Klasifikasi Nelayan Pengetahuan Mengenai Waktu Melaut

50

BAB III NELAYAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT YANG

DILAKUKAN

3.1 Klasifikasi Nelayan

Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir mayoritas bermata pencaharian sebagai Nelayan, begitu juga dengan nelayan pada masyarakat Kecamatan Tanjung Tiram di Desa Bogak. Nelayan yang ada di Desa Bogak dengan data yang didapat di lapangan ada dua kategori Nelayan, yaitu terdiri dari Nelayan tradisional dan Nelayan Modern. Nelayan tradisional merupakan nelayan yang pada umunya menggunakan alat tangkap tradisional dan sederhana. Modal yang digunakan usaha relatif kecil dan cara penangkapan yang relatif sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Walaupun ada juga beberapa nelayan tradisional yang menjual hasil tangkapan ke masyarakat atau ke TPI Tempat Pelelangan Ikan. . Sementara itu Nelayan Modern merupakan nelayan yang menggunakan alat tangkap yang berteknologi tinggi seperti penggunaan alat tangkap skala besar, dengan menggunakan mesin bantu untuk menarik jaring ikan, dan juga mesin kapal yang cukup besar untuk menambah luas jelajah dari kapal. Modal usaha yang dikeluarkan cukup besar dan Nelayan Modern tersebut lebih berorientasi kepada penjualan ikan ke Tempat Pelelangan Ikan TPI dan penjualan ke luar wilayah Kabupaten Batu Bara. Universitas Sumatera Utara 51

3.2. Nelayan Tradisional

Nelayan tradisional yang ada di Desa Bogak adalah nelayan yang merupakan warga asli yang bertempat tinggal di Desa Bogak. Peralatan–peralatan yang digunakan Nelayan Tradisional di Desa Bogak cukup sederhana walaupun sudah banyak nelayan di Desa Bogak menggunakan mesin untuk menggerakan perahu dalam bentuk sederhana. Bapak Yusuf menjelaskan kapal yang digunakan Nelayan Tradisional ukuran kecil. Kapal Nelayan Tradisional yang di gunakan di Desa Bogak terbagi dua yaitu, Kapal yang sudah menggunakan mesin dan kapal yang tidak menggunakan mesin yang digerakan dengan tenaga dayung nelayan itu sendiri. Peralatan yang digunakan pada Nelayan Tradisional di Desa Bogak terdiri dari beberapa alat seperti Sondong, Jaring Udang, Tombak, dan Kapal • Sondong Sondong merupakan alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan di Desa Bogak dan sekitarnya untuk menangkap berbagai jenis ikan yang berukuran kecil spo. Alat tangkap Sondong ini terdiri dari gala 9 yang memiliki panjang mencapai 5 meter, dan jaring yang panjangnya mencapai 4 meter, yang berbentuk kantung. Penggunakan alat ini biasanya dipasangkan pada bagian sisi kiri dan kanan kapal. Wilayah penangkapan ikan yang memakai alat tangkap Sondong biasanya hanya mencakup wilayah pinggiran pantai dengan kedalaman air laut sepinggang orang dewasa. 9 Gala merupakan bambu yang digunakan untuk penangkapan ikan Universitas Sumatera Utara 52 • Tombak Beberapa nelayan tradisional di Desa Bogak sampai sekarang masih ada yang memakai alat tangkap Tombak sebagai alat untuk mencari ikan. Biasanya ukuran tombak mencapai 2 meter, dengan mata tombak berfariasi, ada yang berjumlah 1 mata, 2 mata dan 3 mata. Penggunaan tombak biasanya hanya dilakukan oleh para nelayan ataupun anak-anak ketika air sedang surut. • Kapal Sondong dan Tombak Kapal yang digunakan juga hanya memiliki ukuran kecil dengan panjang sekitar 7 meter, tinggi 1 meter, lebar 2 meter, dengan muatan maksimal mencapai 100 Kg. Mesin Diesel ukuran kecil yang dipakai pada kapal dengan silinder tunggal atau piston 1 terkhusus pada alat Sondong dan pada Kapal Tombak menggunakan tenaga dayung. • Jaring Udang Alat tangkap berjenis Jaring Udang yang ada di wilayah Desa Bogak biasanya memiliki panjang mencapai 350 meter, lebar 1,5 meter, dengan kedalaman penyebaran jaring 1,5 meter di dalam laut. Penggunaan Jaring Udang dilakukan dengan cara di bentangkan di dalam laut menghadap belakang kapal. Ada pun jenis tangkapan yang didapatkan pada jaring udang, yaitu Udang Kelong, Udang Swallo, Udang Batu, Udang Kotak, Sotong, Kepiting Bencong atau Kepiting Laut, Ikan Lidah, Ikan Kepala Batu, Ikan Senangin, Ikan Tenggiri dan Ikan Sanggai. Universitas Sumatera Utara 53 • Kapal Jaring Udang Kapal yang digunakan juga hanya memiliki ukuran kecil dengan panjang sekita 7 meter, tinggi 2 meter, lebar 3 meter, dengan muatan maksimal mencapai 200 Kg. Mesin yang dipakai pada kapal juga hanya mesin dompeng yang memiliki 1 piston. Dengan alat-alat yang digunakan cukup sederhana proses penangkapan ikan pun tidak dapat berlangsung lama dan jarak yang relatif tidak begitu jauh.

