Kebijakan Faktor Perusahaan .1 Karakteristik Perusahaan

direktur yang menandatangani kontrak kerja sama, akan tetapi direktur hanya menerima masukan dari manager bagian kesehatan ataupun yang disebut sebagai senior health and safety officer ataupun personalia perusahaan. Mereka yang secara langsung turun ke rumah sakit menilai bagaimana fasilitas dan pelayanan rumah sakit. Senior health and safety officer ataupun personalia perusahaan akan membandingkan penawaran harga, fasilitas dan pelayanan dari beberapa rumah sakit, kemudian melaporkan temuan mereka yang akan menjadi masukan bagi direktur dalam memutuskan kerja sama. Pihak marketing rumah sakit harus mampu mengambil hati senior health and safety officer ataupun manejer perusahaan ini, karena laporan mereka lah yang menentukan terjalinnya kerja sama.

4.2.1.3 Kebijakan

Kebijakan menjelaskan alasan yang mendasari perusahaan sampai menjalin kerjasama dengan beberapa rumah sakit, penilaian perusahaan dalam menetapkan keputusan kerjasama, jumlah anggota keluarga yang ditanggung perusahaan, fasilitas terhadap karyawan, batas plafon biaya pengobatan, fasilitas pelayanan yang ditanggung dan tidak ditanggung oleh perusahaan.

4.2.1.3.1 Perusahaan A

Hasil wawancara dengan SHO.A yang mengatakan : “Demi kemudahan karyawan, tempat tinggal karyawan tersebar luas, sehingga kita memilih rumah sakit dengan beberapa lokasi berbeda… ini juga untuk mencegah terjadinya penumpukan pasien pada satu rumah sakit…karyawan boleh memilih rumah sakit mana yang lebih dekat ke rumah mereka ataupun yang mempunyai akses yg lebih mudah…tidak semua karyawan memiliki kendaraan pribadi, sehingga memerlukan angkutan umum, tentu saja mereka akan memilih rumah sakit yang memberikan kemudahan akses…selain itu juga Universitas Sumatera Utara setiap rumah sakit mempunyai fasilitas unggulan yang berbeda dibarengi harga yang berbeda…misalnya rumah sakit A mempunyai sub spesialis yang standby ditempat tetapi harga lebih mahal sedangkan rumah sakit B lebih murah tetapi ada beberapa fasilitas yang tidak dimiliki…jadi kita mempunyai banyak pilihan rumah sakit sesuai dengan kasus penyakit yang akan dirawat…lokasi dan akses, fasilitas dan harganya sesuai, kompetensi dokter dan pelayanan sebagai penentu utama kerja sama…1 istrisuami dan 3 orang anak karyawan ditanggung perobatan… fasilitas kamar sesuai dengan jabatan,tapi biaya obat tidak dibedakan dan tidak dibatasi…kecantikan, pengobatan tradisional, KB, Imunisasi, susu, alat bantu misalnya tongkat, kursi roda, tidak ditanggung…alat bantu dengar dan kaki palsu ditanggung 50....kacamata boleh tukar 2 tahun sekali dengan maksimal harga 1 juta rupiah, selain itu ada tercantum di surat perjanjian kerja sama”. Rangkuman : Kebijakan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit adalah untuk memudahkan karyawan dalam mencapai sarana pelayanan kesehatan, melengkapi kebutuhan akan dokter spesialis dan sub spesialis dan perlengkapan penunjang medik. Akses, fasilitas, harga, kompetensi dokter dan pelayanan mempengaruhi keputusan kerja sama.Ada beberapa kebijakan mengenai pelayanan kesehatan yang tidak ditanggung oleh perusahaan harus senantiasa diketahui pihak rumah sakit agar tidak terjadi pelanggaran kontrak kerja sama yang