B. Tujuan dan Fungsi Majelis Taklim
Dalam proses terbentuknya, majelis taklim memiliki beberapa tujuan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Ensiklopedi Islam, diantaranya:
15
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan masyarakat khususnya jamaah, meningkatkan amal ibadah jamah,
mempererat tali silaturrahmi antar jamaah dan membina kader dikalangan jamaah.
Manfred Zimek mengatakan bahwa tujuan majelis taklim adalah menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
agama, maupun tentang gambaran akhlak yang membentuk kepribadian dan memantapkan akhlak.
16
Mengenai bermacam-macamnya rumusan yang menjadi tujuan dari terbentuknya majelis taklim, Dr. Hj. Tutty Alawiyah merumuskan tujuan
majelis taklim dari segi fungsinya. Pertama berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan keyakinan
agama, yang akan mendorong pengalaman ajaran agama. Kedua berfungsi sebagai kontak sosial, maka tujuannya adalah untuk silaturrahmi. Ketiga
berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamahnya.
17
Majelis taklim merupakan suatu lembaga dakwah dan juga sebagai lembaga pengajaran masyarakat yang tumbuh dan berkembang dari
kalangan masyarakat Islam itu sendiri yang berkepentingan untuk
15
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Majelis, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Haeve, 1994, h. 122.
16
Manfred Zimek, Pesantren dan Perubahan Sosial, Jakarta: LP3ES, 1986, h. 57.
17
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, Bandung: Mizan, 1997, h. 78.
kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu, majelis taklim dapat disebut sebagai lembaga swadaya masyarakat yang hidupnya didasarkan kepada
Ta‟awun dan Ruhama‟u bainahum tolong menolong dan berkasih sayang.
18
Sebagai lembaga dakwah dan juga sebagai lembaga pendidikan Islam non-formal,
majelis taklim
memiliki fungsi:
19
Membina dan
mengembangkan ajaran Islam dalam hal membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, sebagai taman rekreasi rohaniah, sebagai
wadah berlangsungnya silaturrahmi yang dapat menghidupkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah, sebagai sarana bertemu dan berdialog antara
ulama dan umara‟ dengan umat secara berkesinambungan, sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan
bangsa secara umum.
C. Jenis-jenis Majelis Taklim
Dalam penyelenggaraan majelis taklim bersifat tidak mengikat dan tidak pula selalu mengambil tempat-tempat ibadah seperti masjid, langgar
atau mushola, tetapi bisa di rumah keluarga, ruang aula di suatu instansi, lapangan yang bisa menampung jamaah dengan skala besar, hotel, kantor,
balai pertemuan dan lain sebagainya pelaksanaannya pun bervarisasi, tergantung pada pemimpin atau panita dalam majelis taklim tersebut.
a. Ditinjau dari lingkungan jamaah majelis taklim, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 1 Majelis taklim pinggiran. Maksud pinggiran dalam istilah ini bukan berarti pinggiran kota, melainkan
18
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 94.
19
Hasbullah, Kapita Selekta, h. 101.
menunjuk pada daerah pemukiman lama yang umumnya dialami atau yang mayoritas masyarakat ekonomi lemah. Majelis taklim gedongan.
Majelis taklim ini terdapat di daerah elit lama dan baru yang mayoritas penduduknya dianggap kaya dan terpelajar. 2 Majelis taklim
komplek. Biasanya suatu instansi tertentu membangun perumahan karyawannya. Kemudian di komplek tersebut membuat majelis taklim
yang mereka sebagai jamaah yang terdiri dari kalangan menengah dan terkait dengan instansinya. 3 Majelis taklim pemukiman baru. Majelis
taklim yang terbentuk di suatu perumahan baru, jamaah terpelajar, ekonomi menengah dan tidak terikat dengan instansi tertentu. 4
Majelis taklim kantoran. Diselenggarakan oleh karyawan kantor, yang memiliki ikatan dengan kebijakan kantor. 5 Majelis taklim khusus.
Pengajian yang dikhususkan kepada orang tertentu, misalnya pengajian para pejabat, khsusus untuk jamaah pendiri organisasi
tertentu. 6 Majelis taklim umum. Pengajian yang jamaahnya siapa saja, tanpa ada perbedaan.
20
b. Ditinjau dari tempat penyelenggaraannya, majelis taklim memiliki
beberapa klasifikasi. Diantaranya:
21
Di masjid atau mushola, di madrasah atau ruang khusus, di rumah secara tetap atau berpindah-
pindah, di ruang atau aula kantor dan di lapangan. c.
Ditinjau dari metode penyajian atau penyampaian materi majelis taklim, terdiri dari:
22
20
Koordinasi Dakwah Islam, Pola Pembinaan Majelis Taklim di Jakarta, Jakarta: KODI, 1987, h. 3.
21
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, h. 77.
22
Koordinasi Dakwah Islam, Pola Pembinaan Majelis Taklim di Jakarta, h. 9-11.
a. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode ceramah.
Metode ini dilaksanakan dengan dua cara: Ceramah Umum. GuruUstadzKiai bertindak aktif dengan memberikan materi atau
ceramah, sedangkan peserta atau jamaah pasif yaitu hanya mendengarkan dan menerima materi yang disampaikan melalui
ceramah. Ceramah Terbatas. Guru Ustadz Kiai maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif. Terdapat kesempatan bertanya dari
jamaah kepada pemberi materi atau penceramah. b.
Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode halaqah. Dalam hal ini GuruUstadzKiai memberikan pengajaran biasanya
dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta atau jamaah mendengarkan apa yang disampaikan oleh pengajar sambil
menyimak kitab yang sama atau melihat ke papan tulis atau ke layar dimana pengajar menuliskan segala hal yang diterangkan.
Berbeda dengan metode ceramah terbatas, metode halaqoh menjadikan pengajar sebagai pembimbing jamaah jauh lebih
menonjol. GuruUstadzKiai sering kali mengulang-ulang suatu bacaan dengan diikuti atau ditirukan oleh jamaah serta
membetulkan bacaan dari jamaah yang salah atau keliru. c.
Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah. Metode ini dilaksanakan dengan cara menukar pendapat atau
diskusi mengenai suatu masalah yang disepakai untuk dibahas. Dalam metode ini mengandaikan bahwa GuruUstadzKiai tidak
ada karena semua peserta biasanya terdiri dari orang-orang yang