3.2.1 Tahap Persiapan Nelayan Tradisional untuk melaut

Kegiatan Nelayan Tradisional yang dilakukan dalam aktifitas melaut adalah meliputi persiapan kapal dan peralatan yang akan digunakan untuk melaut. Dalam persiapan kapal sendiri Nelayan Tradisional. Ada pun persiapan yang akan Nelayan Tradisional dilakukan sebagai berikut : • Membersikan bagian dalam kapal dan mengecek bagaimana keadaan kapal apakah ada kebocoran pada bagian kapal. • Kemudian memeriksa peralatan alat tangkap seperti jaring yang akan digunakan dengan melihat keadaan jaring apakah ada kerusakan pada jaring atau tidak, jika terdapat kerusakan pada jaring maka nelayan akan memperbaiki jaring udang. Namun, jika kerusakan dilihat cukup parah maka nelayan akan membatalakan kegiatan melautnya untuk memperbaiki jaring udang yang rusak tersebut. Universitas Sumatera Utara 54 Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Sarbaini sebagai Nelayan Tradisional “kalau kita tahapan sebelum melautnya ya meluat keadaan perlengkapan bisa di pakai atau tidak rusak apa gak. Kapalnya juga dilihat keadaannya layak gak buat melaut ya itu kita cek semua. Ya kalau ada yang rusak perbaiki dulu la, gak mungkin dibawa aja susah nanti pas uda melautnya” Semua hal yang dilakukan oleh Nelayan Tradisional tersebut dilakukan agar dalam setiap kegiatan untuk melaut tidak sia-sia dengan adanya kerusakan pada peralatan penangkapan ikan.

3.2.2 Permodalan Nelayan Tradisional

Modal merupakan hal penting dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut, yang bertujuan sebagai acuan awal untuk mendapatkan keutungan dalam kegiatan penangkapan ikan. modal yang dimaksudkan dalam Nelayan Tradisional yaitu dari segi peralatan untuk penangkapan ikan. Peralatan Nelayan Tradisional sebagian besar merupakan alat tangkap sewaan, dan terkadang juga kapal merupakan kapal sewaan. Dengan adanya penyewaan alat tangkap tersebut tentu saja mempermudah nelayan untuk yang tidak memiliki alat untuk melaut. Namun, juga ini menjadi pengurangan pendapatan nelayan yang menggunakan alat sewaan tersebut. sistem pembayaran alat penangkap tersebut adalah sistem bulanan, jika nelayan yang menyewa ingin memperpanjang pemakaian alat maka setiap bulannya nelayan harus membayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemilik alat. Hal ini juga dikatan oleh Bapak Yusuf “... Nelayan Tradisional disini kebanyakan make jaring sewaan kadang – kadang pun kapalnya nyewa, tp kalau itu jarang. Kalau yang nyewa ini harga sewannya diluar dari perawatan jadi selama makai nelayan yang punya tanggung jawab. Bayarnya sebulan sekali la...” Universitas Sumatera Utara 55 Di luar dari pembayaran sewa alat, kerusakan alat yang digunakan oleh nelayan merupakan tanggung jawab penyewa, begitu juga dengan perawatan alat tangkapnya, sama dengan halnya pada penyewaan kapal. Namun, pada penyewaan kapal nelayan tradisional di Desa Bogak sangat jarang, bahkan hampir tidak ada lagi Nelayan Tradisional yang menyewa kapal. Hal ini dikarenakan hampir semua Nelayan Tradisional sudah memiliki kapal sendiri untuk melakukan aktifitas melautnya. Dengan demikian, Nelayan Tradisional yang menggunakan jasa penyewaan alat tangkap akan memotong keuntungannya dari hasil melaut. Seperti yang diutarakan Bapak Sarbaini “kalau alat-alat yang di sewa macam saya gini ya gitu untungnya jadi kurang mau beli modalnya belum ada tapi bersyukurlah masih punya kapal sendiri . . .”

3.3. Nelayan Modern

Peralatan yang digunakan Nelayan Modern di Desa Bogak menggunakan kapal berukuran besar. Kapal nelayan ini sudah menggunakan tenaga mesin sebagai penggerak, dengan ukuran kapal yang besar nelayan dapat memuat tangkapan ikan lebih besar. Dengan ukuran yang besar tersebut membutuhkan beberapa orang untuk melakukan penangkapan ikan dan hal ini yang membuat kapal nelayan ini membutuhkan pekerja. Pekerja yang ikut dalam kapal ini merupakan nelayan yang tidak memiliki kapal dikenal sebagai Nelayan Buruh dengan kata lain mereka melaut dengan menggunakan kapal milik orang lain yaitu Universitas Sumatera Utara 56 Toke kapalpemilik kapal. Toke kapal akan menyerahakan semua pekarangan 10 kapal kepada TekongNahkoda dan anak buah kapal yang berkerja dengannya. Nelayan Buruh di Desa Bogak Tidak semua merupakan asli penduduk desa tersebut namun ada juga yang datang dari luar desa. Bapak JM menjelaskan Nelayan Modern tentu saja menggunakan kapal yang sudah dilengkapi dengan mesin bertenaga tinggi dengan daya muat kapal lebih besar, yaitu dengan daya muat mencapai 30 sampai 40 ton. Daya muat kapal yang besar banyak digunakan Nelayan Modern di Desa Bogak di memiliki 3 jenis ukuran kapal. Kapal yang pertama, dengan panjang 20 meter, lebar 4 meter, tinggi 5 - 6 meter yang dihitung dari titik terendah kapal sampai titik tertingginya pada badan kapal. Ukuran kapal kedua, memiliki ukuran panjang 30 meter, memiliki lebar 6 meter, dan tinggi mencapai 8 meter dan yang ketiga panjangnya sama 30 meter, lebar 6 meter, namun tingginya hanya 6 meter. Secara lanjut bapak JM juga menjelaskan bahwa : “. . . Kalau orang disini nelayan modern pasti uda ada lah mesin kapalnya ukuran kapalnya aja uda besar – besar ada yang panjang 20 sampe 30 meter, lebar 4 sampe 6 meter, tinggi 5 sampe 6 meter gak kayak kapal nelayan tradisional kecil muatanya sikit . . .” Bapak JM juga memberitahu peneliti bahwa peralatan yang digunakan oleh para Nelayan Modern di Desa Bogak diantaranya adalah sebagai berikut : 10 Pekarangan adalah merupakan isitilah untuk semua seisi kapal yang ada misalnya alat tangkap dan perlengakapan lainnya yang ada di dalam kapal Universitas Sumatera Utara 57 • Jaring Gembung Alat tangkap Jaring Gembung memiliki ukuran mata jaring sebesar 2 Inci dengan jumlah mata berkisar antara 1000 – 1200 mata lubang jaring. Panjang bentangan jaring mencapai 45 meter dengan kedalaman 10 meter – 40 meter. Penebaran Jaring Gembung ini dilakukan pada wilayah perbatasan Lin di sekitaran pulau berhala dan biasanya nelayan akan membiarkan jering selama 3 jam di dalam laut. Teknik penebaran Jaring Gembung tersebut dilakukan dengan cara membentangkan jaring secara memanjang di perairan. • Kapal Jaring Gembung Ukuran kapal yang digunakan dengan panjang 20 meter, lebar 4 meter, tinggi 5 - 6 meter dihitung titik terendah kapal sampai titik tertingginya dengan mutan mencapai 2 - 3 ton. Mesin yang digunakan untuk kapal yang menggunakan Jaring Gembung tersebut biasanya mengacu pada merek mesin yang dipakai, diantaranya Syanghai, Donghai, Sjuju, dengan tenaga yang dihitung berdasarkan jumlah piston yaitu 2, 3, 4 dan 8 piston semua kapal. Ada pun jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap Jaring Gembung yaitu Ikan Gembung, Ikan Tenggiri, Ikan Parang– parang, Ikan Selar, Ikan Hiu berukuran kecil, IkanTongkol, Ikan Selar Tumong dan Ikan Tamban Universitas Sumatera Utara 58 Foto 1 :Bentuk kapal yang menggunakan jaring gembung sedang tidak beroprasi • Pukat teri Pukat Teri yang digunakan oleh nelayan di Desa Bogak memiliki ukuran kedalaman mencapai 270 meter atau 180 depak cara ukur nelayan dengan membentangkan tangan seukuran orang dewasa, panjang bentangan 270 meter, ukuran lubang jaring yang digunakan 1 mm, kepala paku 5 inci, kepala paku 1,5 inci. Cara penggunakan Pukat Teri ini adalah dengan cara dibentangkan dengan membentuk satu lingkaran penuh. Kemudian, jarring ditarik pada satu sisi untuk memperkecil ukuran lingkaran yang bertujuan untuk menangkap ikan yang ada di dalam jaring tersebut. Wilayah tangkap biasanya di sekitaran Pulau Pandan, Pulau Salanama, dan Pulau Berhala dengan jarak tempuh sekitar 3 jam dalam satuan hitungan nelayan di Desa Bogak Universitas Sumatera Utara 59 • Kapal Pukat Teri Kapal yang digunakan oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap Pukat Teri memiliki 2 jenis yang dibedakan berdasarkan ukuran. Kapal yang pertama memiliki ukuran panjang 30 meter, memiliki lebar 6 meter, dan tinggi mencapai 8 meter, dimana total muatan kapal ini bisa mencapai 30 ton ikan dalam sekali angkut. Kapal yang kedua ukurannya lebih kecil yakni panjangnya sama 30 meter, lebar 6 meter, namun tingginya hanya 6 meter, dan hanya mampu memuat ikan maksimal 15 ton. • Kotak Fiber Kotak Fiber adalah merupakan wadah untuk menyimpan hasil tangkapan sementara sebelum sampai di tempat transaksi penjualan hasil tangkapan. Dengan muatan setiap wadahnya bisa diisi dengan berat 10 Kg per satu fiber. • Pecahan Es Balok Pecahan es balok ini digunakan untuk mengdinginkan ikan di dalam wadahfiber yang bertujuan untuk memperlambat pembusukan ikan dan tetap menyegerkan kondisi tangkapan. • Penerangan Alat penerangan ini tidak hanya digunakan untuk penerang saja namun juga digunakan sebagai alat pemancing ikan yang membuat ikan tertarik untuk kepermukaan laut, sehingga ikan akan mudah masuk kedalam jaring Universitas Sumatera Utara 60 Ada pun jenis ikan yang biasanya didapat oleh para nelayan yang menggunakan Pukat Teri di Desa Bogak diantaranya adalah Ikan Gembung, Ikan Tenggiri, Ikan Parang–Parang, Ikan Selar, Ikan Hiu berukuran kecil, Ikan Tongkol, Ikan Selar Tumong, Ikan Tamban, Teri Kacang, Ikan Teri Bepot ukuranya sedikit lebih kecil dari teri kacang, Udang KecepiTerasi dan Ikan Teri Nasi.

