Aktifitas dan Kiprah Dakwah

Ade Yoliand. Namun seiring dengan perkembangan, maka sejak tahun 2000 Grup Nasyid Lampion berdiri sendiri secara independent. Nama Lampion diambil dari nama lampu penerangan yang dikenal di kalangan etnik tionghoa. Maknanya, ibarat sebuah lampu, maka Grup Nasyid Lampion berharap dapat menjadi lampu yang dapat menerangi jalan manusia menuju Allah SWT melalui jalur seni budaya, dalam hal ini adalah nasyid. Sampai akhirnya nama Lampion digunakan dikarenakan sebagian besar dari personil grup ini adalah dari Muslim Keturunan Tionghoa, dan memang Grup Nasyid Lampion memberi sentuhan etnik Tionghoa di dalam performancenya. Pada tahun 1999 sampai ke hari ini Grup Nasyid Lampion belajar kepada Grup Nasyid Qatrunada Indonesia. Lampion juga berkolaborasi dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi dakwah yang banyak bergelut dengan dunia dakwah Islam di kalangan etnik Tionghoa seperti Yayasan MUSTIKA Muslim Tionghoa dan Keluarga dan juga organisasi PITI Persatuan Islam Tionghoa Indonesia di dalam menjalankan aktifitas dakwahnya, karena menurut Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja, cara berdakwah tidaklah hanya sekedar berceramah, melainkan bisa melalui syair-syair yang indah. Nasyid Lampion pun sudah pentas di berbagai acara diataranya, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Travel Haji Tazkiyah, Radio Dakta, Asyafiiyah, Alaikasalam, TVRI, Indosat, SCTV, DAAI TV, Latahzan TV online, TPI, BlueBird Group, Hotel Indonesia, Hotel le Meridien, Hotel Sahid, Hotel Cempaka, The Park Hotel, Hotel Nikko, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Yayasan H.Karim Oei, MUSTIKA, SD Islam Avicenna, SDIT Al Kautsar, SMU68, SMU54, SMU77, SMU48, Blok M Plaza, Mall Citraland, Mall Pondok Indah, Pekan Raya Jakarta, Balai Kartini, Batam, Palembang, Pontianak, Cirebon, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dll. Baginya dakwah adalah pengaplikasian dari sifat Nabi yang bernama Tabligh yang berarti menyampaikan, mengajak, menyadarkan, dan mengamalkan. Orang tuanya tidak pernah menyuruhnya untuk menjadi seorang pemuka agama. Ia memilih jalur keagamaan karena terdorong oleh situasi dan kondisi umat. Sehingga membuatnya tergerak untuk melakukan dakwah. Baginya dakwah adalah hal yang ia sukai melebihi kesukaannya pada membaca dan menggambar. Oleh karena hobinya menggambar, beliau mempunyai sanggar lukis bernama Cahaya Mata yang berlokasi di Jl.Raya Tengah No.32 Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dan melatih anak-anak yang ingin belajar menggambar komik MANGA yang berasal dari Jepang. Kesehariannya Ustadz Andrew Ifran Tanudjaja juga membuat Siomay Ayam dan menjualnya di beberapa outletnya yang berada di Pom bensin Pangeran Jayakarta, Kumon Condet depan Asrama ABRI, dan di Toko Buku Demi Masa yang berlokasi di Jl. Tebet Timur Dalam dengan nama “Siomay H. Tan” yang sudah terkenal kelezatannya. Kegiatan dakwahnya dilakukan dengan mengajar dan memenuhi undangan-undangan pada acara-acara tertentu sebagai pembicara mubbaligh.

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Responden

Dalam penelitian yang berjudul Hubungan Penggunaan Metode Dakwah Ustadz Andrew Irfan Tanudjaja dengan Mutu Jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia PITI Jakarta ini, peneliti menggunakan data primer dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner peneliti sebar kepada 30 orang responden. Responden tersebut adalah jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia PITI Jakarta. Untuk mengetahui deskripsi responden, peneliti mengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Berikut adalah deskripsi responden berdasarkan hasil penelitian: Table 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin n=30 No Jenis Kelamin f 1 Laki-Laki 16 53 2 Perempuan 14 47 Jumlah 30 100 Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jumlah responden adalah laki-laki. Hasil penelitian menggambarkan bahwa responden pria berjumlah 16 orang 53, sedangkan responden wanita berjumlah 14 orang 47. Hal ini berarti jumlah responden laki-laki lebih besar 6 dibanding responden wanita. Hasil ini menjelaskan pula bahwa jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia PITI Jakarta sebagian besar adalah laki-laki Dari 30 orang responden tentunya memiliki tingkat usia yang berbeda- beda. Dan hasil penelitian, penulis menemukan perbedaan dalam hal usia pada 30orang responden tersebut. Berikut penulis uraikan data responden berdasarkan usia dalam table dibawah ini: Table 4.4 Responden Berdasarkan Usia n=30 No Usia Responden f 1 20-30 8 27 2 31-40 12 40 3 41-50 6 20 4 51-60 4 13 Jumlah 30 100 Dari table di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah berusia antara 31 – 40 tahun dengan persentase sebesar 40. Sedangkan usia antara 51 - 60 tahun adalah usia terendah yang ditemui dengan persentase yang rendah pula yakni sebesar 13. Selain itu terdapat pula responden yang berusia antara 20 – 30 tahun dengan persentase sebesar 8, dan responden berusia antara 41 - 50 tahun dengan jumlah persentase 20. Table 4.5