Majelis Rasulullah SAW atau yang biasa disebut MR, merupakan majelis taklim yang memiliki banyak jamaah. Tidak hanya jamaah dari Jakarta saja,
tetapi dari luar Jakarta bahkan Luar Pulau sampai ke Luar Negeri. MR yang pertama di prakarsai oleh Habib Munzir di awal terbentuknya banyak
mengalami rintangan dan hambatan. Selepas Sang Habib belajar menimba ilmu agama di Yaman pada tahun 1998 dan mulai mengamalkan apa yang
didapat di sana. Sang Habib berdakwah dari rumah kerumah yang awalnya jamaah hanya berjumlah tidak lebih dari sepuluh orang, kemudian jamaah
sudah semakin banyak dan perlu tempat yang cukup untuk menampung jamaah. Akhirnya pindah dari Mushola ke Mushola dan terus jamaah semakin
bertambah hingga Mushola pun tak bisa menampung jamaah. Hingga kemudian berpindah dari Masjid ke Masjid.
MR tidak hanya sebagai majelis taklim yang di dalamnya terdapat pembelajaran agama saja, tetapi juga sebagai Majelis Dzikir dan Majelis
Sholawat. Sebab metode yang diusung tidak hanya untuk memberikan ilmu agama Islam tapi juga sebagai wadah mengingat Sang Pencipta dan Rasul-
Nya. Mengenalkan kepada penduduk Jakarta khususnya dan kota-kota lain pada umumnya yang semakin disibukkan dengan urusan duniawi.
Membangkitkan semangat kaum Muslimin untuk mencintai Sunnah Rasulullah SAW serta menyerukan ajaran-ajaran yang dibawa Rasul dengan
dakwah kedamaian, lemah lembut dan kasih sayang terhadap sesama. Sejak berdirinya MR yang hingga kini sudah mencapai 18 tahun, sungguh
perjuangan yang tidak sebentar. MR berupaya beradaptasi dengan perubahan- perubahan untuk tetap terus eksis sebagai wadah pembinaan umat. Seperti
sekarang ini, perkembangan teknologi yang semakin canggih dengan hadirnya internet, mengharuskan MR untuk membuat website agar dakwahnya bisa
dilihat dunia luas melalui internet. Kemudian media sosial guna mensosialisasikan program-programnya serta membuat aplikasi untuk
pengguna smartphone agar mempermudah dalam mengakses informasi yang berkaitan dengan MR.
Perubahan internal yang terjadi di dalam MR sendiri yakni ketika pembina sekaligus pendiri MR yaitu Habib Munzir bin Fuad Al Musawa
wafat pada 15 September 2013. Hal tersebut menjadi sebuah polemik yang terjadi di dalam sistem MR. Tetapi hal tersebut tidak membuat MR menjadi
vakum atau berhenti, bahkan hingga sekarang masih tetap berjalan. Seperti motivasi yang pernah dikatakan Mantan Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono ketika memberikan pidato kepresidenan saat bertakziah ke rumah duka Habib Munzir, bahwa wafatnya Habib Munzir bukan berarti berakhirnya
Majelis Rasulullah SAW, majelis ilmu yakni Majelis Rasulullah akan terus bergerak dan bertambah besar, bahkan mempengaruhi dunia baik ada atau
tidaknya Habib Munzir. Sudah masanya tonggak dakwah diambil alih oleh jamaah dan seluruh umat Rasulullah SAW.
5
MR menjadi sebuah majelis taklim yang hingga sekarang terus bertahan dengan perubahan sistem dan tetap konsisten dengan nilai-nilai dakwah yang
dibawakan serta terus melakukan perubahan-perubahan untuk tetap berjalan mencapai tujuannya. Dengan alasan-alasan di atas, maka penelitian ini layak
5
M. Guntur dan Tim Majelis Rasulullah, Habib Munzir: Menanam Cinta untuk Para Kekasih Rasulullah, Jakarta: QultumMedia, 2013, h. 134.
diajukan dengan judul
“Transformasi Sistem Dakwah Majelis Rasulullah SAW di Jakarta
”.
2. Fokus dan Rumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, peneliti memfokuskan penelitian ini pada pembahasan terkait transformasi sistem dakwah
Majelis Rasulullah SAW. Membagi periode majelis tersebut berdasarkan penokohan menjadi dua yakni periode Habib Munzir dan periode setelah
wafatnya Habib Munzir yang dipimpin oleh Dewan Syuro.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: Bagaimana transformasi sistem dakwah Majelis Rasulullah SAW pada periode Habib
Munzir hingga periode Dewan Syuro?
3. Tujuan Penelitian
Berlandaskan dari permasalah yang dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini ialah: Untuk menggambarkan transformasi sistem dakwah
Majelis Rasulullah SAW pada periode Habib Munzir hingga periode Dewan Syuro.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:
A. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmiah dalam kajian ilmu dakwah bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi FIDKOM khususnya jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
mengenai sistem dakwah majelis taklim sebagai wadah pembinaan umat yang masih tetap eksis dari awal berdiri dan terus berkembang hingga
sekarang.
B. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada pembaca dan praktisi dakwah tentang transformasi sistem dakwah majelis
taklim yang masih terus bertahan dengan perubahan-perubahan situasi ataupun kondisi serta melihat hubungan antara para pelaku yang ada
dalam majelis taklim dengan struktur yang dibentuknya.
5. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini hadir berdasarkan adanya masukan dari beberapa penelitian sebelumnya yang membuat peneliti dapat menemukan permasalahan dalam
penelitian. Maka dari itu terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan fokus penelitian namun tetap memiliki perbedaan di dalam
penelitiannya. Berikut beberapa penelitian yang menjadi acuan dan memiliki kesamaan pada penelitian ini. Diantaranya yaitu:
1. Manajemen Majelis Taklim Darussa‟adah Cilandak Timur Jakarta
Selatan, skripsi Chairul Anshory. Permasalahan dalam penelitian ini ialah melihat penerapan fungsi-fungsi manajemen pada Majelis Taklim
Darussa‟adah. Fokus pada penelitian ini menjelaskan bidang keilmuan manajemen yang diterapkan dalam sebuah institusi islam yakni majelis
taklim. Berbeda dengan peneliti yang melihat praktek-praktek sosial yang ada dalam sebuah majelis taklim.
2. Pembinaan Akhlak Remaja melalui Majelis Taklim Al-Barkah Studi
Kasus Ma jlis Taklim Remaja Masjid Jami‟ Al-Barkah Duren – Sawit
Jakarta Timur, skripsi Marfuah. Permasalahan dalam penelitian ini ialah melihat bentuk kegiatan pembinaan akhlak remaja melalui majelis taklim
remaja Masjid Jami‟ Al-Barkah dan menjelaskan hambatan-hambatan apa saja yang dialami majelis taklim tersebut dalam pembinaan akhlak
remaja. Penelitian ini mencoba menjelaskan tentang manfaat yang ditimbulkan dengan hadirnya majelis taklim berupa pembinaan akhlak
remaja. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti melihat majelis taklim sebagai sebuah sistem yang juga berfungsi sebagai pembinaan umat
dengan program atau struktur yang terbentuk dari praktek-praktek sosialnya.
6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penlitian ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi karya Hamid Nasuhi
dkk, yang diterbitkan CEQDA Center for Quality Development and Assurance Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari enam sub, yakni latar
belakang, fokus dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab kedua ini membahas tentang konsep teoritik yang
digunakan dalam penelitian yang terdiri dari tiga sub, yakni majelis taklim, teori sistem dan teori strukturasi.
BAB III : Pada bab ketiga ini membahas tentang metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari paradigma, metode, pendekatan penelitian, sibjek dan objek, tempat dan waktu penelitian serta
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : Pada bab keempat ini membahas tentang hasil dan analisis data
yang berisi gambaran umum Majelis Rasulullah SAW yang terdiri dari profil Majelis Rasulullah SAW, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur
kepengurusan dan program dakwah serta analisis dan interpretasi data penelitian.
BAB V : Pada bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
saran dari peneliti. Lanjutan dari bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka beserta lampiran-lampiran yang mendukung penulis berdasarkan hasil
penelitian.