalam satu minggu yang lalu. Mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebanyak 86 responden 96,7, hanya 3 responden 3,3 yang bekerja
dengan jenis pekerjaan sebagai petani, seperti tertera pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Distribusi Responden menurut Pekerjaan 4.4.1.4 Pengetahuan
Menurut Taufik 2007, Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari tidak tahumenjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Berdasarkan hasil jawaban
ibu Balita pada kuesioner tentang gizi buruk dan penanggulangan masalah gizi di tingkat keluarga hanya 1 yang mengetahuinya dengan baik dan 92 ibu balita
lainnya tidak mengetahui tanda-tanda balita gizi buruk dan upaya penanggulangganya di tingkat keluarga.
Pada penelitian ini setelah diberi penyuluhan dengan metode ceramah disertai media poster dan leaflet terjadi peningkatan pengetahuan ibu balita gizi kurang
berdasarkan jawaban pada kuesioner tentang gizi buruk dan penanggulangan masalah
Bekerja : 3,3
Tdk Bekerja : 96,7
Universitas Sumatera Utara
61
gizi di tingkat keluarga dari hanya 1 yang berpengetahuan baik pada saat pretest meningkat menjadi 17 dan dari 6,7 yang berpengetahuan cukup meningkat
menjadi 31 pada saat postest, dengan demikian terjadi pengurangan jumlah ibu balita yang berpengetahuan kurang dari 92,2 pada saat pretest menjadi 52 pada
saat postest. Berdasarkan hasil pretest tentang pengertian gizi buruk dan tanda-tanda Balita
gizi buruk, semua ibu Balita gizi kurang pada kelompok control tidak ada yang menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar. Ibu Balita gizi kurang yang
menjawab hanya mengetahui tentang ciri-ciri Balita sehat saja ada 3,3 serta 6,7 ibu Balita gizi kurang tahu bulan Vitamin A. Sedangkan pada saat postest terjadi
peningkatan jawaban yang benar pada hampir semua pertanyaan, terutama pertanyaan tentang penemuan kasus gizi buruk, dari hanya 1 jawaban yang benar
menjadi benar 2 hingga 3 jawaban, sedangkan pada pertanyaan tentang bulan vitamin A menjadi 36,7 menjawab benar.
Pada kelompok ceramah dan leaflet pengetahuan ibu balita tentang gizi buruk terjadi peningkatan pengetahuan pada hampir semua pertanyaan dari hanya
mengetahui 1 tanda-tanda Balita gizi buruk menjadi mengatahui 2 tanda-tanda Balita gizi buruk . Pada postest juga terjadi pengurangan jumlah ibu Balita gizi kurang yang
hanya hanya mengetahui tentang ciri-ciri Balita sehat, tempat penemuan kasus gizi buruk dan bulan Vitamin A dari berjumlah 7,8 menjadi berjumlah 4,4. Hasil
pretest pengetahuan ibu pada kelompok ceramah disertai media poster yang menjawab dengan benar pada pertanyaan penegrtian balita sehat sebesar 10 dan
Universitas Sumatera Utara
62
92,2 57,8
6,7 34,4
1,1 7,8
20 40
60 80
100
Kurang Cukup
Baik
Sebelum Sesudah
bulan vitamin A sebesar 3,3, sedangkan hasil postest terjadi peningkatan pengetahuan pada semua pertanyaan dari yang hanya menjawab 1 tanda-tanda Balita
gizi buruk menjadi menjawab 2 tanda-tanda Balita gizi buruk. Pada pretest tentang penanggulangan masalah gizi di tingkat keluarga tidak
ada ibu balita gizi kurang yang menjawab seluruh pertanyaan dengan benar, akan tetapi seluruh ibu balita gizi kurang mampu menjawab pertanyaan manfaat dengan
rajin membawa balita ke posyandu dan cara menyusun hidangan sehat bagi keluarga dengan benar. Pada saat postest terjadi peningkatan pengetahuan dari tidak ada yang
mampu menjawab dengan benar seluruh pertanyaan menjadi 3,3 ibu Balita gizi kurang yang mampu menjawab seluruh pertanyaan dengan benar.
Hasil peningkatan pengetahuan berdasarkan kategori disajikan pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu sebelum dan sesudah Perlakuan
Gambar 4.4 menjelaskan , bahwa responden dengan kategori pengetahuan baik terjadi peningkatan yaitu dari 1,1 menjadi 7,8 demikian juga responden
Universitas Sumatera Utara
63
4,4 95,6
100
20 40
60 80
100
Kurang Cukup
Baik Sebelum
Sesudah
dengan kategori pengetahuan kurang terjadi penurunan yaitu dari 92,2 menjadi 57,8.