dapat berakibat pemutusan kerja sama. 4.2.1.3.2 Perusahaan B Sedangkan menurut GM.B bahwa: ” Supaya ada pilihan terutama untuk kasus operasi kita pilih rumah sakit yang fasilitas lebih lengkap…untuk bersalin lebih ditujukan pada rumah sakit ibu dan anak, juga supaya kita dapat membandingkan pelayanan antara rumah sakit sebagai bahan pertimbangan perpanjangan kontrak…harga sebanding dengan fasilitas yang ada, kompetensi dokter, pelayanan dan akses menjadi pertimbangan utama…1 istrisuami dan 3 orang anak karyawan ditanggung…fasilitas kamar sesuai dengan jabatan,tapi biaya obat tidak Universitas Sumatera Utara dibedakan dan tidak dibatasi…kecantikan, KB, susu, Pengobatan tradisional, alat bantu misalnya tongkat dan kursi roda tidak ditanggung…untuk imunisasi dasar memang program kesehatan rutin diberikan, ada jawdal imunisasi khusus setiap bulannya…kacamata boleh ganti setiap tahun dengan batasan harga sesuai jabatan...semua pengecualian tercantum dalam surat perjanjian kerjasama”. Rangkuman : Kebijakan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit adalah untuk mempunyai banyak pilihan sesuai dengan penyakit karyawan dan sarana pemeriksaan yang dibutuhkan karyawan. Harga yang seimbang dengan fasilitas, kompetensi dokter, pelayanan dan akses mempengaruhi keputusan kerja sama. Perusahaan menanggung karyawan dengan seorang istri dan tiga orang anak. Perbedaan fasilitas kamar disesuaikan dengan jabatan. Tidak ada batasan plafon dan perbedaan biaya obat-obatan. Perusahaan mempunyai kriteria pengobatan yang tidak ditanggung yang harus diketahui dan dipatuhi pihak rumah sakit. Kebijakan-kebijakan yang ada dalam perusahaan perlu diketahui dan dilaksanakan rumah sakit, seperti jumlah tanggungan keluaga, biaya pelayanan kesehatan apa saja yang ditanggung dan tidak ditanggung perusahaan, sistim kerja sama, cara pembayaran dan isi kontrak kerja sama. Rumah sakit perlu berpegang teguh pada kesepakatan yang telah dilakukan, terutama untuk kesepakatan dalam segi harga dan kejujuran. Hal ini untuk menjaga terjadinya kesinambungan kerja sama tersebut. Terjadinya kontrak kerja sama tidak menjamin sebuah perusahaan akan tetap mengirimkan pasiennya ke rumah sakit. Hal ini disebabkan sebuah perusahaan tidak Universitas Sumatera Utara hanya menjalin kerja sama dengan satu rumah sakit, mereka mempunyai beberapa rumah sakit yang bisa dijadikan pilihan dalam pengiriman pasien. Dari keseluruhan rangkuman diatas mengenai faktor perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa rumah sakit perlu mempertimbangkan jenis usaha dan angka kesakitan untuk menilai fasilitas apa saja yang diinginkan perusahaan. Jumlah karyawan dan jumlah tanggungan karyawan berperan pada besarnya pasar dari sebuah perusahaan sehingga rumah sakit dapat menilai mana perusahaan yang perlu diprioritaskan. Pengambilan keputusan dan kebijakan berperan dalam hal memulai terjadinya kontrak kerja sama dan kesinambungan pengiriman pasien ke sebuah rumah sakit. 4.2.2 Faktor Rumah Sakit 4.2.2.1 Akses Akses adalah jalan menuju ke suatu tempat yang dalam hal ini adalah rumah sakit. Variabel ini mencerminkan lokasi rumah sakit, jalan menuju rumah sakit, jarak tempuh, fasilitas kendaraan yang tersedia dan kemacetan yang harus dihadapi.

4.2.2.1.1 Perusahaan A

Menurut pendapat SHO.A bahwa: “Akses sangat penting…karena karyawan tersebar diberbagai tempat…tidak semua mempunyai kenderaan pribadi sehingga harus mempergunakan angkutan umum…jadi perlu ada akses angkutan umum yang bisa langsung mencapai rumah sakit…makanya kami kerja sama dengan beberapa rumah sakit”. Universitas Sumatera Utara Akses berpengaruh dalam keputusan kerja sama bagi SHO.A, akses yang mudah dan dekat dengan rumah karyawan akan menghemat biaya transportasi dan waktu serta memberikan kemudahan bagi karyawan. Sedangkan dr.A mengatakan : ”akses penting…diutamakan rumah sakit yang berada dijalur kerja saya, jadi sekalian jalan…tetapi itupun semua tergantung karyawan, mereka yang pilih, kalau minta pendapat saya, yah…pasti pilih yang dijalur kerja saya”. Dr.A berpendapat akses berpengaruh pada pengambilan keputusannya dalam mengirimkan pasien ke rumah sakit yang berada dijalur jalan yang biasa dilewatinya, karena sangat mempermudah pekerjaannya juga terhindar dari kemacetan dan menghemat waktu. Pendapat K.A adalah : “Saya pilih rumah sakit yang dekat rumah…jadi keluarga mudah besuk, antar makanan dan pakaian…maunya yang jalur lewat angkot..jangan yang harus nyambung angkot”. Jarak dan akses ke rumah sakit mempengaruhi keputusan K.A. Tidak semua karyawan memiliki kendaraan pribadi, sehingga karyawan tentu memilih rumah sakit yang lebih dekat maupun yang mempunyai akses kendaraan umum. Rangkuman : SHO.A menginginkan lokasi rumah sakit yang dekat dengan tempat tinggal karyawan dan akses angkutan yang mudah, begitu juga dengan karyawan. Dokter perusahaan juga berpendapat sama menginginkan lokasi rumah sakit yang berada di jalur yang biasa dilaluinya. Universitas Sumatera Utara 4.2.2.1.2 Perusahaan B Sedangkan pendapat GM.B mengatakan bahwa : “Akses penting, tetapi lebih penting kejujuran lah…dulu pernah memilih kerjasama dengan rumah sakit yang lebih dekat dengan perkebunan…tapi wadoh…semuanya dipotong, yang melahirkan pada jadi sectio, yang ngak mesti operasi, jadi operasi…jadinya biaya operasi lebih tinggi dari pada biaya angkutan…akhirnya kembali kerjasama dengan rumah sakit sebelumnya walaupun lokasi lebih jauh setengah jam perjalanan”. GM.B menganggap kejujuran lebih utama dari pada akses karena biaya yang diakibatkan oleh ketidakjujuran rumah sakit dalam perhitungan biaya perawatan akan lebih mahal dibandingkan biaya transportasi yang akan dikeluarkan perusahaan dalam mengirimkan pasien. Menurut dr.B1 bahwa : “Akses tidak masalah bagi saya…karena setelah pasien dirujuk ke rumah sakit, saya tidak merawat pasien lagi”. Akses tidak merupakan pertimbangan bagi dr.B1 karena tidak merawat pasien di rumah sakit. Menurut pendapat dr.B2 bahwa : “Akses penting sekali,repot kalau jauh dan macet. saya merawat pasien bukan kasus operasi di RS A karena dekat rumah saya… mudah visite…tapi untuk kasus operasi, saya merujuk ke RS B, karena lengkap spesialisasinya dan fasilitas penunjang mediknya terutama untuk kasus bedah dan biaya operasi juga masih wajar….saya tidak perlu sering melihat pasien untuk kasus bedah karena sudah bukan kompetensi saya, saya hanya mengawasi…akses ke rumah sakit B lebih jauh dan macet pada jam kantor…dulu kita ada kerja sama dengan RS. Martha Friska, tetapi saya jarang kirim kesana, karena jauh dari rumah, macet lagi. Dr.B2 sangat mementingkan jarak dan akses ke rumah sakit. Dr. B2 akan merawat pasien bukan kasus operasi di rumah sakit A karena dekat dengan rumahnya, Universitas Sumatera Utara sehingga dokter tersebut dapat setiap hari melakukan visite dengan mudah dan cepat. Sedangkan untuk kasus operasi dokter tersebut terpaksa harus mengirimkan pasien ke rumah sakit B walaupun lebih jauh dan macet karena mempunyai fasilitas penunjang medik dan dokter spesialis yang lebih lengkap serta biaya yang lebih murah. Menurut pendapat K.B : “Akses penting, lebih dekat, jangan daerah macet, mudah parkir, apalagi