3.3.1 Tahapan Persiapan Nelayan Modern untuk Melaut

Sebelum nelayan modern melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut Nelayan Modern memiliki tahapan yang akan dilakukan. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan sebelum melakukan penangkapan ikan yang dijelaskan oleh Bapak Khidir yaitu: • Membersihkan kapal meliputi bagian dalam kapal yang sebelumnya sudah digunakan untuk tempat menampung hasil tangkapan • Memeriksa keadaan kapal dan mesin • Memeriksa keadaan alat tangkap hingga dapat dipastikan keadaannya telah benar-benar siap untuk dipakai melaut. • Persiapan lain yang dilakukan adalah mengisi bahan bakar, mempersiapkan pecahan es balok yang digunakan untuk mendinginkan hasil tangkapan • Serta mempersiapkan bahan makanan selama melaut. Adapun perlengkapan lain yang dibawa seperti tenda, alat penerang, fiber, derigen, ember, pisau, periuk, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 61 Sama seperti halnya Nelayan Tradisional yang memalukan tahapan persiapan sebelum melakukan penangkapan. Hal ini bertujuan untuk menambah efektifitas dalam kegiatan melaut seperti mempersiapkan pecahan es balok yang akan digunakan. Hal ini dilakukan ketika ikan tertangkap maka es-es tersbut tinggal disatukan saja dengan ikan dalam wadah fiber yang ada.

3.3.2 Permodalan Nelayan Modern

Pada Nelayan Modern permodalan sangat berbeda sekali dibandingkan dengan Nelayan Tradisional. Hal ini dikarenakan semua modal yang ada tergantung kepada Toke atau pemilik kapal, sebab semua Nelayan Modern di Desa Bogak merupakan anak buah kapal ABK yang artinya nelayan yang tidak memiliki kapal. Mereka hanya memliki peran sebegai pekerja yang melaut dengan menggunakan kapal yang tentu saja bukan milik mereka sendiri. Alat tangkap yang digunakan juga merupakan milik Toke, dan tidak hanya alat tangkap saja, tetapi kebutuhan pangan selama melaut anak buah kapal juga ditanggung oleh Toke. Ada juga beberapa Toke yang melakukan hubungan transaksi dengan Pemilik modal untuk membeli pesanan berapa banyak ikan yang akan di beli. Ada pun sistem pembagian hasil yang dilakukan antara Toke dengan Anak Buah Kapal seperti ini dari segi waktu melaut dan modal akan ditentukan Toke. Jumlah anak buah kapal dalam satu kapal biasanya terdapat lima sampai sepuluh orang anak buah kapal. Dalam pembagian keuntungan hasil melaut antara Toke dengan anak buah kapal tersebut menerapkan sistem bagi hasil. Universitas Sumatera Utara 62 Contohnya, Ketika ikan tangkapan berjumlah 200 Kg sampai ke pelabuhan, maka toke akan menjual ikan kepada orang yang mau membeli ikan pemilik modal dengan harga Rp. 20.000Kg, dengan komposisi jika dijual 200 Kg dengan anak buah kapal sebanyak 10 orang. Dengan ketentuan pembagian untuk anak buah kapal dihargai dengan Rp. 15.000Kg 200 Kg x Rp. 20.000 = 4.000.000 Toke menentukan harga untuk anak buah kapal dengan 15.000Kg. Hasil dari penjumlaan Rp. 15.000Kg x 200 Kg = Rp. 3.000.000, dimana total tersebut adalah jumlah uang untuk nantinya akan dipotong dengan biaya keperluan selama melaut, dan sisanya baru dibagikan kepada anak buah kapal sebagai gaji mereka. Dari total hasil Rp. 3.000.000 tersebut maka toke akan menguranginya lagi untuk membayar keperluan selama melaut sebesar Rp. 800.000. sehingga sisa dari keuntungan yang akan dibagikan kepada anak buah kapal adalah Rp. 2.200.000 dan dibagikan kepada 10 orang anak buah kapal, maka satu orang anak buah kapal mendapatkan upah sebanyak Rp. 220.000orang. Sementara itu Toke sebagai pemilik kapal mengantongi keuntungan Rp. 1000.000.

3.3.2.1. Anak Buah Kapal ABK dan Toke

Anak buah kapal ABK sebagai orang yang hanya mempunyai sumber daya tenaga kerja harus bekerja pada Toke pemilik kapal dan peralatan tangkap yang terkadang juga berperan sebagai Tekong nahkoda kapal dengan pendapatan yang diperoleh dengan sistem bagi hasil dari seluruh hasil tangkapan setelah dikurangi biaya-biaya operasional. Nelayan di daerah Desa Bogak ini umumnya menggunakan Pukat Teri dan Jaring Udang untuk menangkap ikan dan udang. Universitas Sumatera Utara 63 Nelayan biasanya berangkat melaut dari pukul 3 pagi sampai pukul 5 sore biasanya sekali melaut nelayan dapat memperoleh 5 - 20 Kg UdangKepiting yang dijual dalam keadaan segar kepada pengepul. Tangkapan Udang Kelong dan Swallow rata-rata diperoleh sekali melaut Rp. 200.000 – Rp. 800.000. Setelah dikurangi biaya-biaya, penjualan hasil tangkapan langsung dibagi biasanya dibagi 7 dan toke mendapat 2-3 bagian dan setiap nelayan buruh mendapat 1 bagian.