4.4.1.5. Sikap
Sikap adalah kesiapan seseorang bertindak menurut Widayatun 1999, dan berdasarkan jawaban ibu Balita tentang sikapnya mengenai gizi buruk dan upaya
penanggulangganya di tingkat keluarga, tidak ada ibu balita yang memiliki sikap yang tidak baik dan sebanyak 86 orang ibu balita 95,6 memiliki sikap yang baik
dan 4 orang ibu balita 4,4 mempunyai sikap cukup. Hasil pretest sikap tentang penanggulangan gizi di tingkat keluarga yang
menjawab setuju pada semua pernyataan ada 50 ibu Balita, dan pada hasil post test terjadi peningkatan menjadi sebesar 63 . Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan kategori sikap dari 95,6 kategori baik menjadi 100 kategori baik, dan tidak ada dengan kategori sikap yang kurang.
Gambar 4.5 Distribusi Sikap Ibu Balita sebelum dan sesudah Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
64
23
39 22
13 3
7-14 15-22
23-31 32-40
41-49
Perempuan : 40
Laki-laki : 60
4.5. Karakteristik Balita
4.5.1. Umur
Pada penelitian ini umur balita bervariasi dari umur termuda 7 bulan hingga 49 bulan, dengan mayoritas kelompok umur pada 15-22 bulan sebanyak 34 balita
39 dan kelompok umur yang paling sedikit yaitu 41-49 bulan sebanyak 3 balita 2,22, seperti tertera pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Distribusi Balita menurut Kelompok Umur Bulan 4.5.2. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini jenis kelamin Balita yang mengalami gizi kurang banyak ditemukan pada balita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 54 balita 60 dan pada
perempuan sebanyak 36 balita 40, seperti tertera pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Distribusi Balita menurut Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
65
80 65,6
6,7 13,3
7,8 12,2
5,6 8,9
10 20
30 40
50 60
70 80
Defisit Kurang
Sedang Baik
Sebelum Sesudah
4.5.3. Konsumsi Energi
Menurut Santoso,dkk 1995, Keadaan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi masyarakat. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta
kuantitas makanan. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi disebut konsumsi adekuat. Berdasarkan hasil food recall diperoleh konsumsi energi, sebelum
penyuluhan terdapat 72 orang Balita 80 defisit dan hanya 5 orang Balita 5,6 yang baik konsumsi energinya, sedangkan setelah penyuluhan kelompok konsumsi
energy yang deficit menurun menjadi 65,6 sedangkan yang kategori baik naik menjadi 8,9, seperti tersaji pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Distribusi Balita menurut Konsumsi Energi
Berdasarkan kelompok, asupan energi pada kelompok kontrol sebelum intervensi yang defisit sebesar 96,7 dan sesudah intervensi menurun menjadi
90,1. Sedangkan pada kelompok ceramah disertai media leaflet sebelum intervensi asupan energi yang defisit sebesar 93,4 dan sesudah intervensi menurun menjadi
sebesar 73,3. Begitu juga pada kelompok ceramah disertai media poster terjadi
Universitas Sumatera Utara
66
96,7 90,1
93,4 73,3
50 33,3
20 40
60 80
100
Kontrol Ceramah+Leaflet
Ceramah+Poster Sebelum
Sesudah
20 13,3
8,9 12,2
15,613,3 55,8
61,1
10 20
30 40
50 60
70
Defisit Kurang
Sedang Baik
Sebelum Sesudah
penurunan besar sampel yang asupannya defisit yaitu dari 50 menjadi 33,3, hasil selengkapnya disajikan pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Distribusi Balita berdasarkan Asupan Energi yang Defisit sebelum dan sesudah Penyuluhan
4.5.4. Konsumsi Protein
Menurut Santoso, dkk 1995, makan pada seseorang diperlukan sesuai dengan kebutuhannya , apabila makan seseorang kurang dari kebutuhannya dalam
jangka waktu yang lama akan berdampak buruk pada kesehatan dan gizi. Berdasarkan hasil food recall diperoleh konsumsi protein balita lebih dari setengah dalam kategori
baik yaitu 55,6 sebelum penyuluhan dan 61,1 sesudah penyuluhan dan hanya 20 sebelum penyuluhan dan 13,3 sesudah penyuluhan dengan kategori defisit,
seperti pada gambar 4.10.
Gambar 4.10. Distribusi Balita menurut Konsumsi Protein sebelum dan sesudah Penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
67
36,7 33,3
20 3,3
6,7
5 10
15 20
25 30
35 40
Kontrol Ceramah+Leaflet Ceramah+Poster
Sebelum Seudah
Berdasarkan asupan protein, pada kelompok control terjadi penurunan persentase pada kategori asupan protein deficit dari 36,7 menjadi 33,3, demikian
juga pada kelompok ceramah disertai leaflet dari 20 yang defisit menjadi 0 yang defisit, sedangkan pada kelompok ceramah disertai media poster terjadi peningkatan
persentase yang asupannya deficit dari 3,3 menjadi 6,7, seperti terlihat pada gambar 4.11.