kalau parkir gratis…lokasinya dekat rumah makan, jadi mudah mencari makanan, apalagi kalau malam”. K.B juga mengutamakan akses dan jarak walaupun memiliki kendearaan pribadi. Jarak yang jauh akan memerlukan biaya bensin yang lebih besar, masalah biaya parkir bagi yang mempunyai kendaraan pribadi juga merupakan faktor yang menambah biaya, sehingga rumah sakit perlu menyediakan fasilitas parkir gratis . Rangkuman : GM.B lebih mengutamakan kejujuran dari pada akses, tetapi tetap mempertimbangkan masalah jarak dan akses karena akan menghemat biaya ambulan yang akan membawa pasien keluar dari perkebunan. Dokter B1 tidak mempertimbangkan akses karena tidak merawat pasien di rumah sakit, sedangkan dokter B2 sangat mengutamakan akses yang tidak macet, begitu juga karyawan B . Pada umumnya pasien akan memilih rumah sakit yang lebih dekat ke rumahnya. Selain jarak, letak rumah sakit di pinggir jalan besar, kemudahan angkutan umum , sarana parkir yang mudah dan gratis serta kemacetan merupakan pertimbangan utama pasien dalam memilih rumah sakit. Dokter perusahaan yang Universitas Sumatera Utara akan merawat pasien juga mempertimbangkan hal ini dalam merekomendasikan rumah sakit kepada pasiennya. 4.2.2.2 Pelayanan Pelayanan yang dimaksud mencakup pelayanan yang diberikan semua personal rumah sakit, mulai dari perawat dokter maupun staf medis dan non medis. 4.2.2.2.1 Perusahaan A Hasil Wawancara dengan SHO.A yang mengatakan : “Dokter ramah, bisa komunikasi. perawat juga harus ramah…mudah dipanggil, respon baik dan cepat…mengenai pelayanan administrasi…perlu keakuratan”. SHO.A menganggap pelayanan mempengaruhi keputusan kerja sama. Rumah sakit harus memiliki dokter , perawat maupun staf non medis yang ramah dan mudah berkomunikasi untuk dapat menarik kesinambungan pengiriman pasien dari perusahaan. Keakuratan dalam perhitungan biaya dan komitmen terhadap isi perjanjian kerja sama juga mempengaruhi kesinambungan kerja sama. Sedangkan dr.A berpendapat bahwa : “Dokter dan perawat harus bisa berkomunikasi dengan baik, kalau ada pasien masuk harus segera melapor kepada saya, jangan sampai saya baru tahu ada pasien yang dirawat setelah pasien mau keluar dari rumah sakit….perawat harus ada yang ikut saya visite dan mengerti keadaan pasien terakhir…apa saja rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien harus dilaporkan kepada saya…tidak boleh melakukan pemeriksaan penunjang medis sesuai permintaan pasien…bagian administrasi juga tidak boleh sembarangan menambahkan biaya obat ataupun bahan habis pakai yang tidak ada…saya akan periksa biaya perobatan…pihak marketing harus tanggap terhadap keluhan kita, kalau ada komplain harus disampaikan pada atasan untuk segera ditindaklanjuti”. Universitas Sumatera Utara Dr.A menginginkan komunikasi yang baik dengan dokter spesialis dan perawat. Setiap pasien yang datang ke rumah sakit harus dilaporkan terlebih dahulu kepada dokter perusahaan sehingga dokter perusahaan bisa memonitor perkembangan pelayanan kesehatan pasiennya. Pemeriksaan penunjang tidak boleh mengikuti kemauan pasien. Pemeriksaan penunjang maupun biaya obat-obatan dengan nilai tinggi harus dilaporkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Rumah sakit harus tanggap terhadap setiap keluhan dari pihak perusahaan. Kalau menurut K.A adalah : ”Yang utama dokternya…dulu saya di RS. X…diperiksa ini itu…dokter sampai 4 orang…tapi ngak sembuh juga…mondar mandir masuk rumah sakit….disini baru ada perbaikan…dokter dan perawat harus ramah, mau mendengarkan keluhan pasien…kalau dipanggil…jangan pula keluarga yang disuruh melayani, misalnya mau ke toilet, keluarga kan takut karena infus terpasang…kalau masalah administrasi tidak berhubungan dengan kami, langsung ke dokter perusahaan dan kantor”. K.A mengutamakan kemampuan dokter dalam mendeteksi penyakit dan memberikan pengobatan yang tepat agar dapat lebih cepat sembuh. Dokter dan perawat harus perhatian dan mau berkomunikasi dengan baik terhadap setiap keluhan pasien. Rangkuman : Informan dari perusahaan A menginginkan keramahtamahan dan komunikasi yang baik dengan dokter spesialis yang merawat serta feed back dari rumah sakit, perawat yang ramah dan cepat menanggapi keluhan pasien. Keakuratan administrasi sangat diperlukan untuk mencegah perhitungan biaya yang berlebihan. Kemampuan Universitas Sumatera Utara dokter dalam menegakan diagnosa dan terapi yang tepat juga merupakan pertimbangan utama. 