Metode Pengolahan dan Analisis Data

45 masyarakat terhadap masalah yang sedang diteliti. Jenjang skor yang digunakan yaitu tiga, ini mempertimbangkan karakteristik dari polpulasi nasabah yang memiliki kemungkinan berpendidikan rendah sehingga dapat membedakan pendapatnya dengan lebih tajam. Sedangkan skor yang diberikan ada tiga, yaitu skor tiga untuk responden yang menjawab meningkat, dua untuk yang menjawab tetap, dan satu untuk responden yang menjawab menurun. Penilaian tanggapan responden terhadap tahapan-tahapan pembiayaan pada BMT serta dampaknya akan dibagi kepada empat kategori yaitu efektif, cukup efektif, kurang efektif dan tidak efektif. Pembagian skor penilaian digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada pengelolaan pembiayaannya dan juga dampak terhadap nasabah. Total skor untuk setiap prosedur adalah antara 120-360. Skor ini diperoleh dari pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah pertanyaan dalam setiap prosedur dan juga jumlah responden. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban kemudian dikurangi satu Hidayat, 2004. Selang = � � � − � � � � ℎ �� � � − 1 Kemudian diperoleh selang untuk setiap penilaian adalah 59. Kemudian dari selang tersebut akan diperoleh pengelompokan kategori beserta nilai skornya, yaitu: 1. Tidak efektif bila total skor antara 120-179 2. Kurang efektif bila total skor antara 180-239 3. Cukup efektif bila total skor antara 240-299 4. Efektif bila total skor antara 300-360 46 Setelah data diolah dan kemudian didapatkan skor-skor untuk penilaian, kemudian skor penilaian tersebut diinterpretasikan sehingga diketahui tahapan- tahapan pembiayaan serta dampaknya terhadap nasabah yang memiliki penilaian efektif, cukup efektif, kurang efektif dan tidak efektif. Dari penilaian tersebut bisa diberikan alternatif-alternatif untuk memperbaiki hal-hal yang masih dianggap kurang di BMT tersebut. b. Analisis Kuantitatif Data kuantitatif yang diperoleh dari responden penelitian kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode statistik guna memberikan dasar bertolak untuk menjelaskan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pengambilan pembiayaan syariah oleh nasabah. Analisis yang dilakukan menggunakan persamaan regresi linier berganda. Persamaan regresi linier berganda digunakan untuk menguji keterkaitan antara variabel bebas dan tidak bebas di dalam model yang kemudian akan diuraikan secara deskriptif. Penelitian ini dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan pada BMT dilakukan dengan melalui pendekatan fungsi permintaan dimana pembiayaan dipandang sebagai barang ekonomi Hidayat, 2004. Fungsinya dapat ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut: Yi=fX 1 , X 2 , X 3 ,......, X n Dimana Yi diasumsikan sebagai jumlah pembiayaan yang diambil nasabah, sedangkan X 1 , X 2 , X 3 ,....., X n adalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan pembiayaan. Penelitian ini dalam mengestimasi fungsi permintaan tersebut menggunakan model Cobb-Douglas. Model ini cocok 47 untuk mengestimasi fungsi produksi dan fungsi permintaan karena persamaan tersebut adalah fungsi paling logis dari fungsi permintaan dan bentuk aljabar fungsi ini dapat ditransformasikan menjadi sebuah hubungan linear dengan menggunakan logaritma sehingga dapat diestimasi dengan metode OLS Hidayat, 2004. Model ini dapat ditulis dengan notasi Yule dengan cara sebagai berikut Guzarati, 1978: Yi = aX 1 b1 X 2 b2 .......e Persamaan ini dapat dinyatakan dengan lebih mudah dalam bentuk logaritma sebagai berikut: lnYi = a o + b 1 lnX 1 + b 2 lnX 2 + b k lnX k + e dimana : Y = peubah tidak bebas dependent X = peubah bebas independent b = koefisien persamaan a = intercept e = galat peubah pengganggu Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan pembiayaan adalah sebagai berikut: 18. Jumlah karyawan adalah jumlah anggota pekerja usaha tersebut. Faktor diduga ini berimplikasi terhadap anggaran pembiayaan usaha. 