Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Nelayan yang ada di Desa Bogak terdapat dua klasifikasi nelayan yaitu Nelayan Tradisional dan Nelayan Modern. Kedua Klasifikasi Nelayan tersebut memiliki cara yang berbeda dalam proses melaut untuk melakukan penangkapan ikan. Hal ini dilihat dari segi waktu, lama melaut, alat yang digunakan, dan modal melaut yang meliputi peralatan dan kebutuhan pangan. Dalam penelitian ini terdapat dua klasifikasi nelayan yang didapat di lapangan. Pertama, Nelayan tradisional yang merupakan nelayan yang pada umunya menggunakan alat tangkap tradisional dan sederhana. Modal yang digunakan usaha relatif kecil dan cara penangkapan yang relatif sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Kedua, adalah Nelayan Modern yang merupakan nelayan yang menggunakan alat tangkap yang berteknologi tinggi seperti penggunaan alat tangkap skala besar, dengan menggunakan mesin bantu untuk menarik jaring ikan, dan juga mesin kapal yang cukup besar untuk menambah luas jelajah dari kapal. Modal usaha yang dikeluarkan cukup besar dan Nelayan Modern tersebut lebih berorientasi kepada penjualan ikan ke Tempat Pelelangan Ikan TPI dan penjualan ke luar wilayah Kabupaten Batu Bara. Universitas Sumatera Utara 113 Dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, para nelayan di Desa Bogak biasanya akan melakukan berbagai tahapan-tahapan meliputi persiapan ke laut, waktu melaut, melihat tanda-tanda yang bagus untuk melaut, daerah penangkapan ikan dilaut, penyortiran, sampai penjualan hasil tangkap ikan di tempat pendaratan kapal atau di Tempat Pelelangan Ikan. Sebelum nelayan berangkat ke laut, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: membersihkan kapal meliputi bagian dalam kapal yang sebelumnya sudah digunakan untuk tempat menampung hasil tangkapan, memeriksa keadaan kapal dan mesin serta memeriksa keadaan alat tangkap hingga dapat dipastikan keadaannya telah benar-benar siap untuk dipakai melaut. Persiapan lain yang dilakukan adalah mengisi bahan bakar, mempersiapkan es batu, serta mempersiapkan bahan makanan selama melaut. Adapun perlengkapan lain yang dibawa seperti tenda, alat penerang, fiber, derigen, ember, pisau, periuk, dan lain-lain. Nelayan di Desa Bogak memiliki pengetahuan untuk menentukan kapan nelayan akan berangkat melaut dengan melihat pasang surutnya laut, cuaca dan menentukan kerutinan nelayan yang di tentukan dengan menunggu terlihatnya tanda-tanda yang mereka ketahui sebagai tanda bahwa ikan sudah mulai banyak dan akan mendapatkan asil tangkapan yang banyak. Hal ini secara tidak langsung memberi kesempatan perkembang biakan ikan-ikan yang ada dilaut. Para nelayan yang ada di Desa Bogak sebagian besar membawa hasil tangkapan ke TPI Tempat Pelelangan Ikan. nelayan yang banyak menjual ke TPI biasanya Nelayan Pengguna Pukat dilihat dari hasil tangkapan yang lebih besar dibandingkan dengan Nelayan Tradisional. Sedangakan sebagian Nelayan Universitas Sumatera Utara 114 Trasidisional hasil tangkapan akan di gunakan untuk konsumsi sendiri dan ada juga beberapa yang menjual ke TPI. Pada hasil tangkapan nelayan di desa Bogak tidak hanya langsung dijual ke TPI untuk memperoleh keuntungan dari hasil melaut tersebut. Ada sebagian besar hasil tangkapan nelayan yang di olah menjadi ikan asin seperti Ikan Gembung dan Partakus dan ikan teri dijual ke pengusaha untuk diperoses labih lanjut untuk meningkatkan kualitas. Adapun tradisi yang masih dilakukan oleh warga masyarakat di Desa Dahari Selebar terkait dengan sumber daya lautnya adalah Ritual Jamu Laut. Ritual Jamu Laut merupakan salah satu jenis upacara tolak bala yang terdapat pada masyarakat Pesisir, di beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Utara. Upacara adat ini sudah berlangsung sejak lama dan masih dilestarikan hingga saat ini namun diselaraskan dengan ajaran agam Islam yang dianut sebagian besar masyarakat Pesisir di Kabupaten Batu Bara terutama Di Desa Bogak. Ritual masih dilakukan oleh masyarakat Pesisir di Kabupaten Batu Bara. Para nelayan mempercayai bahwa seluruh lautan dikuasai oleh makhluk halus, yaitu Mambang Laut terdiri dari 4 penguasa yang bersemayam di 4 penjuru mata angin. Masing-masing penguasa laut itu dikenal dengan nama: Datuk Panglima Merah, Datuk Panglima Hitam, Datuk Panglima Kuning dan Syeh - Syeh. Sebagai titik tengah dari empat arah kekuasaan penguasa laut, ditentukan dengan melihat pertemuan dua arus laut dan juga merupakan peletakan sesaji Jamu Laut. Peletakan atau tempat menurunkan sesaji Jamu Laut ini sebelumnya Universitas Sumatera Utara 115 telah ditentukan melalui musyawarah antara, masyarakat, nelayan utusan pemerintah daerah, dan pawang laut. Ritual Jamu Laut adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap alam dan lingkungan yang telah memberikan sumber dayanya demi keberlangsungan hidup manusia, dalam hal ini adalah laut yang menjadi sumber penghidupan para Nelayan Pesisir. Dengan adanya pelaksanaan upacara adat seperti ini, masyarakat dengan sendirinya akan melakukan hal-hal yang baik terhadap lingkungan dengan tidak merusak alam. Dalam rangkaian penyelenggaraan Ritual Jamu Laut, juga dilihat sebagai kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dengan melibatkan semua warga masyarakat hal ini dapat menumbuhkan sebuah yang positif seperti membuat semakin eratnya rasa kebersamaan sesama nelayan, menjaga silahturahim sesama nelayan mau pun masyarakat, sadar akan menjaga ekosistem laut, dan lebih mensyukuri apa yang telah didapat dari hasi melaut. Semua ini dapat dengan adanya nilai gotong royong yang terkandung dalam Ritual Jamu Laut dalam proses kegiatan berlangsung Misalnya dengan adanya kerja bakti membersihkan tempat pelaksanaan upacara dan lingkungan sekitar dengan bersama–sama menjalan acara Ritual tersebut oleh seluruh warga. Selain itu,ada juga makan bersama yang menjadi bagian dari rangkaian acara Ritual Jamu Laut ini juga mencirikan bahwa Ritual ini tidak mengabaikan kepentingan rakyat banyak dan tidak hanya mengedepankan acara-acara yang bersifat seremonial belaka. Dengan demikian, rasa kebersamaan masyarakat akan semakin erat dan harmonis dengan sendirinya. Universitas Sumatera Utara 116

5.2 Saran