pengaruh penggunaan lembar kerja siswa berbasis Group investigation terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis

(1)

1

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA

SISWA BERBASIS GROUP INVESTIGATION

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP

FLUIDA STATIS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: YANI ASTUTI NIM: 1110016300024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

iii ABSTRAK

Yani Astuti,”Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa Berbasis Group Investigation terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa Berbasis Group Investigation terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis. Penelitian ini dilakukan di SMAN 10 Tangerang Selatan pada bulan Maret - April 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMAN 10 Tangerang Selatan yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Instrumen tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban terdiri dari 25 butir soal. Teknik

analisis yang digunakan adalah uji “t”. berdasarkan perhitungan diperoleh thitung 3,33 dan ttabel 1,66 pada taraf signifikasi 0,05, sehingga thitung > ttabel (terdapat pengaruh Lembar Kerja Siswa berbasis Group Investigation terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis pada kelas XI SMAN 10 Tangerang Selatan). Kata kunci: Lembar Kerja Siswa, Model pembelajaran Group Investigation, Hasil Belajar Siswa


(5)

iv ABSTRACT

Yani Astuti, "Influence of Student Worksheet Based Group Investigation of the Student Results on Static Fluid Concepts". Thesis, Department of Physics Education, Education Department of Natural Sciences, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to determine the effect of the Student Worksheet Group Investigation Based on students result in a static fluid concept. This research was conducted at SMAN 10 Tangerang in March - April 2015. The method used is the Quasi Experiment method. The research sample is a class XI student of SMAN 10 Tangerang which consists of two groups: control groups and experimental groups. The sampling technique used was purposive sampling. Multiple choice objective test instrument with five alternative answers consisted of 25 items. The analysis technique used is the "t". Based on calculations obtained t 3,33 and ttable 1.67 at 0.05 level of significance, so tcount> ttable (that there is influence Student Worksheet Investigation Group based on students result in a static fluid concept in class XI SMAN 10 South Tangerang)

Keywords: Student Worksheet, learning Group Investigation Model, Student Results


(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan semesta dengan segala kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberi ajaran Islam agar kita menjadi orang yang bermanfaat.

Puji syukur karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa berbasis Group Investigation terhadap

Hasil belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, mama Armini dan bapa Sukram Sumaryo yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesah, dan selalu memberikan dukungan berupa ridho, doa, restu, nasihat, dan materi.

2. Seluruh keluarga yang selalu ada dan membantu dalam segala hal. Terutama lik Trisno, kang Kismo, yu Dewi, lik Ratna, dede Nano, Atin, Atun, lik Sarwo, tua Kustam, tua Darno, mama Syarif, lik Sul, dan semua keluarga yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

3. Almarhum Ratum Ratmaji, kakek tercinta dan almarhumah Natiyem, nenek tercinta. Terima kasih atas pelajaran hidupnya. Syurga adalah sebaik-baiknya tempat untuk kalian. Aamiin.

4. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

6. Bapak Dwi nanto, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.


(7)

vi

7. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd dan Ibu Fathiah Alatas, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi

8. Bapak Drs. H. Agus Purwanto, selaku Kepala SMAN 10 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin untuk penelitian di sekolah.

9. Ibu Lily Vebrina, S.Si, selaku guru Fisika SMAN 10 Tangerang Selatan yang memberikan arahan dalam penelitian

10.Teman-teman seperjuangan Pendididikan Fisika 2010 (Graviten)yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan berbagi ilmu selama penulisan skripsi ini. Terutama untuk PAPRIKA (Yessi, Redha, Eksa, Uyun, Yayu, dan Anaa), semoga persahabatan kita abadi. Aamiin.

11.Sahabat/i Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon P.IPA Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (KOMFAKTAR) Cabang Ciputat, yang telah memberikan berbagai pengalaman dan ilmu baru yang tidak pernah didapatkan di bangku perkuliahan. Saya bangga pernah bergerak bersama dan menjadi bagian kecil dari PMII. Salam Pergerakan!

12.Sahabat-sahabat HMJ P.IPA dan GAMMA UIN Jakarta yang turut membantu memberikan pengalaman menjadi bagian kecil dari organisasi intra kampus. Terutama untuk kak Rifqi, Alvian, Tuti, Aida, Dian, Cuda, Ipeh, Ditya, Tyo, Ristha A, Ristha B, Lianda, Ipah, Ifan, Faiz, Eka Setiawan, dll.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis secara terbuka menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Walaupun demikian, penulis tetap berharap skripsi ini dapat berguna khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi penyelenggara khasanah keilmuan di lingkungan pendidikan.

Jakarta, Juni 2015


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat penelitian 5

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 6

1. Bahan Ajar 6

2. Lembar Kerja Siswa 8

a. Definisi LKS 8

b. Unsur-unsur LKS Sebagai Bahan Ajar 11

c. Macam-macam LKS 11

d. Langkah-langkah penyusunan LKS 12

3. Model pembelajaran Kooperatif 13

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation 15 5. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation 19

6. LKS berbasis Group Investigation 20

7. Hasil Belajar 22

8. Fluida Statis 22

a. Kompetensi Dasar 23

b. Karakteristik Konsep 25

c. Peta Konsep 26


(9)

viii

B. Kerangka Berpikir 32

C. Penelitian Relevan 35

D. Hipotesis 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat penelitian 38

B. Metode Penelitian 38

C. Desain Penelitian 38

D. Variabel Penelitian 38

E. Populasi dan Sampel 38

1. Populasi 38

2. Sampel 38

F. Prosedur Penelitian 40

G. Instrument Penelitian 41

1. Uji Validitas 41

2. Uji Reliabilitas 43

3. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal 44

4. Uji Daya Pembeda 45

H. Teknik Analisis Data 48

1. Pemberian Skor 52

2. Uji Prasyarat Hipotesis 52

3. Uji Hipotesis Penelitian 54

I. Hipotesis Statistik 54

BAB IV HASL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 54

1. Hasil pretest kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 54 2. Hasil posttest kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 56 3. Uji Normalitas Gain kelompok Eksperimen dan Kontrol 59 4. Uji Homogenitas Gain kelompok Eksperimen dan Kontrol 60

5. Uji Hipotesis 61

B. Pembahasan 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 64

B. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keadaan Benda dalam Zat Cair 30

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design 39 Tabel 3.2 Kategori Koefisien Korelasi Nilai r 42 Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Instrumen Tes 42

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas 43

Tabel 3.5 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes 44

Tabel 3.6 Kategori Taraf Kesukaran 45

Tabel 3.7 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Instrumen Tes 45

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda 46

Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes 46 Tabel 3.10 kisi-kisi Penulisan Instrumen Tes 48 Tabel 4.1 Nilai Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen 55 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Kontrol 56 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen 57 Tabel 4.4 Nilai Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen 59 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol 59 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 60 Tabel 4.7 Uji Normalitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen 61 Tabel 4.8 Uji Homogenitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen 62


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsep 27

Gambar 2.2 Contoh Penerapan Hukum Pascal: Dongkrak Hidrolik 29

Gambar 2.3 Keadaan Benda dalam Zat Cair 30


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Perangkat Pembelajaran

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 67

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa 92

Lampiran Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 153

Lampiran 4 Analisis Butir Soal Instrumen Tes Uji Validitas 182 Lampiran 5 Analisis Butir Soal Instrumen Tes Uji Reliabilitas 185 Lampiran 6 Analisis Butir Soal Instrumen Tes Taraf Kesukaran 187 Lampiran 7 Analisis Butir Soal Instrumen Tes Daya Pembeda 189 Lampiran 8 soal Instrumen Tes yang Dipakai dalam Penelitian 191

