Peluang Wisata ROS TINJAUAN PUSTAKA

14 Strategi pengelolaan situ sebagai sumberdaya air harus dilakukan secara lintas sektoral dengan tetap memperhatikan fungsi air, yaitu fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Keterpaduan pengelolaan harus diwujudkan mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan. Untuk itu, aparatur Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, harus mempunyai visi dan persepsi yang sama dalam identifikasi tujuan konservasi situ Ubaidillah dan Maryanto 2002. Dalam kerangka pemikiran ini, kegiatan yang perlu dilakukan adalah: 1. Penetapan pedoman pengelolaan situ. 2. Penetapan standarisasi teknis pengelolaan situ meliputi penyelenggaraan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, penanganan dan rehabilitasi penyimpangan fungsi ruang, pengendalian penggunaan lahan, penatagunaan sumberdaya air, pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya air, tertib administrasi pertanahan, kriteria kerusakan, pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kerusakan. 3. Pembangunan sistem informasi.

2.6. Peluang Wisata ROS

Recreation Opportunity Spectrum ROS merupakan suatu alat manajemen rekreasi yang dikembangkan oleh Amerika Serikat melalui Dinas Kehutanan pada awal 1980-an untuk mengelola dan melaksanakan pengaturan alam bagi para wisatawan yang berkunjung. ROS fokus kepada identifikasi dan pengelolaan sumberdaya yang tersedia antara lain ruang, fasilitas, kondisi sosial dan ekologi. Tujuan utamanya yakni untuk mencapai konsistensi dalam pengelolaan rekreasi melalui integrasi rekreasi, perencanaan dan pengelolaan sumber daya. ROS lebih proaktif dan konstruktif dalam mendukung integrasi dari pengalaman dan kesempatan rekreasi dengan mempertimbangankan kondisi ekologi yang diperlukan dalam sumberdaya alam yang berkelanjutan. Menurut Clark dan Stankey 1979, ROS merupakan suatu kerangka pemikiran konseptual untuk membantu memperjelas hubungan antara kondisi kawasan, aktivitas dan pengalaman rekreasi. Kerangka ini menganalisis tiga parameter, yatu fisik physical attribute, pengelolaan managerial attribute dan sosial social attribute yang digunakan 15 untuk menguraikan kondisi kawasan rekreasi. Selain itu, ROS juga didefinisikan sebagai suatu konsep pemikiran yang digunakan dalam pengelolaan kawasan alam dan perencanaan kawasan wisata yang bertujuan menangani terjadinya suatu konflik penggunaan lahan melalui identifikasi kegiatan wisata berdasarkan pada tingkat keberagaman faktor alam, infrastruktur dan pengelolaan yang ada di suatu kawasan. Konsep ROS merekomendasikan pembagian zonasi dan kegiatan rekreasi dimana pemanfaatan kawasan diklasifikasikan dan dibagi berdasarkan kondisi lingkungan dan aktivitas rekreasi. Pemanfaatkan dan pengembangan suatu potensi pariwisata harus memperhatikan faktor lingkungan, sosial dan pengelolaan sesuai dengan peruntukan dan tujuan pengembangan suatu kawasan. Faktor lingkungan environmental conditions dilihat dari kondisi suatu kawasan apakah masih bersifat alami atau sudah tekontaminasi oleh aktivitas manusia. Faktor lingkungan suatu kawasan pariwisata beguna untuk menentukan jenis dan arah pengembangan wisata, sedangkan faktor sosial social conditions berguna untuk menggambarkan intensitas pemanfaatan suatu kawasan wisata. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk mempertahankan kondisi yang telah ada menjadi lebih baik. Faktor utama yang dianalisis ROS adalah identifikasi parameter kondisi kawasan rekreasi setting. Parameter kondisi kawasan rekreasi merupakan kondisi dari keseluruhan kawasan rekreasi termasuk parameter fisik, sosial dan pengelolaan sebagai satu kesatuan. Parameter fisik berpengaruh dalam menentukan jenis kegiatan dan tipe rekreasi yang dapat dikembangkan. ROS merangkum keragaman dari berbagai parameter kondisi kawasan wisata berdasarkan pengalaman tertentu. Kombinasi dari parameter - parameter tersebut membentuk suatu spektrum yang mengarah pada jenis tipe rekreasi yang dapat dikembangkan bagi kawasan wisata tersebut. Berikut parameter kondisi kawasan rekreasi Recreation Setting Attribute pada Tabel 1. 16 Tabel 1. Parameter kawasan rekreasi Recreation Setting Attribute Parameter fisiklingkungan Physical Attributes Parameter Sosial Social Attributes Parameter pengelolaan Managerial Attributes  Sumberdaya alam perairan dan daratan  Topografi wilayah  Kualitas perairan  Klimatologi  Pembuangan limbah cair dan dampak  Pendidikan dan tenaga kerja  Demografi  Presepsi terhadap kawasan wisata  Isu dan permasalahan  Sarana dan prasarana rekreasi  Transportasi dan komunikasi  Kebijakan pengelolaan  Kondisi Pariwisata  Kondisi perikanan Sumber : Clark dan Stankey 1979 . ROS juga mengintegrasikan kesempatan rekreasi dan non-kegiatan rekreasi di lahan-lahan masyarakat, sehingga para pengelola dapat membuat sebuah keputusan. Pendekatan yang berlaku pada metode ROS ini mengunakan pendekatan kriteria fisik, sosial, dan pengelolaan untuk menggambarkan kondisi yang sudah ada, sehingga dapat menentukan kemampuan dan kesesuaian untuk menyediakan berbagai kegiatan rekreasi. ROS dibagi menjadi empat kelas berdasarkan kepadatan lingkungan untuk kegiatan pengaturan. Kondisi fisik, sosial dan pengelolaan berbeda-beda pada setiap kelasnya. Keempat kelas yang terdapat pada metode ROS diantaranya primitive dicirikan dengan area yang belum ada kegiatan yang dapat mengubah lingkungan alam yang cukup besar sehingga lingkungan alam masih tergolong alami dan lestari, semi-primitive non-motorized dicirikan oleh lingkungan yang belum berubah, semi- primitive motorized dicirikan oleh lingkungan alam yang belum dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas dan rural dicirikan oleh lingkungan alam yang telah berubah secara substansial, salah satunya terjadi akibat adanya aktivitas-aktivitas yang menyebabkan lingkungan berubah seperti telah adanya kegiatan bisnis struktur lainnya Tabel 2. 17 Tabel 2. Klasifikasi Kelas ROS Kelas ROS Keterangan Primitive Area ini ditandai dengan belum ada kegiatan yang dapak mengubah lingkungan alam yang cukup besar. Pengguna masih tergolong minim. Sistem jalan belum ada. Infrastruktur masih tergolong sedikit dan sederhana. Secara umum, sumber daya masih alami dan belum berubah. Vegetasi berada dalam keadaan alami. Semi-primitive non- motorized Lingkungan alam yang belum berubah. Pengguna dengan konsentrasi rendah. Daerah lebih mudah diakses dari kelas primitif, tetapi masih jauh dari keramaian dan jalan raya. Vegetasi, dan sumber daya yang sebagian besar adalah alami tetapi mungkin ada beberapa dampak seperti adanya kegiatan manusia. Semi-primitive motorized Lingkungan alam yang belum dipengaruhi. Konsentrasi pengguna sudah ada tetapi jarang. Tidak bisa diakses oleh kendaraan beroda empat. Beberapa bagian dari daerah mungkin jauh dari jalan raya. Vegetasi sebagian besar adalah alami tapi wilayah lokal mungkin ada gangguan seperti kerusakan akibat terkena dampak kegiatan manusia. Rural lingkungan alam yang telah berubah secara substansial. Adanya kegitan pemanfaatan sumberdaya. Area biasanya bisa diakses oleh kendaraan bermotor dari daerah mana pun , bisnis, dan struktur lainnya juga telah ada. Lalu Lintas tingkat daerah cukup konstan karena dihuni.Vegetasi dan sumberdaya juga telah mengalami perubahan akibat dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pemanfaatan sumberdaya. Sumber: Clark dan Stankey 1979. Berdasarkan keempat kelas tersebut dapat dilihat karakteristik-karakteristik disetiap kelasnya, terdapat perbedaan - perbedaan dilihat dari kriteria fisik sumber dan fasilitas, kriteria sosial pengunjung dan pengguna dan kriteria administratif pengelolaan dan pengaturan pelayanan Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. Kriteria berdasarkan fisik-sumber dan fasilitas digunakan untuk mengetahui pengelolaan di kawasan wisata, pengelolaan kawasan wisata yang baik adalah pengelolaan yang disesuaikan dengan konsep ekowisata. Mengetahui kondisi pemandangan dikawasan masih bersifat alami atau sudah terkontaminasi, dan untuk mengetahui keberadaan sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan wisata Tabel 3. Informasi-informasi tersebut diperoleh berdasarkan pengamatan di lapang dan wawancara. 