19. Pengalaman usaha adalah lama seseorang dalam menjalankan usahanya tersebut. Semakin lama memiliki pengalaman usaha maka akan lebih memiliki kemampuan untuk memperhitungkan jumlah kebutuhan pembiayaan dalam menjalankan usahanya tersebut. Sehingga dapat memanfaatkan pembiayaan yang diberikan. 48 20. Penerimaan usaha perbulan adalah besar pemasukan yang diperoleh dari usaha tersebut setiap bulannya. Adalah suatu indikator dalam menilai kemampuan untuk membayar angsuran dari pembiayaan. 21. Skala usaha adalah besar kecilnya usaha yang dijalankan. Diukur dengan besar modal yang digunakan untuk menjalankan usaha tersebut. Semakin besar modal yang digunakan untuk menjalankan usah tersebut, maka semakin besar pula skala usaha tersebut. 22. Pengalaman pengambilan pembiayaan, adalah frekuensi nasabah dalam melakukan permohonan pembiayaan. Semakin tinggi frekuensi melakukan pinjaman maka akan semakin menimbulkan kepercayaan pihak BMT kepada nasabah. 23. Jangka waktu realisasi pembiyaan adalah rentang waktu pencairan pembiayaan dari awal permohonan sampai pemberian pembiayaan. 24. Jangka waktu angsuran, selang waktu yang diberikan oleh lembaga keuangan untuk mengangsur pengembalian pembiayaan. Semakin lama waktu yang diberikan oleh BMT untuk mengangsur maka akan memberikan keleluasaan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan 25. Sektor usaha responden dibagi menjadi dua kategori yaitu sektor pertanian dan non sektor pertanian. Sektor pertanian yang dimaksud adalah sektor pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pengambilan pembiayaan secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: 49 lnYi = a + b 1 lnJK + b 2 lnPU + b 3 lnPRU + b 4 lnSU + b 5 lnPPM + b 6 lnJWR + b 7 lnJW + cD + ei Dugaan nilai parameter: b 2 , b 3 , b 4 , b 6 0 dan b 1 , b 5 , b 7 , c Dimana: lnYi = Jumlah pembiayaan yang diambil Rp lnJK = Jumlah karyawan orang lnPU = Pengalaman usaha tahun lnPRU = Penerimaan usaha Rpbulan lnSU = Skala usaha dengan besar modal Rp lnPPM = Pengalaman pengambilan pembiayaan kali lnJWR = Jangka waktu realisasi hari lnJW = Jangka waktu angsuran bulan D = Sektor usaha responden dummy = 1, jika sektor pertanian = 0, jika non sektor pertanian e = galat disturbance term a = intercept Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata digunakan uji, sebagai berikut: 1. Pengujian serentak seluruh parameter dugaan uji-F Statistik uji: F hitung = −1 � −1 50 Dimana: SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat residual k = banyaknya parameter dugaan termasuk intercept n = jumlah sampel Hipotesa: H : seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas H 1 : ada sedikitnya satu variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas Kriteria uji: H ditolak apabila : F hitung F tabel , derajat bebas tertentu H diterima apabila : F hitung F tabel , derajat bebas tertentu 2. Pengujian parameter dugaan uji-t Statistik uji: t hitung = � � Dimana: b i = parameter dugaan Sbi = standar deviasi parameter b i Hipotesa: H : masing-masing variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas H 1 : masing-masing variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas 51 Kriteria uji: H ditolak apabila : t hitung t tabel , derajat bebas tertentu H 1 diterima apabila : t hitung t tabel , derajat bebas tertentu 3. Pengujian terhadap adanya masalah multikolinear, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Pengujian dilakukan multikolinear dengan melihat nilai Value Inflation Factor VIF yang diperoleh dari setiap variabel bebas yang diperoleh. Kemudian autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson yang dianalisa menggunakan software Minitab versi 14, dan heterokedastisitas diuji dengan menggunakan White Heteroskedasticity yaitu dengan cara melihat nilai probabilitas obsR-squared-nya yang dianalisa dengan menggunakan software E-Views versi 4. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar daripada taraf nyata yang digunakan dalam analisis maka hasil estimasi tersebut lolos dari adanya masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai probabilitasnya lebih kecil daripada taraf nyata yang digunakan maka hasil estimasi tersebut mempunyai masalah dengan heteroskedastisitas. 4. Pengujian kebaikan suatu model. Pengujian dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi R 2 yang bertujuan untuk mengetahui berapa jauh keragaman besarnya pembiayaan dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang dipilih. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: 2 = = 1 − ∑�� 2 ∑�� 2 52 Dimana: ∑ei 2 = Jumlah kuadrat unsur sisa galat ∑yi 2 = Jumlah kuadrat total Semakin besar nilai dari R 2 berarti model yang dijelaskan akan semakin baik dan eror yang ditimbulkan akan semakin kecil. Untuk taraf uji α yang digunakan adalah 1 persen, 10 persen dan 15 persen.

4.6 Defenisi Operasional

1. Pembiayaan syariah adalah pola pembiayaan yang berdasarkan syariat Islam yang bebas bunga dan bebas dari riba. 2. Jumlah pembiayaan yang diambil nasabah adalah merupakan besarnya realisasi pembiyaan yang diberikan pihak BMT kepada nasabah dalam satuan rupiah 3. Jumlah tanggungan keluarga merupakan besarnya jiwa yang ditanggung oleh nasabah, baik anggota keluarga sendiri maupun anggota keluarga lain orang 4. Pengalaman usaha adalah lamanya nasabah dalam menjalankan usaha baik sebelum maupun sesudah mendapat pembiayaan tahun 5. Penerimaan usaha keluarga adalah pendapatan yang diperoleh nasabah dari seluruh kegiatan usaha yang dijalankan dalam memanfaatkan pembiayaan dikurangi modal yang digunakan Rpbulan 6. Skala usaha adalah ukuran besar atau kecilnya usaha yang dijalankan. Skala usaha diukur dengan modal yang digunakan pada usaha tersebut rupiah 7. Pengalaman pengambilan pembiayaan, adalah frekuensi nasabah dalam melakukan permohonan pembiayaan. 53 8. Jangka waktu realisasi pembiyaan adalah rentang waktu pencairan pembiayaan dari awal permohonan sampai pemberian pembiayaan. 9. Jangka waktu angsuran adalah selang waktu yang diberikan pihak BMT kepada nasabah untuk mengangsur dan melunasi pinjamannya yang lamanya telah disepakati bersama antara pihak BMT dan pihak nasabah bulan 10. Sektor usaha responden dibagi menjadi dua kategori yaitu sektor pertanian dan non sektor pertanian. 11. Tahap pengajuan pembiayaan adalah permohonan dari nasabah untuk mendapatkan pembiayaan dari BMT Dana Insani. 12. Tahap penyaluran pembiayaan adalah pencairan dana pembiayaan dari pihak BMT kepada nasabah yang besarnya disesuaikan dengan kesepakatan kedua belah pihak. 13. Tahap pengelolaan pembiayaan adalah kemampuan nasabah dalam memanfaatkan pembiayaan yang diberikan BMT. 14. Tahap pengembalian adalah kemampuan nasabah dalam mengangsur sejumlah pembiyaan yang dipinjamnya dari BMT. Pengembalian pinjaman ini dibatasi oleh jangka waktu angsuran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. 15. Dampak pembiayaan yang diberikan oleh BMT dilihat dari kondisi usaha, peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan pemilikan asset.