Asal Usul Tradisi Jamu Laut

91

BAB IV RITUAL JAMU LAUT DI KABUPATEN BATUBARA

4.1 Asal Usul Tradisi Jamu Laut

Ritual Jamu Laut merupakan salah satu jenis upacara tolak bala atau juga menunjukan rasa syukur yang terdapat pada masyarakat Pesisir, di beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Utara. Ritual ini sudah berlangsung sejak lama dan masih dilestarikan hingga saat ini namun diselaraskan dengan ajaran agama Islam yang dianut sebagian besar masyarakat Pesisir di Kabupaten Batu Bara. Setiap Masyarakat pesisir di berbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara memiliki upacara ritual yang masih dipercayai oleh masyarakatnya dan dihubungkan dengan kepercayaan yang bersifat gaib. Dan ini juga terdapat pada masyarakat Pesisir di sekitaran kawasan wisata Pantai bunga di desa Bogak Kabupaten Batu Bara memiliki sebuah Ritual yang ada sejak lama. Ritual ini masih dilakukan oleh masyarakat Pesisir di Kabupaten Batu Bara Pelaksanaan Ritual yang kerap dibayangkan sebagai upacara yang bersifat keramat karena para pendukungnya mengikuti dengan khidmat dan meyakininya sebagai sesuatu yang bersifat magis. Dalam upacara adat disertai dengan berbagai perasaan dan perlengkapan simbolis. Terdapat pula rangkaian perangkat lambang- lambang yang berupa benda atau materi, kegiatan fisik, hubungan tertentu, kejadian-kejadian, isyarat-isyarat, dan berbagai situasi tertentu dalam proses pelaksanaannya Syaifuddin, 2005 Universitas Sumatera Utara 92 Salah satu Ritual masyarakat Pesisir di Kabupaten Batu Bara adalah Ritual Jamu Laut yang termasuk dalam jenis upacara tolak bala. Ritual ini bertujuan untuk memberikan persembahan kepada para penunggu laut atau yang dikenal dengan sebutan Mambang Laut. Ritual Jamu Laut berasal dari masyarakat Melayu lama yang terus hidup sesuai dengan perkembangan kepercayaan masyarakat pesisir itu sendiri. Kepercayaan atau upacara ini mempunyai asal yang sama dengan asal nenek moyang dari berbagai suku-suku di Nusantara yakni dari Asia dan kawasan Indo-China yang datang sekitar ratusan tahun yang lalu. Upacara atau ritual Jamu Laut diselenggarakan agar kaum nelayan yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut mendapat berkah dalam penghidupannya Tengku Luckman Sinar dalam http:pussisunimed.wordpress.com. Dengan kata lain, Ritual Jamu Laut adalah suatu upacara tolak bala atau selamatan yang berhubungan dengan kehidupan di laut. Dalam pelaksanaan Ritual Jamu Laut terdapat tahap perjamuan makan yang ditujukan kepada penghuni laut yang menguasai laut dan kaum nelayan percaya bahwa itu akan mendatangkan keselamatan dan berkah. Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa para nelayan merupakan kelompok yang intensif menggunakan metode ilmu gaib dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini disebabkan lebih banyak tantangan yang dihadapi di laut dibandingkan dengan di darat Koentjaraningrat, 1985 Para nelayan mempercayai bahwa seluruh lautan dikuasai oleh makhluk halus, yaitu Mambang Laut terdiri dari 4 penguasa yang bersemayam di 4 penjuru Universitas Sumatera Utara 93 mata angin. Masing-masing penguasa laut itu dikenal dengan nama: Datuk Panglima Merah, Datuk Panglima Hitam, Datuk Panglima Kuning dan Datuk Panglima Putih atau Syeh-Syeh. Ada pun fungsi keempat penguni laut tersebut sebagai berikut: 1. Datuk panglima kuning sebagai Raja laut. 2. Datuk Panglima Hitam sebagai Panglima Laut. 3. Datuk Panglima Merah sebagai Pendamping Raja dan Panglima. 4. Datuk Panglima Putih sebagai Penasehat Raja dan Panglima Laut. Sebagai titik tengah dari empat arah kekuasaan penguasa laut, ditentukan dengan melihat pertemuan dua arus laut dan juga merupakan peletakan sesaji Jamu Laut. Peletakan atau tempat menurunkan sesaji Jamu Laut ini sebelumnya telah ditentukan melalui musyawarah antara nelayan, utusan pemerintah daerah, dan pawang laut. Orang yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan Ritual Jamu Laut adalah pawang laut, yakni orang yang diyakini mempunyai kekuatan magis dan mampu menguasi penghuni laut. Pawang laut berperan penting dalam kehidupan masyarakat pesisir dan menjadi tumpuan nelayan untuk berkomunikasi dengan roh-roh gaib yang menguasai laut. Para nelayan percaya bahwa makhluk halus akan murka jika ada yang melanggar pantangan. Masyarakat Pesisir bahwa gangguan makhluk halus laut hanya dapat diselesaikan oleh pawang laut. Dengan di selaraskannya Ritual Jamu Laut dengan ajaran agama Islam masuk dan berkembang di wilayah Desa Bogak tersebut. Ritual Jamu Laut tidak terlalu lekat dengan ritual memohon berkah dan perlindungan kepada makhluk Universitas Sumatera Utara 94 gaib penunggu laut, melainkan sebagai media permohonan dan wujud syukur kepada Allah SWT. Namun, disisi lain masyrakat sekitar tetap mempercayai bahwa mahluk gain pengunggu laut itu tetap ada. Ritual Jamu Laut yang ada di Desa Bogak pertama kali yang membawakan adalah Suku Melayu yang ada di Kabupaten Batu Bara sampai sekarang dan sudah diikuti Suku Bangsa lainnya yaitu suku Jawa dan Suku Banjar terutama yang berkerja sebagai nelayan yang ada di Kabupaten Batu Bara yang dilaksanakan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

4.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan