39
c . Kecerahan
Kecerahan perairan tergantung pada warna dan kekeruhan. Menurut Effendi 2003, nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kecerahan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesuburan suatu
perairan, sehingga dapat diindikasikan bahwaperairan Situ Cigayonggong subur karena semua stasiun yang diamati memiliki tingkat kecerahan 100.
d . Bau
Bau pada perairan Situ Cigayonggong diamati dengan indra pembau hidung. Pada masing-masing stasiun, perairan Situ Cigayonggong tidak berbau
sehingga Situ Cigayonggong layak dijadikan sebagai area rekreasi dan perikanan sesuai dengan PP No. 82 tahun 2001. Selain itu, bau berpengaruh dalam menambah
nilai estetika suatu perairan dan kenyamanan area rekreasi.
4.2.3 Parameter kimia
a.
pH
pH air pada masing-masing stasiun di Situ Cigayonggong bernilai 6, sehingga menurut PP No.82 tahun 2001 kisaran suhu antara 6-9 masih sesuai bagi
sarana rekreasi air dan perikanan. Nilai pH cenderung menurun seiring dengan
meningkatnya kedalaman.
b.
Oksigen terlarut DO
Oksigen terlarut di Situ Cigayonggong berkisar antara 5.4-6.2 Tabel 12. Nilai DO tertinggi berada pada stasiun 3 yaitu sebesar 6.2 dan DO terendah berada
pada stasiun 5 yaitu sebesar 5.4. Nilai DO tinggi karena kedalaman perairan rendah sehingga intensitas cahaya bisa masuk sampai ke dasar perairan. Kadar oksigen pada
masing-masing stasiun berada diatas baku mutu maksimum suatu perairan bila dibandingkan dengan batas minimum PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu 4 mgl,
sehingga nilai DO di perairan Situ Cigayonggong masih sesuai bagi pengelolaan untuk sarana wisata dan perikanan
.
40
c.
BOD
BOD merupakan gambaran secara tidak langsung mengenai jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbon dioksida dan air. Nilai BOD cenderung meningkat seiring bertambahnya kedalaman. Nilai BOD di perairan Situ Cigayonggong berkisar antara 1.14-4.54
mgl Tabel 12. Nilai BOD tertinggi sebesar 4.54 mgl berada pada stasiun lima. Nilai BOD tinggi diduga karena banyak terdapat jumlah bahan organik dari limbah
domestik, pertanian maupun hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang terakumulasi di dasar. Menurut Effendi 2003 semakin tinggi nilai BOD, maka
aktivitas mikroorganisme semakin besar pula, selain itu kandungan bahan organik di perairan semakin besar. Perairan alami memiliki nilai BOD berkisar antara 0.5-7.0
mgl, sehingga nilai BOD di perairan Situ Cigayonggong masih sesuai bagi pertumbuhan organisme perairan Jeffries dan Mills. 1996 in Effendi 2003.
4.2.4. Parameter biologi
Parameter biologi yang diamati adalah ikan dan tanaman air. Pada setiap stasiun terdapat tanaman air. Salah satu fungsi tanaman air yaitu menyaring partikel-
partikel yang terdapat di air oleh akarnya, sehingga perairan tetap jernih. Perairan Situ Cigayonggong layak dijadikan sebagai objek wisata karena perairannya jernih.
Selain itu, kejernihan perairan menjadi salah satu daya tarik dalam menarik simpati wisatawan. Tanaman air dapat menambah nilai keindahan situ sedangkan
keberadaan berbagai jenis ikan relatif penting bagi masyarakat Karena merupakan bagian dari mata pencaharian masyarakat dan objek wisata memancing.
Tanaman air yang terdapat di perairan Situ Cigayonggong, diantaranya eceng gondok Eichhornia crassipes, menurut Sastrapradja dan Bimantoro 1981 eceng
gondok diketahui dapat menyerap bahan pencemar di dalam air, namun apabila keberadaannya sangat banyak dapat mengganggu kegiatan pengairan, perikanan dan
rekreasi. Eceng Gondok lebih dikenal sebagai tanaman gulma, karena pertumbuhannya sangat cepat. Hal tersebut dapat menyebabkan pengurangan
oksigen dan penyerapan air sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.
