Pelaksanaan Upacara RITUAL JAMU LAUT DI KABUPATEN BATUBARA

101

4.5 Pelaksanaan Upacara

Pelaksanaan Ritual Jamu Laut menganut cara dan syarat yang berbeda- beda di masing-masing daerah pesisir karena tergantung pada permintaan pawang laut. Dalam Ritual Jamu Laut masyarakat Pesisir di Kabupaten Batu Bara yang dilangsungkan di Pantai Bunga, di desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram. Ritual Jamu Laut masyarakat Pesisir di Pantai Bunga, baik secara kepercayaaan maupun secara kultur, menimbulkan fenomena sosial dari masyarakat dengan dominasi suku Melayu Pesisir tersebut sebagai komunitas pendukung. Ritual Jamu Laut yang dilaksanakan tepatnya di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batubara terdiri dari 6 enam tahapan diluar dari persiapan sesaji. Masing - masing tahapan merupakan pokok utama dari seluruh rangkaian penyelenggaraan Ritual yang diadakan. Keenam tahapan tersebut tersusun secara berurutan sedemikian rupa, yaitu: 1 Pemancangan Bendera empat tempat, empat warna, 2 Penyembelihan hewan, 3 Barjanji ikrar dan doah berdoa atau kenduri, 4 Mengantar Persembahan 5 Pengumuman pantangan Melaut, dan 6 Membagi Makanan Tata urutan Ritual Jamu Laut yang diawali pasti dengan mempersiapkan sesaji yang dibutuhkan, ketika sudah siap maka semua pihak yang terlibat mengikuti kenduri yang dilaksakan di pantai tempat lokasi pelepasan jamu laut. Universitas Sumatera Utara 102 Dalam sesaji itu sebagian dibawa sebagian untuk dikuburkan, yang dikuburkan biasanya adalah darah dan jerohan kerbau atau kambing, serta kotorannya juga dikuburkan. Sementara itu bagian kerbau atau kambing yang akan dibawa ke laut adalah tulang belulang dan kepala hewan yang di sembelih. Alasan mengapa masyarakat lebih memilih kenapa tulang yang dilarung dilaut adalah karena jika yang dibuang adalah daging maka akan mubajir. Persembahan daging biasanya hanya diberikan sedikit saja, selebihnya akan dibagi-bagikan ke anak-anak yatim dan yang kurang mampu. Lebih lanjut bapak Yusuf mengatakan dalam wawancara : “ . . . untuk apa dikasi daging, kalau cuma dibuang ke laut, berarti kan mubajir. Daging yang ada dalam sesaji itu paling ada hanya 1 setengah kilo aja . . .” Posisi tulang tulang itu di susun dengan menyerupai bentuk kerbau. Hal ini ditujukan sebagai penghormtan kepada penghuni laut, dimana didalamnya juga termasuk bunga rampai, sirih dan darah. Pisang pulut dan Boroti akan ditabur secara keliling di atas wadah yang membawa sesaji dimana hal ini semua merupakan bentuk kehormatan kepada roh yang ada di laut. Sementara itu pisang yang banyak tadi akan dibuang juga sebagian ke laut, tujuannya juga untuk menghormati penghuni lautan. Sebelum keberangkatan warga membawa sesajen, terlebih dahulu masyarakat akan melaksanakan tahlilan untuk memanjatkan do’a agar acara berjalan dengan lancar. Hal ini dijelaskan oleh bapak Yusuf sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 103 “ . . .Ya sebelum berangkat yang kenduri terlebih dahulu tadikan ya kenduri pada umunya sebelum berangkat ya tahlil dan kulhu ya seperti pada umunya. . .” Kemudian disusunlah sedemikian rupa sesajen yang telah dibuat tadi dinaikan ke kapal yang sudah disediakan wadahnya. Setelah sampai dilaut maka diturunkan sesaji dengan perlahan dan akan dilakukan prosesi berdoa yang dipimpin oleh pawang laut. Doa yang di bawakan sekecil kecilnya surah Al- Fatiha. Ketika selesai acara jamu laut itu tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan, namun biasanya setelah acara tersebut masyarakat akan dilarang melaut selama seminggu, atau terkadang juga 3 hari waktu pantangan paling cepat, tergantung keputusan pawang laut. Perubahan Ritual Jamu Laut antara dulu dengan yang sekarang tidak ada perubahan yang signifikan. Namun menurut bapak H. Ibrahim hal yang