4.2.2.2.2 Perusahaan B Sedangkan pendapat GM.B mengatakan bahwa : “Dokter dan perawat harus ramah dan cepat tanggap…yang terpenting adalah diagnosa dokter harus tepat, pemberian obat yang tepat, supaya cepat sembuh…jangan melakukan pemeriksaan yang berlebihan yang sebenarnya tidak perlu…masalah pelayanan administrasi juga penting,karena itu berhubungan dengan pembayaran, akan tetapi kalau administrasi rumah sakit lamban, yah…. rugi sendiri, karena tidak akan dibayar cepat”. GM.B menganggap pelayanan mempengaruhi keputusan kerja sama. Kompetensi, keramahtamahan dan cepat tanggap dari dokter, perawat dan staf administrasi merupakan faktor utama terjalinnya kerjasama. Sedangkan dr.B1 berpendapat bahwa : ”Pelayanan dokter dan perawat penting…utamanya adalah pasien cepat sembuh…tetapi pelayanan bagian administrasi lebih penting…bagi saya ya…karena saya harus merangkumkan semua biaya perobatan…sering terjadi kesalahan penjumlahan biaya sehingga harus dikembalikan lagi untuk perbaikan…sistim audit perusahaan B sangat ketat sekali, kalau ada kesalahan yang sampai ke tangan audit… saya yang akan dipertanyakan…capek ngomel…. kalau banyak kesalahan”. Dr.B1 menganggap kompetensi dokter dalam menyembuhkan pasien adalah prioritas utama. pelayanan bagian administrasi yang tepat, cepat dan jelas juga merupakan faktor yang mendukung kesinambungan pengirirman pasien. Hal ini disebabkan dokter tersebut lah yang merangkum biaya pengobatan sebelum sampai pada pihak perusahaan. Dr.B2 mengatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara ” Perlu adanya komunikasi yang baik dengan dokter maupun perawat… saya akan mempertanyakan tindakan pemeriksaan penunjang yang tidak perlu… jadi perlu komunikasi yang baik, jangan pula dokter spesialisnya tersinggung kalau kita bertanya…terus marah karena merasa superior …saya pernah minta dokter spesialisnya untuk tidak perlu USG ulang, karena sudah ada hasil USG…marah pula …perawat juga harus profesional, misalnya dalam pembersihan luka, harus benar-benar bersih… jangan asal ganti perban saja…kalau ditegur, jangan langsung muka masam… merepet pula dibelakang kita”. Dr.B2 menganggap profesionalisme dan komunikasi yang baik dari dokter dan perawat sangat menentukan kerja sama. Saling menghormati sesama dokter akan menjaga kesinambungan kerja sama. K.B memberikan pendapat bahwa : “Dokter dan perawat harus baik, ramah,…pasien bisa lebih cepat sembuh, apalagi kalau perawat dan dokternya begitu peduli dengan apa yang kita rasakan…pada dasarnya harus senantiasa memberikan pelayanan saat kita butuhkan…jangan di bel - bel tetapi tidak datang…dokter harus mau menjelaskan tentang penyakit kita dan apa yang boleh dimakan dan apa pantangannya..kalau mau pulang jangan harus menunggu lama”. K.B menganggap pelayanan dokter dan perawat yang ramah serta komunikasi yang baik mempengaruhi keinginan untuk berobat ke suatu rumah sakit. Rangkuman : Informan menyatakan pentingnya keakuratan dalam diagnosa oleh dokter serta kejujuran dalam pelaksanaan pemeriksaan penunjang serta tindakan medis sangat penting. Pelayanan yang ramah,cepat tanggap, memiliki rasa empati, profesionalisme dan komunikasi yang baik dari dokter, perawat akan mempercepat kesembuhan pasien. Sedangkan keakuratan bagian administrasidalam membuat Universitas Sumatera Utara laporan ke perusahaan akan mempermudah perusahaan dalam merangkumkan biaya perobatan karyawannya.

4.2.2.3 Fasilitas Pelayanan