3.3.2.2. Ketergantungan Anak Buah Kapal ABK Terhadap Toke

Ketergantungan anak buah kapal terhadap Toke sebenarnya diakibatkan berbagai hal yang saling berhubungan, seperti mata rantai pancing yang mereka pakai di laut. Rendahnya pendapatan mengakibatkan hasil yang diperoleh oleh anak buah kapal sekali melaut hanya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang kadang-kadang juga tidak dapat memenuhi. Hal ini membuat anak buah kapal harus berhutang. Di sisi lain ketergantungan anak buah kapal yang sangat tinggi terhadap Tekong, juga disebabkan kondisi alam pesisir yang sulit untuk mengembangkan usaha di sektor lainnya. Secara terpaksa para anak buah kapal menjadi satu-satunya pekerjaan yang bisa digeluti, dan akhirnya ketergantungan terhadap Toke pun tidak dapat dihindari. Sementara itu beberapa hambatan yang dialami oleh para nelayan diantaranya adalah : 1. Tantangan Alam Tantangan alam yang dihadapi nelayan antara lain pasang, angin dan gelombang laut. Ketiga kondisi ini mengakibatkan nelayan tidak dapat melaut. Universitas Sumatera Utara 64 Jika terjadi demikian, dalam satu hari itu sama sekali anak buah kapal tidak memperoleh apa-apa. Terpaksa jalan satu-satunya adalah kembali berhutang, baik pada Toke maupun kepada pemilik warung yang menjual kebutuhan. 2. Toke Sering Tidak Melaut Toke sering tidak melaut disebabkan antara lain karena mesin kapal rusak, kapal bocor, jaring rusakdicuri orang. Masalah ini adalah masalah yang paling sering dihadapi oleh Toke dan secara langsung juga pasti berimbas kepada anak buah kapalnya. Hal ini sering terjadi, bahkan ketika sudah berada di tengah laut, mengakibatkan mereka harus kembali ke darat tanpa memperoleh hasil sedikitpun. Hal yang lebih parahnya lagi adalah seringnya Toke malas untuk melaut karena ketika mempertimbangkan kondisi cuaca nantinya hasil tangkapan juga akan sedikit, padahal biaya operasional yang harus dikeluarkan sangat besar terutama untuk bahan bakar yang digunakan pada mesin kapal.

3.3.2.3. Upaya Mengatasi Masalah Yang Dihadapi Anak Buah Kapal ABK

Upaya-upaya yang dilakukan nelayan buruh untuk mengatasi masalah- masalah yang dihadapinya : 1. Memutus Ketergantungan Terhadap Toke Ketergantungan anak buah kapal terhadap Toke sebenarnya karena tidak ada pilihan lain sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini merupakan akibat dari rendahnya pendidikan, dan kondisi alam yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan usaha lain. Upaya yang harus dilakukan Universitas Sumatera Utara 65 oleh para anak buah kapal untuk mengatasi masalah ketergantungan terhadap Toke ini adalah dengan cara menghemat uang yang ada, dan sangat ditekankan agar anak buah kapal untuk mencari penghasilan tambahan seperti dengan menjadi tukang ojek angkutan sepeda motor yang hasilnya juga tidak terlalu banyak membantu akibat mahalnya harga bahan bakar minyak. 2. Melakukan Kegiatan Bermanfaat Ketika Tidak Melaut Tantangan-tantangan alam yang dihadapi nelayan ini sebenarnya tidak dapat dikendalikan. Jika terjadi pasang laut, gelombang besar dan angin laut yang keras para nelayan tidak akan melaut karena akan sangat membahayakan keselamatan. Waktu-waktu tidak kelaut seperti ini, diisi oleh anak buah kapal dengan bekerja untuk memperbaiki jaring pukat yang koyak, memperbaiki mesin dan kapal yang rusak. 3. Mengatasi Toke Yang Sering Tidak Melaut Masalah ini sebenarnya adalah masalah yang paling sering terjadi, apalagi sejak naiknya harga bahan bakar minyak sebagai salah satu perlengkapan yang harus ada untuk melaut. Karena untuk sekali melaut akan menghabiskan kira-kira 80 liter minyak tanah. Minyak tanah ini juga adalah sebagai pengganti solar yang harganya lebih tinggi lagi dari minyak tanah. Toke terpaksa harus menanggung resiko mesin mudah rusak dengan adanya penggantian bahan bakar ini. Disamping bahan bakar minyak, Toke juga harus menyediakan perlengkapan lain seperti jaringpukat yang siap pakai, mesin dengan kondisi baik yang juga akan menghabiskan banyak biaya. Sementara itu hasil yang akan diperoleh juga tidak pasti dan tidak sebanding dengan biaya operasional. Anak Universitas Sumatera Utara 66 buah kapal harus mensiasati hal tersebut dengan mencari juragan lain yang akan berangkat melaut apabila Toke yang biasa mereka tumpangi tidak berangkat. Anak buah kapal yang menumpang seperti ini biasanya akan diikutkan juga dalam pembagian hasil tangkapan.

