28 dibagikan juga kepada penyediapenyimpan dana. Bentuk produk ini adalah
murabahah dan Ba’i Bit’tsaman Ajil.
3. Sistem Non Profit, atau disebut juga dengan pembiayaan kebajikan atau lebih bersifat sosial. Sumber dana untuk pembiayaan ini tidak memerlukan biaya,
tidak seperti bentuk-bentuk pembiayaan tersebut diatas. Bentuk pembiayaan ini disebut Qordhul Hasan.
Koperasi syariah BMT dan koperasi konvensional tetap memiliki kekhasasan dalam operasionalnya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Perbedaan Operasional antara BMT dan Koperasi Konvensional
Keterangan Koperasi Syariah
BMT Koperasi Konvensional
Orientasi Laba dan sosial
Laba Bentuk Usaha
Kelompok Swadaya Masyarakat KSM
Koperasi Landasan Operasional
Syariah Islam dan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan
Operasional Pembiayaan Bagi hasil
Profit and loss sharing Menetapkan jasa
pinjaman pada anggota dengan sistem bunga
Sumber Laba Laba dari pengelolaan
dana anggota dengan sistem bagi hasil
mark upsewa Sisa Hasil Usaha
SHU
Pelayanan Proaktif ke lapang
dengan sistem “jemput bola”
Pasif, sebatas di kantor
Permodalan Tabungan dan dana ZIS
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib,
Simpanan Sukarela
Anggota Dibedakan atas anggota
pendiri dan anggota biasa Tidak membedakan
status keanggotaan
Sumber: Hidayat 2004 dalam Aryati 2006
7
7
Dikutip dari skripsi Aryati dengan judul “Analisis Permintaan Dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah
”, IPB 2006
29
2.8 Efektivitas Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998. Menurut Aryati 2006 dalam skripsinya menyatakan bahwa efektif atau
tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman,
realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminanagunan, pengetahuan dan partisipasi nasabahcalon nasabah, serta
memberikan dampak positif. Hamid dalam Hidayat 2004 menyatakan bahwa efektivitas pembiayaan
dapat diukur dengan cara melihat kemantapan prosedur pembiayaan yang berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat diterima dan mampu menjangkau sasaran secara luas
b. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukkan fleksibilitas prosedur pembiayaan yang dijalankan
c. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam mengambil pembiayaan
d. Frekuensi tunggakan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam menunggak pembayaran dalam satu proses peminjaman
30 e. Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang dilakukan, mulai
dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi pembiaayaan. Sementara itu penelitian ini ditujukan untuk melihat efektivitas
pembiayaan yang terjadi dan juga melihat faktor-faktor penduga yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan pada lembaga keuangan mikro tersebut.
Rora 2007 dalam skripsinya menyebutkan ada beberapa faktor-faktor penduga yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan pada lembaga keuangan miko,
antara lain adalah: 11. Jumlah karyawan, jumlah anggota pekerja usaha tersebut
12. Pengalaman usaha, lama seseorang dalam menjalankan usahanya tersebut 13. Penerimaan usaha perbulan, besar pemasukan yang diperoleh dari usaha
tersebut setiap bulannya 14. Skala usaha yang diukur dengan besar modal yang digunakan untuk
menjalankan usaha tersebut 15. Pengalaman pengambilan pembiayaan, adalah frekuensi nasabah dalam
melakukan permohonan pembiayaan 16. Jangka waktu realisasi pembiyaan adalah rentang waktu pencairan
pembiayaan dari awal permohonan sampai pemberian pembiayaan 17. Jangka waktu angsuran, selang waktu yang diberikan oleh lembaga keuangan
untuk mengangsur pengembalian pembiayaan Jika dilihat dari segi ketidakefektifannya, menurut Yumanita dalam Syafar
2005 bahwa beberapa pakar telah mengidentifikasi sumber-sumber penyebab tidak efektifnya pembiayaan sistem syariah dapat dilihat dari empat aspek, yaitu: