Pengodean Berporos Axial Coding Pengodean Berpilih Selective Coding

Gambar 4.1 Pemberitaan MR di WSJ Sumber: www.majelisrasulullah.org MR mendapat perhatian khusus dari Wall Street Journal WSJ Amerika Serikat dengan melakukan peliputan pada peringatan Maulid Nabi tahun 2012. Media asal negeri Paman Sam tersebut memberikan apresiasi dengan mengangkat judul, “Moderat Islamic Preachers Gain Follower in Indonesia”. Mayoritas jamaah yang terdiri dari muda-mudi dalam gemerlapnya kota metropolitan Jakarta tertunduk khusyuk‟ di bawah bendera MR menjadi ketertarikan tersendiri bagi WSJ. 2 Pada tahun yang sama duta besar Amerika untuk Indonesia yakni Scot Marciel melakukan pertemuan khusus dengan pimpinan MR yakni Habib Munzir bin Fuad al Musawa. Dalam pertemuan singkat tersebut Scot berbincang dengan Habib Munzir terkait toleransi beragama dan dialog lintas agama, guna merekatkan persatuan antara umat manusia di Amerika dan Indonesia, khususnya di Jakarta. Selain WSJ yang meliput kegiatan MR, media asal Jepang NHK pada 18 April 2016 juga melakukan kegiatan yang sama. Peliputan tersebut dilakukan pada pengajian rutin yang diadakan MR setiap Malam Selasa di Masjid Al Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan. Mashu Uruta yang menjabat sebagai Program Director NHK Jepang mengatakan bahwa dirinya tidak menyangka athmosphere acara pengajian di Indonesia hampir mirip dengan sebuah acara festival, ada banner, orang bermain alat musik, dan dia sangat menyukai cara pengajian semacam itu, dengan cara berdoa mendengarkan musik yang 2 www.wsj.com , diakses pada 23 Juli 2016 pukul 17.00 WIB, item Articles. terdengar sangat bagus. 3 Tak kalah dengan media asing, media lokal pun gencar melakukan pemberitaan pada setiap acara besar MR, baik media cetak, elektronik maupun online. Selain berdakwah secara langsung dalam majelis, Habib Munzir sebagai pendiri MR pada masa hidupnya juga sering mengisi tausiah pada program acara televisi diantaranya, Damai Indonesiaku TV One, Titian Qalbu TPI, OASIS Metro TV, Mutiara Subuh ANTV, Embun Pagi Indosiar. Metode pengajian yang dilakukan MR yaitu melakukan pengkajian kitab- kitab kuning 4 seperti, Kitab As Syifa karya Imam Qadhi Iyadh, Fathul Baari karya Imam Hajar al Asqolany, Sahih Bukhori karya Imam Bukhori, Nurul Iman dan Qutuful Falihin karya Habib Umar bin Hafidh Hadits, Ar Risalah Al Jami‟ah karya Habib Zein bin Smith, Safinatun Najah karya Syeikh Salim bin Sumair Fiqih. Metode pengajarannya yaitu dilakukan secara sistematis dan terjadwal. Para petugas kru MR biasanya menfotokopi lembaran hadistkitab yang akan dibahas dan mendistribusikannya kepada jamaah MR. Setelah wafatnya Habib Munzir yang merupakan pimpinan MR pada 15 September 2013, tampuk kepemimpinan majelis sementara dipegang oleh Dewan Syuro yang terdiri dari Habib Mukhsin bin Idrus al Hamid, Habib Nabiel bin Fuad al Musawa kakak dari Habib Munzir dan Habib Ahmad al Bahar. Hingga kini sepak terjang dakwah MR tidak hanya tersentralisir di Jakarta dan pulau Jawa. Dakwah MR meliputi, Bali, Papua, Sumatera, Kalimantan, serta daerah lain di Indonesia, hingga ke beberapa negara 3 www.majelisrasulullah.org , diakses pada 23 Juli 2016 pukul 17.30 WIB, item Artikel. 4 Kitab kuning merupakan istilah nama untuk menyebutkan nama kitab-kitab terdahulu yang dikarang oleh para ulama besar. Kitab Kuning tetap bersandar pada Al Qur‟an dan Hadist serta ijma‟ kesepakatan ulama. Metode kitab kuning di Indonesia khususnya masih dipakai dalam kurikulum diberbagai pesantren dan sekolah Islam. tetangga seperti, Singapura, Malaysia, Hongkong, Jepang, Korea, dan beberapa negara lain. Metode dakwah yang dilakukannya tetap sama seperti di Jakarta yaitu melalui pengajian rutin dan kegiatan sosial-keagamaan lain. Pada masa Habib Munzir pimpinan majelis diberbagai cabang tersebut merupakan rekomendasi langsung darinya. Hingga kini kegiatan MR terus berlanjut dan dinamis hingga merambah ke ranah dakwah virtual seperti website, media sosial, aplikasi, dan video streaming.

A. Sejarah Berdiri Majelis Rasulullah SAW

Majelis Rasulullah SAW didirikan oleh Habib Munzir bin Fuad Al Musawa. Awal berdirinya majelis ini ialah ketika sang habib pulang menuntut ilmu agama dari Hadramaut, Yaman. Habib Munzir dan ketigapuluh sembilan temannya dari Indonesia berangkat menuju Yaman pada tahun 1994 dan kembali ke Indonesia tahun 1998. Mereka memikul amanah yang sama, yakni menyebarkan ilmu yang sudah didapat selama di Yaman kepada umat. Pada awal dakwahnya kepada umat setelah menimba ilmu agama di Yaman, Habib Munzir berbeda dengan ketigapuluh sembilan teman seangkatannya dari Yaman yang lain. Dia hanyalah anak dari seorang mantan wartawan yang tidak punya pesantren ataupun institusi sebagai tempat bernaung untuk menyebarkan ilmu agama. Berbeda dengan teman seangkatannya yang langsung menempati posisi penting di pesantren ataupun di institusi milik keluaganya. Dengan keadaan yang demikian, Habib Munzir tidak putus asa karena memang sudah kewajibannya menyebarkan ilmu agama sebagai seorang ulama. Meskipun beliau sadar