Gambar 4.11 Distribusi Balita berdasarkan Asupan Protein yang Deficit sebelum dan sesudah Penyuluhan
4.5.5. Pertumbuhan Balita
Menurut Depkes 2005, pertumbuhan adalah bertambahnya materi tubuh. Menurut Taufik 2007, keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi,
merupakan salah satu parameter yang penting untuk menilai keadaan pertumbuhan fisik anak dan nilai keadaan kesehatan anak tersebut. Rata-rata peningkatan berat
badan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol adalah 8,83 kg dan sesudah adalah 9,36 kg terjadi peningkatan sebesar 0,53 kg. Pada kelompok ceramah
disertai media leaflet terjadi peningkatan berat badan balita sebesar 0,60 kg yaitu dari 9,06 kg menjadi 9,65 kg. Pada kelompok ceramah disertai media poster terjadi
Universitas Sumatera Utara
68
peningkatan berat badan balita sebesar 0,67 kg yaitu dari 8,54 kg menjadi 9,21 kg. Berdasarkan pertumbuhan balita disajikan pada gambar 4.12
3 2 2 23
28 28
0 0 0 3
0 0 1 0 0
5 10
15 20
25 30
N1 N2
T1 T2
T3
Kontrol Ceramah+Leaflet
Ceramah+Poster
Gambar 4.12 Distribusi Balita berdasarkan Pertumbuhan
Gambar 13 menjelaskan pada kelompok ceramah disertai media leaflet dan kelompok ceramah disertai media poster tidak terdapat sampel dengan pertumbuhan
kategori tidak tumbuh dan tumbuh negatif, tetapi pada kelompok control terdapat yang tidak mengalami pertumbuhan ada sebanyak 3 orang Balita dan yang
mengalami tumbuh negatif ada 1 orang Balita.
4.6. Pengaruh Penyuluhan terhadap Konsumsi Energi Balita
Berdasarkan hasil analisi dengan menggunakan uji T Dependent terjadi peningkatan rata-rata asupan energi sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol sebesar 96,76 kal. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,416 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata asupan energi sebelum dan sesudah perlakuan.
Pada kelompok ceramah disertai leaflet terjadi peningkatan asupan energi sebesar
Universitas Sumatera Utara
69
202,3 kal. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,000 0,05 artinya ada perbedaan rata- rata peningkatan asupan energi secara signifikan sebelum dan sesudah perlakuan
dengan metode ceramah disertai media leaflet. Pada kelompok ceramah disertai media poster terjadi peningkatan selisih rata-rata asupan energy sebesar 132,74 kal .
Hasil uji statistik diperoleh p = 0,002 0,05 artinya ada perbedaan rata-rata peningkatan asupan energi balita secara signifikan sebelum dan sesudah perlakuan
dengan metode ceramah disertai poster. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Perbedaan Rerata dan Simpangan Baku Asupan Energi Balita sebelum dan sesudah Perlakuan menurut Kelompok
Rerata Nilai Uji Statistik
Kelompok Sebelum
Sesudah Peningk
atan T hit
p
Kontrol 468,40±140,9
565,16±646,42 96,76
0,825 0,416
Ceramah dan
Leaflet 535,2±166,2
737,5±224,66 202,3
4,548 0,000
Ceramah dan
Poster 771,85±182,3
904,59±219,42 132,74
3,42 0,002
Keterangan : signifikan p 0,05 4.7. Pengaruh Penyuluhan terhadap Konsumsi Protein
Berdasarkan hasil analisi dengan menggunakan uji T Dependent terjadi penurunan rata-rata asupan protein sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol sebesar 0,16 gr yaitu dari adalah 18,59 gr menjadi18,43 gr Hasil uji statistik diperoleh p = 0,884 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata
asupan protein sebelum dan sesudah perlakuan. Pada kelompok ceramah disertai media leaflet terjadi peningkatan asupan protein sebesar 7,09 gr yaitu dari 22,3 gr
menjadi 29,39 gr. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,000 0,05 artinya ada perbedaan
Universitas Sumatera Utara
70
rata-rata peningkatan asupan protein secara signifikan sebelum dan sesudah perlakuan dengan metode ceramah disertai media leaflet. Pada kelompok ceramah
disertai media poster terjadi peningkatan asupan protein sebesar 4,35 gr yaitu dari 29,59 menjadi 33,94. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,031 0,05 artinya ada
perbedaan rata-rata peningkatan asupan protein balita secara signifikan sebelum dan sesudah perlakuan dengan metode ceramah disertai media poster. Hasil selengkapnya
disajikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 . Perbedaan Rerata dan Simpangan Baku Asupan Protein Balita sebelum dan sesudah Perlakuan menurut Kelompok
Rerata Nilai Uji Statistik
Kelompok m
Selisih Rata-rata
T hit p
Kontrol 18,59±6,2
18,43±6,29 -0,16
0,147 0,884
Ceramah dan
Leaflet 22,3±7,4
29,39±7,32 7,09
4,24 0,000
Ceramahdan Poster 29,59±6,28
33,94±11,4 8
4,35 2,27
0,031 Keterangan : signifikan p 0,05
4.8. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pertumbuhan Balita