Prinsip Lembaga Keuangan Mikro Jenis-jenis LKM di Indonesia

24 1. LKM formal terdiri dari: a. Bank : BKD Badan Kredit Desa, BPR Bank Perkreditan Rakyat, BKK Bank Kredit Kecamatan, BRI Unit, Mandiri Unit Mikro, DSP Danamon Simpan Pinjam, ULM BNI Unit Layanan Mikro BNI. b. Non Bank : LDKP Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan, KSP Koperasi Simpan Pinjam, dan KUD Koperasi Unit Desa, Perum Pegadaian. 2. LKM Non Formal terdiri dari: LSM Lembaga Swadaya Masyarakat, KSM Kelompok Swadaya Masyarakat, BMT Baitul Maal Wa Tamwil, LEPM Lembaga Ekonomi Produktif Masyarakat Mandiri, UEDSP Unit Ekonomi Desa Simpan Pinjam, dan lain-lain.

2.4 Karakteristik Usaha BMT

BMT adalah singkatan dari Baitul Maal Wat Tamwil. Baitul Maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba dan Baitut Tamwil yang kegiatannya menghimpun dana serta menyalurkannya kepada masyarakat dan bersifat profit motive. Sumber dana diperoleh dari zakat, infak, dan sedekah atau sumber lain yang halal. Kemudian seluruh dana yang sudah terhimpun disalurkan kepada mustahik yang berhak ataupun untuk kebaikan. Dalam segi operasi, BMT tidak lebih dari sebuah koperasi. Karena ia dimiliki oleh masyarakat yang menjadi anggotanya, menghimpun simpanan anggota dan menyalurkannya kembali kepada anggota melalui produk pembiayaankredit. Oleh karena itu, legalitas BMT pada saat ini yang paling cocok adalah berbadan hukum koperasi. Baitul Maal-nya sebuah BMT, berupaya 25 menghimpun dana dari anggota masyarakat yang berupa zakat, infak, dan shodaqoh dan disalurkan kembali kepada pihak yang berhak menerimanya ataupun dipinjamkan kepada anggota yang benar-benar membutuhkan melalui produk pembiayaan qordhul hasan pinjaman dengan bunga nol persen. Sementara Baitut Tamwil, berupaya menghimpun dana masyarakat yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, sukarela dan simpanan berjangka serta penyertaan pihak lain, yang sifatnya merupakan kewajiban BMT untuk mengembalikannya. Dana yang terhimpun diputar secara produktif bisnis kepada para anggotanya dengan pola syariah.

2.5 Aspek Legalitas BMT

Ketentuan pembentukan BMT berbadan hukum koperasi diperkuat oleh PP No.91995, dimana dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 membolehkan penerapan sistem bagi hasil pada koperasi, sebagai berikut: 1. Jumlah pendiri minimal 20 orang. 2. Jumlah pengurus minimal 3-5 orang 3. Jumlah pengelola mnimal 3-5 orang, dimana mereka telah mengikuti pelatihan BMT dan manejer dengan pendidikan formal terakhir minimal D3. 4. Anggota terdiri dari anggota pendiri dan anggota biasa. Anggota pendiri meliputi tokoh masyarakat yang bersedia menjadi sponsor dalam menyediakan modal awal. Anggota biasa adalah para penyimpan penabung dan debitur. 5. Simpanan-simpanan yang ada meliputi: simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan pendiri. Simpanan pokok adalah simpanan