Lampiran 9 Angket Observasi guru 197

Lampiran 10 Angket Observasi siswa 200

Lampiran Uji Analisis Data

Lampiran 11 Data Nilai Pretest dan Posttest 203

Lampiran 12 Distribusi Data Skor Pretest dan Posttest kelompok Kontrol 206 Lampiran 13 Distribusi Data Skor Pretest dan Posttest kelompok Eksperimen

208

Lampiran 14 Uji Normalitas 210

Lampiran 15 Uji Homogenitas 220


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur dan perilaku alam berdasarkan fakta-fakta yang dapat dibuktikan. Sedangkan fisika adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya.1 Dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan inti harus ditingkatkan sehingga tercapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku, pengetahuan dan keterampilan siswa.2 Dengan demikian, untuk mengembangkan potensi siswa, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas pendidikan.3

Fisika merupakan satu bidang sains yang diajarkan pada sekolah jenjang menengah. Sebagian siswa mengaku tertarik mempelajari fisika namun sebagian lain beranggapan bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga berimbas pada kegiatan siswa di dalam kelas yang pasif dan tidak berorientasi (disoriented). Hal ini menyebabkan hasil pembelajaran fisika menunjukkan hasil yang kurang baik.4 Pernyataan ini didasarkan pada hasil penyebaran angket yang dilakukan oleh penulis pada 11 SMA Negeri di Tangerang Selatan dan menemukan bahwa sebagian besar responden (58,2 %) yang terdiri dari

1 Mundilarto. Penilaian Hasil Belajar Fisika. (Yogyakarta: Pusat Pengembangan

Instruksional Sains FMIPA UNY cet kedua, 2010), h. 3

2Tri Hertati Girsang.”Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa SMAN 1 Sumbul Tahun Pembelajaran 2013/2014,” Skripsi pada

Universitas Negeri Medan, 2014, h.1, dipublikasikan

3 Felasufiah maulani. “Pengaruh keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”, Skripsi

pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 1, tidak dipublikasikan

4 Nike Gusmedi. Penaruh Penerapan Lembar Kerja Siswa Berbasis Sains Teknologi

Masyarakat terhadap Hasil Belajar Fisika kelas VIII SMPN 18 Padang. Pillar of physics education, Vol. 2. 2013, h. 81


(14)

siswa SMA kelas XI dan XII mengalami kesulitan dalam belajar fisika yang kemudian diakui siswa menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa

Selain itu, berdasarkan hasil penyebaran lembar angket didapatkan bahwa masih kurangnya kegiatan laboratorium di sekolah untuk menambah pemahaman siswa terhadap materi fisika yang sedang diajarkan. Sebanyak 65,8% siswa mengaku pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayasari bahwa kegiatan laboratorium jarang dilakukan oleh guru sehingga interaksi antar-siswa kurang berjalan dengan baik dan siswa tidak mendapatkan pengalaman dalam pembelajaran IPA Fisika yang seharusnya dilakukan melalui praktikum langsung di laboratorium.5 Penggunaan LKS dalam kegiatan praktikum dapat melatih siswa belajar secara cakap, kreatif dan mandiri. LKS juga dapat membantu guru untuk menyampaikan materi. Sementara dari hasil wawancara terbuka dengan guru mata pelajaran fisika, guru beralasan bahwa sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan praktikum belum terpenuhi. Mereka juga berdalih bahwa eksperimen atau praktikum harus menggunakan alat laboratorium, padahal sebenarnya eksperimen bisa dilakukan dengan alat sederhana.

Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa cenderung hanya menerima pembelajaran, kurang memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapat, enggan untuk bertanya bila ada materi yang kurang jelas, kurang memiliki kemampuan merumuskan gagasan sendiri dan siswa belum terbiasa bersaing dalam menyampikan pendapat dengan orang lain.6 Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dan hasil belajar meningkat, yaitu dengan menciptakan suatu proses belajar mengajar yang lebih menarik, mudah dipahami dan dapat mendorong siswa untuk berperan aktif di dalam kelas. Salah satu model yang sesuai dengan tujuan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.

5

Ade Mayasari. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantukan LKS terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VII SMPN 8 Padang. Jurnal pendidikan FisikaVol.2 h 145.2013.

6Tri Hertati Girsang.”Pengaruh Model Pembelajaran

Group Investigation terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa SMAN 1 Sumbul Tahun Pembelajaran 2013/2014,” Skripsi pada Universitas Negeri Medan, 2014, h.3, dipublikasikan


(15)

Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.7 Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi beberapa tipe, diantaranya adalah: Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Team-Game-Tournament (TGT), Team-Assisted Individualisation (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), dan Jigsaw.8

Penulis memlih tipe Group Investigation (GI) karena melalui pembelajaran kooperatif tipe GI setiap siswa dalam kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing untuk berkontribusi dalam kelompok sehingga setiap anggota kelompok memiliki peran, fungsi dan tanggungjawab masing-masing terhadap kelompoknya. Oleh karena itu, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation akan memudahkan guru untuk memfasilitasi siswa dalam bertukar pikiran di kelas bersama teman sebayanya dan akan terjadi proses give and take antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Setiap siswa juga dapat berperan aktif di dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menekankan kebersamaan dalam kelompok.

Konsep fisika yang dipelajari di SMA terbagi menjadi konsep yang bersifat teori dan konsep yang bersifat eksperimental. Salah satu materi yang bersifat eksperimental adalah materi fluida statis. Dari beberapa materi yang ditawarkan pada lembar angket siswa, ternyata sebanyak 50,8 % siswa menganggap bahwa konsep fluida statis merupakan salah satu konsep yang dianggap sulit karena cakupan materinya yang cukup banyak dan disertai dengan formula yang dianggap rumit. Untuk mengatasi hal tersebut maka penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang diharapkan sesuai untuk diterapkan dalam konsep fluida statis.

7 Zulfiani dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN

Jakarta.2009), h. 130

8 Robert E Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa


(16)

Menurut pengakuan siswa yang tercermin dari lembar angket, fluida statis merupakan konsep yang memungkinkan untuk melakukan percobaan secara langsung untuk memahami konsep secara mendalam karena fenomena fluida statis dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga melalui percobaan, siswa dapat lebih memahami materi fluida statis karena dapat membuktikan teori yang sedang dipelajari di dalam kelas.

Perpaduan yang tepat antara bahan ajar yang digunakan, model pembelajaran dan konsep yang diajarkan akan menghasilkan output yang baik pula. Dalam penelitian ini, penulis memadukan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) jenis eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat mengubah pola pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan meningkatnya minat belajar siswa, maka diharapkan hasil belajar siswa juga meningkat. Oleh karena itu, penulis

mengambil judul ”Pengaruh Peggunaan Lembar Kerja Siswa Berbasis Group Investigationterhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan diatas dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1. Siswa menganggap Fisika sebagai mata pelajaran yang sulit (58,2%) 2. Hasil belajar siswa masih rendah

3. Kurangnya kegiatan laboratorium

4. Pembelajaran oleh guru masih bersifat konvensional

5. Fluida statis sebagai salah satu materi yang bersifat eksperimental dan dianggap sulit

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil belajar fisika yang diukur hanya mencakup aspek kognitif pada tingkatan C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis). 2. Jenis LKS yang digunakan adalah LKS praktis atau LKS eksperimen


(17)

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan LKS berbasis Group Investigation terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis? ”

Secara operasional rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pre-test kelompok kontrol dan eksperimen? 2. Bagaimana hasil post-test kelompok kontrol dan eksperimen?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS berbasis GI terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi siswa, diharapkan agar siswa terlatih untuk belajar secara mandiri dan terbiasa untuk melakukan eksperimen serta dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sebaya sehingga dapat meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

b. Bagi guru: diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas guru untuk membuat bahan ajar yang dapat meningkatkan peran siswa dan melatih siswa belajar secara mandiri.