41 Apu-kapu merupakan tanaman yang memerlukan media tanah dan air, jika
kebanyakan air dan terkena sinar matahari secara langsung maka daunnya akan cepat hancur. Selada Air Pistia stratiotes merupakan tanaman air yang sangat
cepat pertumbuhannya, sehingga dapat menyebabkan blooming tanaman air tetapi tanaman ini bermanfaat untuk mempercepat munculnya garam mineral yang dapat
menghambat pertumbuhan ganggang hijau yang mengganggu, cypyrus papyrus merupakan tanaman air yang hidup di tepi dan menyukai sinar matahari penuh
dengan kondisi sebagian-teduh LIPI 1981. Beberapa jenis ikan yang terdapat di Situ Cigayonggong diantaranya mas
Cyprinus carpio, nila Oreochromis niloticus, belut Monopterus albus Zuieuw, benteur Puntius binotatus, lele Clarias sp, ikan cupang Betta sp. dan ikan
mujair Oreochromis mossambicus. Ikan mas Cyprinus carpio merupakan ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi, menyukai tempat hidup habitat di perairan tawar
yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau, di daerah pada ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air
laut dan pada suhu 25-30
o
C. Nila Oreochromis niloticus merupakan pemakan segala omnivora, pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga
ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan mujair Oreochromis mossambicus adalah ikan yang mempunyai toleransi besar terhadap
kadar garam, sehingga dapat hidup di perairan payau, pertumbuhannya relatif cepat, tetapi setelah dewasa pertumbuhannya menurun, mudah beradaptasi dengan aneka
lingkungan perairan dan kondisi ketersediaan makanan. Ikan belut Monopterus albus Zuieuw, adalah jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang, memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin, biasanya hidup di sawah- sawah, di rawa-rawalumpur dan di kali-kali kecil. Selain itu ukuran tubuhnya
bervariasi, tidak suka berenang dan lebih menyukai bersembunyi di dalam lumpur. Ikan benteur Puntius binotatus biasa ditemukan di permukaan tetapi sebenarnya
ikan ini merupakan ikan air tawar benthopelagic yang mencari makan didasar sungai karena banyak menyediakan makanan berupa zooplankton dan larva serangga, tidak
melakukan migrasi dalam siklus hidupnyasehingga bisa hidup menetap untuk tumbuh dan berkembang pada habitat yang tetap Dinas Perikanan Subang 2010.
42 Jenis ikan yang ditebar introduksi di Situ Cigayonggong adalah ikan mas
dan ikan nila. Penebaran benih ikan dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh Dinas Perikanan Subang. Benih ikan yang ditebar berjumlah 100.000 dengan ukuran ± 3
cm, selain itu penebaran ikan dilakukan oleh pihak pengelola setiap 3 bulan sekali dalam 1 tahun, jumlahnya ± 1000-3000 ekor benih dengan ukuran ± 3-5 cm. Tujuan
dari penebaran benih ikan tersebut yaitu diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatan memancing dan menambah ketersediaan ikan di perairan
Situ Cigayonggong hasil wawancara dengan pihak pengelola 2010. Oleh karena itu, perlu memperhatikan aspek kelestariaan lingkungan perairan dengan mengetahui
daya dukung kawasan agar tidak mengganggu ekosistem perairan tersebut. Selain itu ikan juvenil dan ikan yang telah matang gonad tidak boleh ditangkap dulu oleh
masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar produksi ikan di Situ Cigayonggong tetap berlangsung.
Jenis-jenis flora yang terdapat di Situ Cigayonggong diantaranya palem, cemara Casuarina, kelapa Cocos nucifera, albasia Seangon, bungur
Lagerstroemia speciosa, mahoni Swietenia mahogani, singkong M. esculenta, sirsak Annona muricata, tisuk H. macrophyllus dan pisang Musa sp. Vegetasi-
vegetasi tersebut memiliki nilai estetika, bernilai ekonomis dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Situ Cigayonggong karena pepohonannya
besar-besar, rindang dan indah, sedangkan fauna yang dijumpai di Situ Cigayonggong adalah ular sawah, capung dan lebah.
4.3. Keadaan Sosial-Ekonomi