3.4. Pengetahuan Mengenai Waktu Melaut

Nelayan di Desa Bogak baik tradisional maupun modern bergantung pada keadaan angin dan cuaca. Walaupun kapal tangkap yang dipakai menggunakan mesin besar, tetapi nelayan tersebut juga harus menyesuaikan dengan keadaan angin atau cuaca. Waktu untuk melaut pada masyarakat nelayan modern dan tradisional di Desa Bogak dimulai pada pagi sekitar pukul 05.00 WIB, dan kembali pada siang hari sekitar pukul 12.30 WIB, dan terkadang juga pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Waktu kembali ke darat ini tergantung pada jumlah hasil tangkapan yang didapat. Bapak Yusuf yang merupakan salah satu nelayan yang masih beroperasi di laut Desa Bogak. Beliau menuturkan salah satu hal yang menjadi kendala terbesar baik bagi Nelayan Tradisional maupun Nelayan Modern dalam kegiatan melaut adalah cuaca yang saat ini tidak menentu. Beliau menjelaskan bahwa faktor angin dan cuaca mempengaruhi kegiatan melautnya sebanyak 80 sementara 30 lebih ke faktor non teknis seperti ketersediaan bahan bakar. “. . . Kalau saya sebagai nelayan itu enggak tentu melautnya, nelayan tradisional yang pakai mesin atau tidak sama saja, hanya jarak melaut saja yang membuat beda. Kalau kita sembarangan melaut tanpa memperhatikan keadaan cuaca, bisa-bisa nelayan Universitas Sumatera Utara 67 terseret arus dan dibawa sampai ke tengah laut sana. Jadi kalau ditotal itu hampi 80 lah angin itu berpengaruh untuk kegiatan melaut baik bagi Nelayan Modern dan Nelayan Tradisional seperti saya . . .” Pengetahuan tentang membaca angin dan juga cuaca merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh bapak Yusuf sejak turun-temurun. Bapak Yusuf menuturkan bahwa pengetahuan membaca angin dan cuaca didapatnya dari ayahnya yang juga dulu merupakan seorang nelayan. Bapak Sulaiman yang juga merupakan nelayan di Desa Bogak sudah sejak umur 8 tahun ikut memancing di laut bersama ayahnya, sehingga dalam kegiatan menangkap ikan tersebut terkadang ayahnya mengajarkannya bagaimana membaca arah angina, dan juga melihat cuaca mana yang paling bagus untuk berangkat melaut. “... Kalau kemampuan membaca angin dan juga cuaca itu mungkin hampir sama ya dengan nelayan lainnya, dalam arti kata diturunkan dari bapak-bapak kami dulu. Karena seperti saya ini kan pergi melaut itu udah sejak saya masih kecil, itu sekitar umur 8 tahun. Di kapal itu lah orangtua kami sering mengajarkan kami bagaimana teknik memancing yang baik dan juga mengajarkan kapan waktu pulang, cuacanya yang seperti apa yang paling bagus untuk melaut, semuanya diajarkan turun-temurun ....” Beberapa pengetahuan lainnya yang dimiliki oleh para nelayan di Desa Bogak dalam menentukan kapan waktunya untuk pergi melaut adalah sebagai berikut : • Menentukan cuaca dengan cara melihat keadaan bulan pada malam hari. Jika keadaan bulan terlihat separuh dan diikuti dengan adanya Universitas Sumatera Utara 68 awan atau kabut di sekitar bulan, maka cuaca esok hari tidak akan bagus untuk para nelayan pergi melaut. • Namun, jika pada saat malam hari bentuk bulan terlihat separuh dan tidak memiliki awan dank abut di sekitarnya, maka cuaca pada esok hari bagus untuk para nelayan pergi melaut • Ketika ada yang melihat Alip kilatan petir pada saat sore hari menjelang malam, di sekitaran pesisir sebelah barat daya mengarah ke utara makan cuaca pada esok hari tidak bagus untuk melaut. • Bila terdengar suara burung camar yang saling bersautan di sekitaran pesisirpantai pada malam hari maka keadaan esok hari akan ada angin kencang, dan sangat bahaya bagi para nelayan pergi melaut. Nelayan Modern di Desa Bogak juga memiliki pengetahuan yang sama dengan Nelayan Tradisional dalam membaca waktu untuk melaut. Kendala yang dialami oleh Nelayan Modern juga sama dengan Nelayan Tradisional yaitu keadaan angin atau cuaca. Namun, dengan keadaan tertentu pada saat cuara kurang bagus, Nelayan Modern masih dapat beroperasi karena kapal mereka yang relaitif besar dan memiliki mesin yang kuat dibanding kapal milik Nelayan Tradisional. Waktu keberangkatan melaut Nelayan Modern juga ditentukan dengan pasang surut air laut, lama waktu melaut yang dilakukan Nelayan Modern berlangsung satu sampai tiga hari dan ada juga beberapa Nelayan Modern sampai seminggu atau tujuh hari. Bapak JM menuturkan lamanya melaut pada Nelayan Modern tergantung pengoperasian alat yang digunakan karena penggunakan pukat teri memiliki Universitas Sumatera Utara 69 tingkat produksi yang lebih tinggi dalam sekali pengoprasian bisa memakan waktu dua jam lebih. “ . . . ya ada yang bisa satu malam bahkan sampe seminggu yang sampe seminggu itu karena mereka menggunakan alat tangkap pukat teri sama jaring gembung pengoprasiannya pun dalam penggunaannya bisa memakan waktu 2 jam . . . ” Di sisi lain juga Nelayan Modern dengan jangka waktu yang lama saat melaut tentu saja untuk mencari keuntungan yang banyak dengan memaksimalkan muatan kapal yang mereka gunakan cukup besar. Bapak JM juga menjelaskan kepada peneliti tanda-tanda seperti apa saja yang terjadi di laut ketika ikan sedang ada mauapun ikan sedang tidak ada. Adapun tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut : • Ketika air laut berwarna normal biru laut maka di daerah tangkapan tersebut jumlah ikan masih sedikit. • Kertika air laut berwarna keruh maka fenomena tersebut menandakan bahwa di daerah tersebut tidak terdapat ikan • Ketika air laut berwarna seperti hijau daun padi muda maka di wilayah tersebut banyak terdapat ikan. • Apabila terdapat buih-buih seperti buih sabun pada air laut ketika terjadi air pasang di sekitaran pantai, maka fenomena tersebut menggambarkan bahwa ikan di laut sedang melimpah jumlahnya. • Apabila curah hujan cukup baik pada siang maupun malam hari, hal itu juga menandakan ikan sedang melimpah di laut. Universitas Sumatera Utara 70 Pengetahuan tersebut sudah ada sejak lama pada nelayan di Desa Bogak dan di terapkan sampai sekarang. Karena nelayan di Desa Bogak merasa lebih mudah untuk mencari ikan dengan menerapkan pengetahuan-pengetahuan tersebut dan mudah untuk dipelajari oleh para nelayan yang ada. Seperti yang di ungkapkan oleh seorang nelayan yang bernama bapak Sarbini yang merupakan salah seorang nelayan di Desa Bogak “...kalau saya si lebih enak ya apa ya bilangnya? Ya lebih bagus la kalau nerapkan itu tentu la ya kita sambil nunggu-ngunggu ada tanda itu kan ngasi renggang waktu untuk ikan berkembang biak kan gitu. Jadi pengetahuan kayak gitu ya harus di pertahankan. Terlebih lagi gampang untuk belajarnya langsung aja ikut kelaut...” Dengan adanya pengetahuan tersebut maka pelestarian ikan dilaut akan berjalan secara tidak langsung dengan dilakukannya pengetahuan tersebut yang di sebabkan nelayan memberikan jarak waktu menangkap ikan dengan menunggu tanda-tanda yang ada tersebut. dalam hal lain lagi pengetahuan yang melihat keberadaan ikan sudah banyak atau belum berkaitan langsung dengan kegiatan Ritual Jamu Laut. Jika mereka para nelayan sering melakukan pengankapan ikan sebelum tanda-tanda tersebut terlihat maka mereka akan dianggap seraka terhadap alam. Sanksi bagi nelayan yang sering melakukan hal tersebut berupa pembayaran kutipan uang untuk pelaksanaan ritual tersebut berbeda jumlahnya dari nelayan- nelayan lainnya. Universitas Sumatera Utara 71

3.5. Wilayah Tangkapan Ikan