sudah tidak dilakukan lagi adalah orang yang memotong kerbau dengan minum darah dan memakan pasir yang saat itu dulunya masih dianggap sebagai salah satu bagian Ritual Jamu Laut, tetapi seiring berjalannya waktu prosesi itu dihilangkan karena berhubungan dengan syirik dan dianggap najis. Hal itu pun tidak dilakukan lagi pada saat sekarang ini, jadi darah kerbau tersebut sebagian di kuburkan dan sebagaian lagi di bawa ke laut dengan sesaji lainnya. Ada juga perubahan terkait dengan hewan yang di sembelih atau dikurbankan, hewan yang di persembahkan pun terkadang berubah – ubah antara kambing dengan kerbau. Hal ini terjadi seberapa banyak dana yang diperoleh untuk acara ritual Jamu Laut ini. Jadi sesaji utama jika kerbau ketika dana itu tercukupi dan jika dana kurang tetap harus dilaksanankannya Ritual Jamu Laut maka sesaji utama menggunakan kambing. Universitas Sumatera Utara 104 Sementara itu bapak Yusuf 60 mencoba menjelaskan lebih rinci lagi kepada peneliti mengenai tahapan Ritual Jamu Laut yang ada di Desa Dahari Selebar. Tahap pertama adalah mendirikan balai upacara, yaitu bangunan sederhana yang didirikan di tempat Ritual. Balai tersebut dibangun dengan batang pohon, berwujud tanpa dinding, dan beratap anyaman daun kelapa. Letaknya memanjang dan sejajar dengan sisi pantai. Balai ini digunakan untuk meletakkan perlengkapan yang dipersembahkan sesaji. Pawang Laut menaburkan bunga dan kemudian meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan untuk para penguasa laut. Seluruh warga masyarakat diharapkan datang pada Ritual Jamu Laut ini datang dengan sendirinya tanpa diundang. Hal ini bertujuan untuk kesadaran masyarakat sekitar dalam mensyukuri apa yang mereka peroleh selama ini dari hasil melaut. Selanjutnya, disediakan sebatang bambu atau batang kayu yang lurus berukuran 5 meter untuk memancang beberapa bendera yang terdiri dari kain berwarna putih, kuning, hitam dan merah. Pemancangan bendera dilakukan sebelum pelaksanaan pengantaran atau pengarakan sesaji ketengah laut. Pemancangan bendera dilakukan oleh para pawang laut. Di lokasi Ritual Jamu Laut tepatnya di pinggiran pantai, pawang laut berdoa untuk para penunggu laut. Bendera yang diikat pada potongan batang bambu dipacakkan atau ditancapkan di empat tempat di sekitar penyelenggaraan upacara dan setiap bendera yang di tancapkan sejajar dan mengarah ke lepas pantai. Masyarakat mempercayai bahwa pemancangan bendera merupakan tanda untuk pemberitahuan kepada para penguasa laut bahwa akan diselenggarakan Ritual Jamu Laut. Tahap pemancangan itu sekaligus juga sebagai tanda bagi Universitas Sumatera Utara 105 masyarakat agar menunjukan bawah tempat pemancangan bendera tersebut merupakan tempat kerajaan - kerajaan penghuni laut berada. Selanjutnya, disediakan kerbau atau kambing untuk persembahan hewan itu telah ditambatkan atau dikurung di lokasi upacara sejak malam sebelumnya. Sebelum dipotong, hewan persembahan terlebih dulu dimandikan oleh pawang laut dengan air bercampurkan Bunga Rampai. Pada pagi harinya pawang laut menyembelih serta memimpin penyembelihan kerbau atau kambing. Tempat penyembelihan dilakukan di atas sebuah lubang kecil yang digali untuk menampung darah. Proses penyembelian yang dilakukan diatas lubang kecil memiliki sebuah arti yaitu tahap bersatunya darah dengan tanah yang mengandung arti simbolik, yakni keseratan hubungan makhluk hidup, terutama manusia dengan lingkungan sekitarnya. Setelah disembelih kerbau atau kambing dipotong-potong dan dipisahkan menjadi dua bagian. Bagian kepala, tulang dan kulit dikemas untuk dipersembahkan kepada para penguasa laut. Sedangkan sebagian dagingnya dicincang untuk dibagi - bagikan Saat matahari beranjak naik dan pasang laut naik sudah melulai terlihat, upacara persembahan dimulai dan dipimpin oleh pawang laut dan pemuka masyarakat dan melakukan kenduri doa bersama seperti pada umunya. Setelah kenduri dan doa bersama selesai kemudian memancangkan empat bendera, Pawang Laut menghadap kiblat sejenak dan membaca doa dengan mengucapkan Assamualaikum ya datuk panglima merahkuningpituhhitam pengucapan akhir dari doa tersebut berubah sesuai dengan warna bendera yang ada. Selain itu Universitas Sumatera Utara 106 pawang laut juga menaburkan bunga dan kemudian meletakkan sesaji ke kapal dengan wadahnya yang akan dipersembahkan untuk para penguasa laut. Oleh Pawang Laut, sesaji Jamu Laut di arah kan kearah dimana yang dipercaya tempat tersebut semua berkumpulnya para penghuni laut. Prosesi yang berikutnya adalah mengarak Sesaji Jamu Laut sekitar 2 mil dari pantai ketengah laut yaitu antara pulau salah namo dan pulau berhala, yakni di suatu tempat yang dipercaya masyarakat sebagai sempat dan pusat berkumpulnya para penghuni laut. Saat sampai ditenmpat yang di tuhu arak arakan Sesaji Jamu Laut pun berhenti, semua peserta upacara berdiri menghadap kiblat. Selanjutnya seorang yang dipercaya masyarakat membaca surah Al - Fatiha, giliran pawang laut membawakan doa Arwah Junjungan. “Bismilah allahumafir niatinabislam allahumafir niatinabisalam aulam nauzarlam qoulan waibadatan waamalan solihah ya rahman ya rahimin ya arhaman rohimin. Allahhuma firniati nabisalam wasalim azanada birkati fatihah wasalim dinana berkati fatihah wasalim islamana berkati fatihah wasalim imanana berkati fatihah wasalim umurana berkati fatihah wasalim amalana berkati fatihah wasalim amwalana berkati fatihah min bala inzala azabinar allahhuma minjaja minsalasa koroktu allmahumah. Ya Allah ya rahaman rohimin ya arhamana rohimin lahalawalakuata bila aiyul ajim. Alahuma azrohmatan wal maqrota wani’mata wasalamata wal afiata hususon haziniati ahlibaiti ya allah ya rahman ya rohim ya arhaman rohimin” Arti dalam intinya: “penghormatan, selamat, nasehat, pidato yang ditujukan kepada orang terutama kepada Nabi kedua sahabat Nabi, kepada Syeh- Syeh, kepada Ulama-Ulama atau Guru-guru dan kepada wali Allah. Sekalian muslimin dan muslimin jaukan lah dari bala atau celaka dan selamat pada dunia dan akhirat” Selanjutnya pawang laut dengan perlahan menjatuhkan sesaji ke laut ditempat yang ditentukan. Setelah semua selesai, kemudian seluruh peserta Universitas Sumatera Utara 107 meninggalkan tempat upacara dengan pantangan tidak boleh melihat ke arah belakang Setelah ritual inti Ritual Jamu Laut usai dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian nasehat yang bersifat pengarahan dan bimbingan dari pemerintah daerah. Di dalam kata-kata nasihat itu dinyatakan bahwa pihak pemerintah mendukung dan mengukuhkan Ritual Jamu Laut sebagai aktivitas masyarakat. Setelah itu, panitia membagikan makanan yang tersedia kepada seluruh peserta dan juga membagikan kepada anak yatim piatu dan juga orang - orang yang kurang berkecukupan atau yang lebih membutuhkan. Seluruh peserta upacara dipastikan harus mendapat makan karena diyakini bahwa penyelenggaraan Ritual Jamu Laut tidak akan sempurna dan tidak akan sampai pada tujuannya apabila ada salah seorang peserta saja yang tidakbelum mendapat bagian makan bersama-sama. Terakhir, sesudah pembagian selesai kemudian seluruh peserta upacara kembali ke rumah masing-masing. Selain kelima tahap pokok yang sudah disebutkan di atas, di dalam pelaksanaan Ritual Jamu Laut dilain tempat dengan hal serupa juga kerap diselingi dengan berbagai acara lainnya. Acara-acara tambahan itu misalnya pertunjukan kesenian adat, kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekitar, dan berbagai macam kegiatan yang bersifat sosial-kemasyarakatan lainnya. Sudirman, http:dirmanmanggeng.blogspot.com. Universitas Sumatera Utara 108

4.5 Pantangan