Bagi peneliti: meningkatkan pengetahuan tentang strategi yang digunakan dalam pembelajaran fisika khususnya bahan ajar LKS yang berbasis GI dan memberikan pengalaman meneliti.


(18)

6 BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut lagi, bahan ajar ini berfungsi sebagai:20

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran.

c. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. Bahan ajar disusun dengan tujuan sebagai berikut:21

a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.

b. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat yang diperoleh ketika guru mengembangkan bahan ajar, antara lain:22 a. Guru akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran

b. Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat

c. Menambah penghasilan bagi guru jika karyanya diterbitkan

20

Depdiknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Depdiknas, 2008) h.6

21Ibid, h. 9

22 Andi Prastowo. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: DIVA


(19)

Manfaat penggunaan bahan ajar bagi siswa yaitu:23 a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

b. Siswa menjadi lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan guru.

c. Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, diantaranya: 24

a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang abstrak.

b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. d. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu penentu keberhasilan belajar. e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

mencapai ketinggian tertentu.

f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

Bahan ajar yang baik dipenuhi jika bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pmbelajaran, maka diperlukan beberapa analisis bahan ajar yang melingkupi:25 a. Analisis SK-KD. Analisis ini digunakan untuk menentukan

kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar.

b. Analisis sumber belajar. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya.

c. Pemilihan dan penentuan bahan ajar, hal ini diperlukan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi.

23 Prastowo, Op.Cit, h. 27-28 24 Depdiknas, Op.Cit,h. 10 25Ibid, h.16


(20)

Bahan ajar dibagi menjadi 2 yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak. Bahan ajar cetak misalnya LKS, modul, buku, dan lain-lain. Sedangkan bahan ajar non cetak bisa berupa kaset, media dengar (radio), dll.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar cetak diantaranya: 26

a. Susunan tampilan, susunan tampilan diantaranya urutan yang mudah dipahami, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh pembaca.

b. Bahasa yang mudah, yaitu penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, jelas, singkat dan menggunakan kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang.

c. Bahan ajar yang baik mampu memberikan pemahaman terhadap pembacanya. Untuk menguji pemahaman pembaca diperlukan uji pemahaman, salah satunya dengan menggunakan check list sebagai tanda bahwa pembaca telah memahami isi bahan ajar tersebut.

d. Stimulan. Tulisan yang disajikan dalam bahan ajar cetak harus dapat mendorong pembaca untuk berpikir, sehingga dapat menstimulasi kerja otak. e. Kemudahan dibaca, hal ini terkait jenis huruf yang digunakan, susunan tulisan

atau paragraf, kerapihan tulisan, dan ukuran huruf yang dipakai.

f. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

a. Definisi LKS

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan bentuk bahan ajar cetak untuk mendukung proses pembelajaran. 27 Dalam penelitian lain disebutkan bahwa LKS adalah bahan ajar yang berisi tugas disertai petunjuk dan langkah-langkah untuk

26Depdiknas, Op.Cit, h. 18

27 Nike Gusmedi, Pengaruh penerapan Lembar Kerja Siswa berbasis Sains Teknologi

Masyarakat terhadap hasil belajar fisika kelas VIII SMPN 18 Padang. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 2. 2013, h. 82.


(21)

menyelesaikannya.28 Depdikbud dalam Trianto mendefinisikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah suatu bentuk lembar kerja yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram.29 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS adalah bentuk bahan ajar cetak yang berisi pedoman atau petunjuk untuk melakukan kegiatan terprogram guna mendukung proses pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan teoritis maupun kegiatan praktis disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari. Tugas teoritis contohnya membaca artikel, membuat resume dan lain sebagainya, sedangkan kerja laboratorium yakni melakukan percobaan di dalam laboratorium maupun di lapangan. 30

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain LKS yaitu mengenai tingkat kemampuan membaca dan pengetahuan siswa. Berikut ini yaitubatasan umum yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan desain LKS: 31

1) Ukuran

Gunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan instruksional yang telah ditetapkan.

2) Kepadatan halaman

Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan karena dapat mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian.

3) Kejelasan

Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat jelas dibaca siswa. Meskipun sempurna materi yang disiapkan tetapi jika siswa tidak dapat membacanya dengan jelas maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.

28 Nikmatul Husna, Penggunaan ICT pada LKS berorientasi STS Terhadap Hasil belajar

siswa kelas VII SMPN 1 Padang. Jurnal Pendidikan Fisika Vol.2. 2013, h. 132.

29 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran tematik, (Jakarta: Kencana, 2011), h.243

30

Nikmatul husna. loc. cit.

31 Denny Setiawan, dkk. Pengembangan Bahan Ajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)


(22)

Langkah-langkah dalam mengembangkan LKS, yaitu: 32

1) Tentukan tujuan Instruksional yang akan diturunkan dalam LKS.

Tentukan desain, perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, dan kejelasan.

2) Pengumpulan bahan.

Tentukan materi dan tugas yang akan diberikan kepada siswa dan pastikan bahwa pilihan ini sejalan dengan tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/ materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Bahan yang dimuat dalam LKS dapat juga dikembangkan sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah tersedia.

3) Penyusunan elemen

Ini merupakan langkah pengintegrasian desain dengan materi dan tugas. Kedua hal ini dipadukan sehingga menjadi sebuah paduan yang selaras.

4) Pengecekan dan penyempurnaan.

Lakukan pengecekan terhadap LKS yang telah dikembangkan. Terdapat empat variabel yang harus diperiksa, yaitu:

a.) Kesesuaian desain dengan tujuan instruksional. Kesesuaian desain maksudnya yaitu memastikan bahwa desain yang telah ditentukan dapat mengakomodasi pencapaian tujuan instruksional.

b.) Kesesuaian materi dengan tujuan instruksional. Kesesuaian materi yang dimuat dalam LKS harus dipastikan sesuai dengan tujuan instruksional yang ditargetkan.

c.) Kesesuaian elemen dengan tujuan instruksional maksudnya bahwa tugas dan latihan yang diberikan dapat menunjang pencapaian tujuan instruksional.

d.) Kejelasan penyampaian. Hal ini menyangkut keterbacaan LKS dan ketersediaan ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta.


(23)

LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut33:

1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan siswa.

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

b. Unsur-unsur LKS Sebagai Bahan Ajar

Berdasarkan formatnya, LKS memuat paling tidak delapan unsur, yaitu judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan atau bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.34

c. Macam-macam LKS

Penyusunan LKS harus disesuaikan dengan materi-materi dan tugas tertentu agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga setiap LKS memiliki maksud dan tujuan pengemasan materi. Hal ini mengakibatkan LKS memiliki beberapa bentuk, yaitu : 35

1) LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep, LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.

2) LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan, yaitu dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan diskusi dan berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggungjawab.

3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar. LKS ini berisi latihan soal atau pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ada di dalam buku, sehingga siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku.

33 Prastowo, Op. Cit, h. 205-206 34Ibid, h.208


(24)

4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan. LKS ini berisi pendalaman materi yang dapat digunakan sebagai pembelajaran pokok dan untuk pengayaan.

5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Dalam LKS bentuk ini, LKS berisi petunjuk untuk melakukan sebuah praktikum.

Popi Kamalia Devi dkk menyantumkan dua jenis LKS untuk pembelajaran IPA, yaitu : 36

1) LKS untuk eksperimen berupa petunjuk untuk melaksanakan praktikum yang menggunakan alat-alat dan bahan-bahan.

2) LKS non eksperimen berupa lembar kegiatan yang memuat teks yang menuntun siswa melakukan kegiatan diskusi suatu materi pembelajaran.

d. Langkah-langkah penyusunan LKS

Menurut Andi Prastowo terdapat beberapa langkah dalam menyusun LKS, yaitu: 37

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Langkah analisis dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat urutan LKS-nya.

3) Menentukan Judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.

4) Penulisan LKS

Untuk menuliskan LKS, langkah-langkah yang perlu dilakukan diantaranya yaitu merumuskan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan memperhatikan struktur LKS (judul, petunjuk belajar atau petunjuk siswa, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah kerja, serta penilaian).

36 Popi Kamalia Devi, dkk. Pengembangan perangkat Pembelajaran untuk SMP,

(Jakarta: PPPPTK IPA, 2009) h. 32-33


(25)

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.38 Pembelajaran dengan menggunakan model ini akan menciptakan sebuah interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (multiway traffic communication).39

Salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bahwa sinergi yang muncul melalui kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara berpasangan. Perasaan saling keterhubungan (feelings of connectedness) dapat menghasilkan energi yang positif. 40

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa jenis, diantaranya Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Game Tournament (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), dan Jigsaw. 41

Nurulhayati mengemukakan lima unsur dasar model pembelajaran kooperatif yaitu :42

1) Ketergantungan yang positif, yaitu bentuk kerjasama antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama karena kesuksesan kelompok bergantung pada kesuksesan anggotanya.

2) Pertanggungjawaban individual. Kesuksesan kelompok bergantung pada cara belajar anggota kelompok. Setiap anggota berkewajiban menjelaskan konsep

38 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok:

PT Raja Grafindo Persada, 2012), edisi kedua h. 202

39Ibid, h.203

40 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2014) h. 111

41 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 89 42 Rusman, Op.Cit, h. 204-205


(26)

pada anggota lain dan memastikan bahwa setiap anggota mampu melaksanakan aktivitas tanpa pertolongan anggota lain.

3) Kemampuan bersosialisasi. Dalam sebuah kelompok, kerjasama anggota yaitusebuah kemampuan yang harus dimiliki untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok tidak akan berfungsi secara efektif jika antar anggota tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik.

4) Tatap muka, setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu dan melakukan diskusi sehingga dapat menguntungkan semua anggota kelompok. 5) Evaluasi proses kelompok, guru memberikan waktu bagi setiap kelompok untuk

melakukan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif.

Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:43 1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk

menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran. 2) Siswa saling bergantung secara positif.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 siswa. 4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: 44

1) Pembelajaran secara tim, tim harus mampu membuat siswa belajar dan setiap anggota tim harus bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif, yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, fungsi manajemen sebagai organisasi, dan fungsi manajemen sebagai kontrol.

3) Kemauan untuk bekerjasama, kerjasama antar anggota kelompok sebagai salah satu pemicu keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

43 Zulfiani, op. cit. h. 131 44 Rusman, op. cit. h. 207-208


(27)

4) Keterampilan bekerjasama. Siswa didorong untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Intinya, dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, mereka saling membantu dan bekerjasama untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Pengembangan belajar kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual serta proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karenanya, kesuksesan implementasi teknik kooperatif tipe GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan pada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, di mana, atau sejenisnya).45

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan atau kelompok. Group investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memerhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Dalam GI, siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi.46 Sesuai namanya, GI sesuai untuk projek-projek studi yang terintegrasi dalam ranah kognitif yang berhubungan dengan hal-hal seperti penguasaan, analisis, dan mensintesis informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek.47

45 Rusman, op. cit. h. 221

46 Miftahul Huda. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) . h. 123


(28)

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation memiliki enam tahapan sebagai berikut :48

a. Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Siswa ke dalam Kelompok

Pada tahap ini, guru mempresentasikan serangkaian permasalahan atau isu dan para siswa mengidentifikasikan dan memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan pada ketertarikan dan latar belakang siswa. Partisipasi siswa dalam tahap ini yaitusiswa mengekspresikan ketertarikan siswa pada subtopik yang telah dipilih dan saling bertukar gagasan dan pendapat dengan teman sekelas.49 Selanjutnya, kelompok-kelompok dibentuk berdasarkan pada ketertarikan siswa untuk mempelajari subtopik dari pilihan mereka sendiri. Namun, guru juga boleh membatasi jumlah anggota dalam satu kelompok. Lebih singkatnya dapat ditulis sebagai berikut :50

1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

4) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

b. Merencanakan Tugas yang Akan Dipelajari

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang akan siswa investigasi, sehingga tiap kelompok harus merumuskan sebuah masalah yang akan diteliti, memutuskan bagaimana cara meneliti, menentukan sumber-sumber yang diperlukan untuk melakukan investigasi tersebut. Selanjutnya, siswa harus mengetahui tujuan atau kepentingan apa mereka menginvestigasi topik tersebut. Setidaknya pada tahap ini setiap anggota sudah mantap dengan subtopik pilihannya dan kemudian secara bersama-sama merencanakan kegiatan investigasi. Dalam

48Ibid, h. 218 49Ibid, h 220-221 50Ibid, h. 218


(29)

kegiatan ini, setiap kelompok yang dipandu oleh ketua kelompok membagi tugas setiap anggotanya.

c. Melaksanakan Investigasi

Dalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya. Satu demi satu anggota kelompok mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan-kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti oleh kelompok. Selanjutnya, kelompok tersebut akan berkumpul kembali dan para anggota kelompok saling berbagi pengetahuan yang mereka dapatkan. Tahap ini dapat ditulis secara ringkas sebagai berikut:51

1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

d. Menyiapkan Laporan Akhir

Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klasifikasi ke tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi siswa. Lebih jelasnya sebagai berikut: 52

1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari projek siswa.

2) Anggota kelompok merencanakan “apa” yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana” mereka akan membuat presentasi mereka.

3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah “panitia acara” untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

51Ibid, h. 219 52Ibid, h. 223


(30)

Terdapat beberapa hal yang perlu dipedomani sebagai persiapan tahap berikutnya agar semuanya berjalan sesuai dengan agenda acara. Hal-hal yang perlu dipedomani pada tahap ini antara lain:53

1) Menekankan gagasan utama dan kesimpulan dari investigasi.

2) Memformulasikan kepada kelas mengenai sumber-sumber yang dirundingkan kelompok dan bagaimana kelompok-kelompok tersebut mengumpulkan informasi.

3) Memberikan kesempatan untuk tanya jawab.

4) Memastikan bahwa semua orang di dalam kelompok memainkan sebuah peranan penting dalam presentasi.

5) Memastikan semua peralatan atau materi yang dibutuhkan.

e. Mempresentasikan Laporan Akhir

Pada tahap ini, siswa berkumpul kembali dan kembali pada posisi kelas sebagai satu keseluruhan. Masing-masing kelompok sudah mempersiapkan diri untuk mempresentasikan laporan akhir kelompoknya di depan kelas. Berikut kegiatan siswa pada tahap ini: 54

1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. 2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. 3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh seluruh anggota kelas.

f. Evaluasi

Guru harus mampu membentuk evaluasi siswa yang dapat diandalkan yang didasarkan pada percakapan dan observasi yang sering dilakukan terhadap aktivitas akademik siswa. Umpan balik dari para siswa sendiri harus mampu memperlihatkan

53 Nurul Ulfah, “Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Group Investigation

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Wujud Zat”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 18, tidak dipublikasikan


(31)

bagaimana perasaan mereka mengenai pekerjaan yang telah mereka lakukan. Tahap evaluasi ini dapat ditulis secara lebih jelas sebagai berikut:55

1) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah dikerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman. 2) Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. 3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

5. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation

Beberapa kelebihan dan kelemahan group investigation sebagai berikut:56 a. Kelebihan GI

1) Secara Pribadi

Kelebihan GI jika dilihat dari sisi personal atau pribadi yakni dapat meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar untuk menangani dan memecahkan masalah, dapat memberikan semangat untuk inisiatif, kreatif dan aktif, serta meningkatkan rasa tanggung jawab.

2) Secara berkelompok:

Kelebihan GI jika ditinjau dari segi kelompok belajar diantaranya yakni dapat meningkatkan kerjasama, belajar berkomunikasi dengan sistematis dan baik bersama teman sendiri maupun guru, belajar menghargai pendapat orang lain dan meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.

b. Kelemahan GI

Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan, sulitnya memberikan penilaian secara personal, tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri

55Ibid, h. 219-220

56

Setiawan. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi, (Yogyakarta : Depdiknas PPPG Matematika, 2006), h. 9. Tidak diterbitkan


(32)

6. LKS Berbasis Group Investigation

LKS berbasis group investigation yaitu LKS yang disusun berdasarkan tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe GI. LKS yang dimaksud yaitu LKS jenis eksperimen. Penyusunan LKS ini merujuk pada penyusunan LKS menurut Andi Prastowo yaitu melalui langkah-langkah sebagai berikut: melakukan analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul-judul LKS, dan Penulisan LKS.57 LKS ini menyajikan sejumlah instruksi sebagai panduan dalam melakukan eksperimen atau praktik laboratorium dan dilengkapi dengan beberapa pertanyaan terkait praktikum yang telah dilakukan agar siswa dapat memahami dan menyimpulkan materi yang sedang dipelajari.

Penggunaan LKS berbasis GI ini dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi yang bersangkutan dan siswa juga akan lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari. LKS ini didesain sesuai dengan tahapan model GI, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi student centered. Dalam penyusunannya, LKS ini dilengkapi dengan unsur-unsur penyusunan LKS agar lebih jelas dan disertai dengan gambar-gambar yang menarik. Gambar-gambar ini juga membantu siswa dalam memahami petunjuk atau instruksi yang ada di dalam LKS.

Karakteristik LKS ini dilihat dari langkah-langkah penulisan LKS yang disesuaikan dengan tahapan-tahapan model GI yaitu terdiri dari enam tahap sebagai berikut:

a. Identifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok b. Merencanakan investigasi

c. Melakukan investigasi d. Menyiapkan laporan akhir e. Mempresentasikan laporan akhir f. Evaluasi


(33)

LKS ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengarahkan siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi dan menyimpulkan materi bersama teman sekelompoknya

7. Hasil Belajar

Abdurrahman mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. 58 Belajar itu sendiri adalah merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: 59

1) Pengetahuan tentang fakta atau pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus siswa ketahui ketika mereka harus mencapai atau menyelesaikan suatu masalah.

2) Pengetahuan tentang prosedural, meliputi pengetahuan tentang keterampilan khusus, tahapan sistematis mengenai sistem program (meliputi; input, proses, dan output). Prosedur berarti tahap demi tahap suatu proses untuk mencapai hasil yang diharapkan.

3) Pengetahuan tentang konsep, berkaitan dengan klasifikasi, kategori; prinsip-prinsip, generalisasi; teori, model dan struktur. Penguasaan pengetahuan faktual ditandai dengan kemampuan mengklasifikasikan data, mengelompokan data berdasarkan ciri-ciri kesamaannya, atau berdasarkan perbedaannya; menunjukkan kekuatan atau kelemahan sebuah pernyataan, mengenali prinsip-prinsip, menyimpulkan, menguasai teori, menunjukan contoh, dan mengenali struktur.

4) Pengetahuan metakognitif, ialah kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Strategi metakognitif merujuk kepada cara untuk

58 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo,

2012), h. 14


(34)

meningkatkan kesadaran mengenai proses berfikir dan pembelajaran yang berlaku.

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu: 60 1) Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif. 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motoric. 3) Keterampilan bereaksi atau bersikap.

4) Keterampilan berinteraksi.

Terdapat tiga aspek kompetensi yang harus diraih untuk mengetahui seberapa besar kompetesi yang telah dicapai, aspek tersebut sebagai berikut:

1) Penguasaan Materi Akademik (Kognitif)

Ranah kognitif juga berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Aspek tersebut yakni:61 a) Pengetahuan/ingatan (knowledge).

b) Pemahaman (comprehension). c) Penerapan (application). d) Analisis (analysis). e) Sintesis (synthesis). f) Evaluasi (evaluation).

2) Hasil Belajar yang Bersifat Proses Normatif (Afektif)

Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan instruksional yang termasuk dalam domain afektif diklasifikasikan oleh David Kratwohl ke dalam lima jenjang, yaitu: 62 a) Penerimaan (receiving), merupakan kepekaan menerima rangsangan (stimulus)

baik berupa situasi maupun gejala;

60Ibid, h. 15

61 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, h. 14


(35)

b) Penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang;

c) Penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang;

d) Organisasi (organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi;

e) Karakteristik nilai (characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Aplikatif Produktif (Psikomotor)

Domain psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif. Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan adapula yang menjadi 4 dan 6 tingkatan, yakni:63

a) Persepsi (perception). Mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi obyek.

b) Kesiapan (set). Mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi dan mental.

c) Gerakan terbimbing (guided response). Mampu meniru contoh, mencoba-coba, pengembangan respon baru.

d) Gerakan terbiasa (mechanism). Berketerampilan, berpegang pada pola, respon baru muncul dengan sendirinya.

e) Gerakan kompleks (complex overt response). Sangat terampil secara lancer, luwes, supel, gesit, lincah.

f) Penyesuaian pola gerakan (adaptation). Mampu menyesuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah.

g) Kreatifitas/keaslian (creativity/origination). Mampu menciptakan yang baru, berinisiatif.


(36)

Trowbridge dan Bybe mengklasifikasikan domain psikomotor kedalam empat kategori, yaitu:64

a) Bergerak (moving). Kategori ini merujuk pada sejumlah gerak tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik.

b) Memanipulasi (manipulating). Kategori ini merujuk pada aktivitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh.

c) Berkomunikasi (communicating). Kategori ini merujuk pada upaya untuk menyampaikan pendapat, gagasan ataupun perasaan agar diketahui oleh orang lain.

d) Menciptakan (creating). Kategori ini merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru.

Harrow dan Nitko mengemukakan enam kategori, yaitu:65

a) Gerakan refleks, yaitu respon terhadap rangsangan yang dilakukan tanpa sadar sebagai dasar dari semua perilaku bergerak.

b) Gerakan dasar fundamental, yaitu gerakan yang muncul tanpa perlu latihan namun dapat diperhalus melalui praktik, gerakan terpola dan dapat ditebak. c) Kemampuan perseptual, yaitu gerakan lanjutan dengan bantuan persepsi. d) Kemampuan fisik, yaitu gerakan yang berkembang melalui kematangan dan

belajar sehingga lebih efisien.

e) Gerakan-gerakan terlatih, mengontrol berbagai tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang rumit.

f) Komunikasi non verbal, mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan estetik dan gerak kreatif.

Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Hasil belajar fisika dapat dikelompokkan ke dalam kompetensi yang berupa perilaku (behavioral objectives) dan kompetensi bukan perilaku (non - behavioral objectives). Kompetensi yang berupa perilaku terwujud dalam perilaku khusus yang harus

64 Sofyan, Op. Cit, h. 24 65Ibid, h. 24


(37)

ditunjukkan oleh siswa bahwa telah terjadi proses belajar, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Sedangkan kompetensi non perilaku berupa soft skills atau outcomes, misalnya siswa mampu bersikap dewasa dalam menghadapi masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.66

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. 67

1.) Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis. Faktor fisiologi meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Faktor psikologis meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

2.) Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.

3.) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

8. Fluida Statis

a. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang ingin dicapai pada konsep gerak dua dimensi ini, yaitu: 3.7 Menerapkan hukum-hukum pada fluida statis dalam kehidupan sehari-hari

Sedangkan indikator ketercapaiannya sebagai berikut: 1) Siswa menentukan besaran tekanan

66 Mundilarto, op.cit, h. 7

67 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) h.


(38)

2) Siswa memformulasikan prinsip dasar fluida statis

3) Siswa memformulasikan Prinsip Pascal dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari

4) Siswa memformulasikan Prinsip Archimedes dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari

5) Siswa menerapkan tegangan permukaan, kapilaritas dan viskositas.

b. Karakteristik Konsep

Karakteristik dari materi fluida statis bersifat eksperimental. Artinya, kajian dalam materi fluida statis memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan langsung seperti percobaan untuk dapat membuktikan kebenaran teori yang telah dipelajari di dalam kelas. Adapun yang diperlukan dalam percobaan tersebut diantaranya Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai acuan dalam melakukan percobaan. Peneliti ingin mengkaji hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilakukan dengan bantuan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan melakukan percobaan sederhana di dalam Laboratorium.


(39)

c. Peta Konsep

Gambar 2.1 Peta Konsep Fluida Statis

Prinsip Pascal

Tekanan diteruskan ke segala arah

Pompa Hidrolik Dongkrak

Hidrolik

Hukum Pokok Hidrostatistika

Tekanan dipengaruhi oleh kedalaman

Manometer barometer

Prinsip Archimedes

Gaya Angkat ke atas dan keadaan benda

dalam zat cair

Kapal selam Balon udara hidrometer

Fluida Statis

Massa Jenis Tekanan

Fenomena sehari-hari Besaran

yang

Volume

Gaya

Tegangan Permukaan

Kapilaritas

Viskositas Hukum Stokes

Dipengaruhi oleh gaya adhesi dan

Kohesi Serangga yang

berjalan di atas air Meresapnya zat cair melalui pipa kapiler

Derajat kekentalan zat


(40)

1) Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang dimiliki zat cair yang disebabkan oleh beratnya sendiri. Secara matematis tekanan hidrostatis dituliskan sebagai berikut:

�ℎ = �. �. ℎ (2-3)

Tekanan mutlak adalah tekanan yang terdapat dalam suatu zat ditambah dengan tekanan udara luar.

� = � + �. �. ℎ (2-4)

Hukum Pokok Hidrostatistika

� . �. ℎ = �2. �. ℎ2 (2-5)

2) Prinsip Pascal

Prinsip Pascal berbunyi: “tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang

tertutup diteruskan sama besar ke segala arah.”68 Hukum Pascal dapat dirumuskan sebagai berikut :

� = �2 � � =

� (2-6)

Penerapan hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari contohnya pada penggunaan dongkrak hidrolik, rem hidrolik, pompa ban sepeda, dan mesin hidrolik pengangkat mobil.

68 Puji Dwiyantoro. Fisika itu Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta: Cerdas Interaktif.


(41)

Gambar 2.3 Contoh penerapan Prinsip Pascal: Dongkrak Hidrolik

3) Prinsip Archimedes

Prinsip Archimedes menyatakan bahwa gaya apung yang bekerja pada sebuah benda yang tercelup sama dengan berat fluida yang dipindahkan.69

Gaya apung dapat dirumuskan sebagai berikut: FA= Wudara-Wfluida

Gaya Archimedes dapat dirumuskan:

FA= �. Vbf. g (2-7)

Prinsip Archimedes digunakan untuk menentukan letak benda yang dicelupkan ke dalam suatu fluida. Letak benda dalam suatu fluida dipengaruhi oleh massa jenis benda tersebut. Benda-benda yang mempunyai massa jenis lebih besar dari massa jenis zat cair akan tenggelam dalam zat cair. Sedangkan benda yang memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada massa jenis zat cair akan melayang. Untuk benda yang memiliki massa jenis sama dengan massa jenis zat cair akan melayang di dalam zat cair. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 2.1 berikut:


(42)

Tabel 2.1 Keadaan Benda dalam Zat Cair70

Keadaan benda Keterangan Syarat

Terapung benda berada di

permukaan zat cair

� ��� > � �

Melayang benda berada diantara permukaan dan dasar zat cair.

� ��� = � �

Tenggelam benda berada di dasar zat cair.

� ��� < � �

Lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Keadaan Benda dalam Zat Cair

Penerapan prinsip Archimedes : kapal laut, hidrometer, balon udara. 71 4) Tegangan Permukaan dan Gejala Kapilaritas

Tegangan permukaan adalah kecenderungan zat cair untuk menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis. 72

� =� (2-8)

Kapilaritas adalah peristiwa naik turunnya permukaan fluida di dalam pipa kapiler atau pembuluh sempit. 73

ℎ = 2� o ��. . (2-9)

70 Kanginan, Op.Cit., h. 243 71 Muslim. Op.Cit, h.86 72Kanginan, Op.cit, h. 251 73 Kanginan, loc.Cit h. 162


(43)

h= ketinggian fluida dalam pipa kapiler �= tegangan permukaan (N/m)

= sudut kontak

�= massa jenis fluida (kg/m3) g= percepatan gravitasi (m/s2) r= jari-jari pipa kapiler (m)

5) Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida.

Persamaan untuk viskositas yaitu:

�� = 6 � ��� (2-10)

Keterangan:

Fs = gaya gesekan stokes ( N )

r = jari-jari bola ( m )

� = koefisien viskositas fluida ( Pa s ) v = kelajuan bola ( m/s )

Kecepatan terminal adalah kecepatan yang paling besar dan konstan yang dialami sebuah benda di dalam zat cair. Persamaan untuk kecepatan terminal adalah:

Vt = 2 9 ρb−ρf (2-11)

Keterangan:

Vt = kecepatan terminal benda (m/s) r = jari-jari benda (m)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

 = koefisien viskositas fluida

b = massa jenis benda (kg/m3)


(44)

B. Kerangka Berpikir

Salah satu masalah dalam pembelajaran Fisika di sekolah yaitu rendahnya hasil belajar siswa. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekitar, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial.

Pada dasarnya, sebagian siswa mengaku tertarik mempelajari Fisika namun sebagian yang lain beranggapan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, hal ini dikarenakan bahan ajar yang digunakan oleh guru kurang memfasilitasi siswa dalam memahami pelajaran fisika.

Fisika sebagai mata pelajaran dalam rumpun IPA yang bersifat eksperimental, maksudnya yaitu mata pelajaran yang memungkinkan siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan untuk membuktikan konsep atau materi yang sedang dipelajari. Melalui eksperimen, siswa mendapatkan pengalaman secara langsung di dalam laboratorium sehingga siswa dapat lebih memahami konsep yang dipelajari. Melalui eksperimen, fisika bukan lagi ditempatkan sebagai ilmu hafalan yang berisi bacaan, tetapi ilmu eksak yang mempelajari fenomena sehari-hari. Eksperimen tersebut akan berjalan dengan baik jika disertai LKS sebagai petunjuk dan pedoman dalam melaksanakan percobaan atau eksperimen. Namun sayangnya, di sekolah-sekolah seringkali kegiatan laboratorium digantikan dengan tayangan menggunakan powerpoint.

Selain hal-hal yang tersebut di atas, hal lain yang turut berkontribusi dalam pencapaian hasil belajar siswa yaitu penggunan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa di dalam kelas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Model ini dapat membantu guru dalam mengorganisir kelas mengingat kemampuan siswa yang beragam dan jumlah siswa yang cukup banyak sehingga siswa dituntut untuk belajar secara berkelompok dan berbagi tanggung jawab di dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama. Sehingga melalui model ini akan terjadi proses take and give antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang


(45)

berkemampuan rendah. Pembelajaran dengan model ini akan menjadi pembelajaran yang bermakna yaitu dapat memeratakan kemampuan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Perpaduan yang tepat antara bahan ajar dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru serta disesuaikan dengan konsep atau materi pelajaran yang berlangsung akan menghasilkan output yang baik pula. Oleh karena itu, LKS berbasis Group Investigation diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep fluida statis. Lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.


(46)

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Diperlukan upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa melalui pengembangan bahan ajar disertai dengan model pembelajaran

Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan ajar ceetak

 Bahan ajar yang digunakan belum memenuhi kebutuhan siswa

 Kemampuan siswa yang beragam dalam jumlah banyak

 Kurangnya kegiatan praktikum Hasil belajar siswa

rendah

Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation

LKS berbasis Group Investigation

Peningkatan hasil belajar siswa

Solusinya yaitu

denganmenggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan model pembelajaran


(47)

C. Penelitian Relevan

1. Ade Mayasari (2013) dalam Jurnal Pendidikan Fisika Vol.2 h 145-152 yang

berjudul “Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantukan LKS terhadap hasil belajar IPA fisika siswa kelas VII

SMP N 8 Padang.”. Hasil belajar Fisika siswa di SMP masih belum optimal. Pembelajaran kooperatif tipe model Group Investigation dapat meningkatkan interaksi antara siswa dan guru. Proses produktif dapat dilengkapi dengan lembar kerja untuk penyelidikan. Data diperoleh melalui tes tertulis untuk kognitif, observasi untuk domain afektif, kerja kelompok observasi untuk psikomotor domain dan dianalisis dengan menguji kesamaan dua rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang dilengkapi dengan penyelidikan lembar kerja terhadap hasil siswa kelas VII di SMPN 8 Padang belajar dengan tingkat signifikan 0,05. 74

2. H. Istikomah dalam jurnal Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 40-43

yang berjudul “Penggunaan Model Group Investigation untuk Menumbuhkan

Sikap Ilmiah Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran Group Investigation dalam menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen semu dengan desain random-pretest- posttest. Data diperoleh dengan menggunakan angket dan observasi. Data sikap ilmiah siswa antara kelompok investigasi dan Jigsaw, dan dapat dinyatakan sikap ilmiah kelompok investigasi lebih baik daripada kelompok Jigsaw secara signifikan. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation lebih efektif menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Disarankan untuk penggunaan model pembelajaran Group Investigation agar sikap ilmiah siswa dapat ditumbuhkan75

74 Ade Mayasari. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation berbantukan LKS terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VII SMPN 8 Padang.

Jurnal pendidikan FisikaVol.2 h 145-152.2013.

75 H. Istikomah. Penggunaan Model Group Investigation untuk Menumbuhkan Sikap


(48)

3. Nurul Ulfah dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.” Metode penelitian yang digunakan yakni eksperimen dengan desain pretest – posttest control group design. Pengambilan sampel digunakan menggunakan teknik cluster sampling, siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan cooperative learning tipe group investigation dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Instrument penelitian yang digunakan berupa soal pilihan ganda sebagai alat ukur hasil belajar fisika dan instrument non tes berupa lembar

observasi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis data mengggunakan uji ‘t’

dengan taraf signifikasi 0,05 didapatkan thitung > ttabel yaitu 2,37 > 1,99, sehingga hipotesis alternative (Ha) yaitu terdapat pengaruh cooperative learning tipe group investigation terhadap hasil belajar fisika siswa diterima.76

4. Nike Gusmedi (2013) dalam jurnal Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 2 h 81-88

yang berjudul “Pengaruh Penerapan Lembar Kerja Siswa Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas VIII di SMPN 18

Padang,” Penelitian ini berdasarkan hasil belajar siswa rendah dalam pelajaran fisika di sekolah. Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar diantaranya kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan dan kreativitas siswa rendah. Solusi alternatif masalah ini yaitu melibatkan siswa melalui penerapan lembar kerja berbasis Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran fisika. Populasi penelitian yaitu SMPN 18 Padang. Sampel mengambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dampak signifikan dari hasil fisika di kelas eksperimen di kelas VIII SMPN 18 Padang dengan kuantitatif nyata tingkat 0,05.77

76Nurul Ulfah. “Pengaruh Model cooperative learning tipe group investigation terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. i, tidak dipublikasikan.

77 Nike Gusmedi. Pengaruh penerapan Lembar Kerja Siswa berbasis Sains Teknologi

Masyarakat terhadap hasil belajar fisika kelas VIII SMPN 18 Padang. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 2 h 81-88.2013


(49)

5. Rahandika Mita Pramesti dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Cahaya.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan penerapan model cooperative learning tipe group investigation. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas. Instrumen tes yang digunakan yaitu soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dan instrument nontes yang berupa lembar observasi guru dan siswa. Data dianalisis menggunakan N-Gain, sedangkan data hasil observasi dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya.78

D. Hipotesis

Ha: terdapat pengaruh penggunaan bahan ajar LKS berbasis Group Investigation terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X pada konsep Fluida statis

Ho: tidak terdapat pengaruh penggunaan bahan ajar LKS terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X pada konsep Fluida statis

78Rahandika Mita Pramesti.” Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group

Investigation untuk Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Cahaya”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2013. H. i, tidak dipublikasikan.


(50)

38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April di semester genap tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA kelas XI di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu. Berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek pada kelompok yang dibandingkan dalam metode eksperimen semu tidak dilakukan secara acak.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini menentukan pengaruh perlakuan dengan membandingkan rata-rata pre-test dan post-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol atau kelompok yang akan dijadikan pembanding. Desain tersebut dinyatakan dalam Tabel 3.1 berikut: 79

79

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010). h. 116


(51)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Keterangan:

E: kelompok eksperimen K: kelompok kontrol

O1 : pre test kelompok eksperimen dan kontrol O2 : post test kelompok eksperimen dan control Xe : perlakuan pada kelas eksperimen

Xk : perlakuan pada kelas kontrol

Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (02-01) dengan pencapaian kelompok kontrol (04-03)

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah LKS berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.

E. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI di salah satu SMA Negeri di Tangerang Selatan.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini, sampel yang diambil dari kelas XI SMAN 10 Tangerang Selatan dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

E

0

1

X

e

0

2


(52)

1) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang menggunakan bahan ajar LKS berbasis Group Investigation.

2) Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang menggunakan LKS yang sudah ada di sekolah

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik

purposive sampling”, yaitu teknik pengambilan data yang dilakukan secara tidak acak pada kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap pendahuluan

Pada tahap pendahuluan ada studi kepustakaan mengenai Lembar Kerja Siswa, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), serta materi fluida statis. Studi kepustakaan tentang LKS dilakukan dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya baik penelitian dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, studi kepustakaan ini juga dilakukan degan mencari referensi dari beberapa buku.

Pada tahap ini juga dilakukan observasi atau pengamatan terhadap masalah yang terjadi di sekolah. Pengamatan ini dilakukan di 11 SMA Negeri di Tangerang Selatan dengan menggunakan angket.

2. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, terdapat beberapa langkah yaitu:

a) Mengurus surat ijin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

b) Menetepkan materi dan alokasi waktu c) Menyiapkan RPP

d) Menyiapkan instrumen

e) Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah f) Menentukan sampel penelitian


(53)

3. Tahap pelaksanaan

a) Uji coba instrument penelitian

b) Mengolah dan menganalisis data uji coba instrument

c) Memberi pre test kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

d) Menyampaikan pembelajaran menggunakan bahan ajar berupa LKS berbasis GI e) Memberi post test kepada kedua kelompok

4. Tahap Akhir

a) Analisis data hasil penelitian b) Penarikan kesimpulan

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes objektif yang berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Untuk mengukur kualitas instrumen, maka diperlukan kalibrasi instrumen. Selain itu, untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses implementasi pembelajaran di dalam kelas digunakan pedoman observasi. Kalibrasi instrumen tes yang digunakan meliputi :

a.) Uji Validitas

Menurut Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan dalam Arikunto, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.152 Uji validitas ini menggunakan korelasi product moment sebagai berikut: 153

� = √[� ∑ � ∑− ∑ − ∑][� ∑ − ∑] (3-1)

Keterangan:

rxy = angka indeks korelasi r product moment N = banyaknya siswa

∑ = jumlah hasil kali antara skor X dan skor Y

152 Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara.

2011), h.65


(54)

∑ = jumlah seluruh skor X ∑ =jumlah seluruh skor Y

Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan di atas dengan rtabel pada taraf signifikasi 5%, dengan ketetuan bahwa jika rxy sama atau lebih besar dari rtabel maka soal tersebut dinyatakan valid.

Penentuan kategori koefisien korelasi nilai r dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut154:

Tabel 3.2 Kategori Koefisien Korelasi Nilai r

Koefisien Korelasi Kategori Validitas

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 <rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,40 <rxy ≤ 0,60 Cukup 0,20 <rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 <rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

Hasil analisis uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 45

Jumlah Siswa 38

Nomor Soal Valid 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 1, 4, 6, 7, 9, 13, 16, 17, 18, 19, 36, 38, 40, 43, 44, 45

Jumlah Soal Valid 25

Persentase (%) 55,5%

Untuk lebih lengkapnya, hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 4


(55)

b.) Uji reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes berbentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:155

� = [�−� ] [ −∑ ��

�� ] (3-2a)

��2 =

∑ � − ∑ �

� (3-2b)

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari n = banyaknya item yang valid ∑ ��2 = jumlah skor varians tiap-tiap item

��2 = varians total

Interpretasi nilai r11 mengacu pada pendapat Guilford yang disajikan dalam Tabel 3.4 berikut ini:156

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas

Rentang nilai (rn) Kategori

r11 ≤ 0,20 sangat rendah

0,20 < r11 < 0,40 rendah 0,40 < r11 < 0,70 Sedang 0,70 < r11 < 0,90 Tinggi 0,90 < r11 < 1,00 Sangat tinggi

155 Asep Jihad dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi

Pressindo, 2012), h. 180


(1)

Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 log 38 = 1 + 3,3 (1,58)

=6,214 = 6

Panjang Kelas (i) I = R /BK = 0,4 / 6 = 0,067

kelas f

nilai tengah

(xi) f.xi f.xi^2

0.31 - 0.40 0 0.355 0 0

0.41 - 0.50 4 0.455 1.82 0.8281

0.51 - 0.60 7 0.555 3.885 2.156175

0.61 - 0.70 12 0.655 7.86 5.1483

0.71 - 0.80 13 0.755 9.815 7.410325

0.81 - 0.90 2 0.855 1.71 1.46205

Jumlah 38 3,63 25.09 17.00495

Rata-rata = 25,09 / 38

= 0,7 (termasuk kategori sedang) Standar Deviasi

� = √∑ . ��

2− ∑ . �� 2

∑ −

� = √ , 9 − 2 , 9

2


(2)

� = √ , 9 − 6, 66 2 � = √ ,

� = ,

Menentukan batas kelas, yaitu:

0,305 0,405 0,505 0,605 0,705 0,805 0,905

Mencari nilai Z-Score

= � − �̅

Z1 = -3,95

Z2 = -2,95

Z3 = -1,95

Z4 = -0,95

Z5 = 0,05

Z6 = 1,05

Z7 = 2,05

Mencari luas Z tabel dari tabel distribusi normal luas Z tabel dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas

Luas Z tabel = Z-3,95– Z-2,95 = 0,00156

Luas Z tabel = Z-2,95– Z-1,95 = 0,24

Luas Z tabel = Z-1,95– Z-0,95 = 0,1455

Luas Z tabel = Z-0,95 + Z0,05 = 0,348


(3)

Luas Z tabel = Z1,05 – Z2,05 = 0,1267

Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) 0,00156 x 38 = 0,06

0,24 x 38 = 9,12 0,1455 x 38 = 5,529 0,348 x 38 = 13,224 0,3332 x 38 = 12,6616 0,1267 x 38 = 4,8146

kelas Xi fi.xi fi.xi2

Batas kelas Z batas kelas Luas Z tabel

Ei Oi

(Oi-Ei)2/Ei

0,305 -3,95 0,31–

0,40 0,355 0 0

0,0015 6

0,06 0 0

0,405 -2,95

0,41-0,50 0,455 1,82 0,8281

0,024 9,12 4 2,87

0,505 -1,95

0,51-0,60 0,555 3,885 2,156

0,1455 5,529 7 0,39

0,605 -0,05

0,61-0,70 0,655 7,86 5,148

0,348 13,224 12 0,113

0,705 1,05

0,71-0,80 0,755 9,815 7,410

0,3332 12,6616 13 0,009

0,805 2,05

0,81-0,90 0,855 1,71 1,462

0,1267 4,8146 2 1,65


(4)

Nilai x2 tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-3 = 6-3 = 3 pada tabel chi kuadrat di dapat X2 = 7,81473

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:

1) Jika X2hitung > X2tabel, maka H0 ditolak, berarati sebaran data tidak berasal dari

populasi yang berdistribusi tidak normal.

2) Jika X2hitung X2tabel, maka H0 diterima, berarati sebaran data tidak berasal

dari populasi yang berdistribusi normal

Dari penghitungan didapat X2 hitung = 5,032 dan X2 tabel = 7,814 Jadi X2hitung X2tabel, artinya data berdistribusi normal


(5)

Lampiran 15 Uji Homogenitas

Jumlah sampel eksperimen dan control = 38 S12 = SD12 = (0,1)2 = 0,01

S22 = SD22 = (0,187)2 = 0,035

Sampel db Si2 Log Si2 db. Log Si2 db. Si2

Eksperimen = 38

37 0,01 -2 -74 0,37

Kontrol = 38

37 0,035 -1,45 -53,65 1,295

jumlah 74 0,045 -3,45 -127,65 1,665

�2 =∑ ��. �2

��

�2 = ,66 = , 22 Log S2gab = -1,65

B = (Log S2gab) (dk) = -121,94

X2 = (ln 10)[B – (dk.log Si2)] = (2,3)(-121,94 (-127,65) = 13,15 X2

tabelpada dk = k-1 = 1 dengan = 0,05 adalah 3,814 X2hitung X2tabel sehingga data tidak homogen


(6)

Lampiran 16 Uji t = �̅̅̅ − �̅̅̅2

� √ +

2

� = √ − �+2+ 2 − �22

2− 2

� = √ × , + − 2+ × , � = √ , 22

� = ,

= , − ,6 , √ + = ,

, √9 = ,, = ,

T tabel pada (dk) = (n1 - 1) + (n2 - 1) = 74 dengan = 0,05 didapat ttabel = 1,666