18 Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan kriteria fisik - sumber dan fasilitas Keterangan Primitive Semi-Primitive non-motorized Semi-Primitive Motorized Rural Remoteness  besarnya kesempatan untuk sendiri  lebih dari 5 mil dari jalan  belum ada pembangunan infrastruktur  kecil kesempatan untuk sendirian  5 mil dari jalan  sudah ada pembangunan infrastruktur tetapi tidak menggagu pemandangan  kecil kesempatan untuk sendirian  mudah diakses  sudah ada pembangunan infrastruktur tetapi tidak menggagu pemandangan  sangat kecil kesempa- tan untuk sendiri  tinggi perasaan aman  dekat jalan utama di dekat sebuah kota Naturalness pemandangan alam terganggu  munculnya lansekap dan pembangunan infrastruktur munculnya lansekap tetapi tidak dominan dan adanya pembangunan infrastruktur sudah dibangun Infrastruk- tur sehingga kesan alami tidak terlihat lagi Fasilitas umumnya tidak ada, walaupun ada biasanya dalam jumlah yang sedikit. jalan kaki yang agak dipertahankan bermotor trails mungkin pernah musiman atau pembatasan lainnya yang dipelihara fasilitas modern yang tersedia Sumber: Clark dan Stankey 1979. Kriteria berdasarkan sosial-pengunjung dan pengguna digunakan untuk mengetahui keadaan sosial wisatawan dalam melakukan beberapa aktivitas wisata yang terdapat di Situ Cigayonggong dan kelompok kunjungan wisatawan, sedangkan bukti-bukti digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas wisata Tabel 4. Kriteria berdasarkan administratif-pengelolaan dan pengaturan pelayanan digunakan untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh wisatawan dalam mengetahui keberadaan kawasan wisata, mengetahui pengelolaan yang diterapkan dalam mengelola kawasan wisata dan mengetahui dana yang dikeluarkan untuk pembangunan, pengelolaan dan perawatan kawasan wisata sehingga keindahan dan kelestarian kawasan tetap terjaga Tabel 5. 19 Tabel 4. Klasifikasi berdasarkan kriteria sosial – pengunjung dan pengguna Keterangan Primitive Semi-Primitive non-motorized Semi-Primitive Motorized Rural Sosial Encounters  kecil kemunginan untuk bertemu dan melihat pengunjung lain secara langsung  ukuran kelompok kecil 3  ada kemunginan untuk bertemu dan melihat pengunjung lain secara langsung  ukuran grup sosial 5  ada kemunginan untuk bertemu dan melihat pengunjung lain secara langsung  ukuran grup sosial 5  tinggi kemung- kinan untuk bertemu dan melihat pengun- jung lain secara lang- sung  ukuran grup sosial sangat bervaria- si  banyak pengun- jung Bukti-bukti ditemukan bekas orang yang berekreasi dulunya ditemukan Bukti sumberdaya yang rusak akibat ada kegiatan manusia ada jalan, kebisingan, serta tempat-tempat rekreasi peningkat jumlah sampah Sumber: Clark dan Stankey 1979 Tabel 5. Klasifikasi berdasarkan kriteria administratif - pengelolaan dan pengaturan pelayanan Keterangan Primitive Semi-Primitive non-motorized Semi-Primitive Motorized Rural Perjalanan pengunjung  ada peta  ada guide  pembimbing wisata  ada peta  tempat mudah dicari  ada guide pembimbing wisata  ada peta  tempat mudah dicari  ada guide pembimbing wisata  ada iklan wisata  ada buku panduan wisata Pengelolaan  tidak ada pengunjung yang menguasai  dan tidak ada batasan  tidak ada pengunjung yang menguasai  dan tidak ada batasan  ada pengunjung yang menguasai dan memiliki perbatasan tertentu  terbatas dalam menggunakan sumberdaya  ada hukum yang berlaku  memilki aturan yang jelas  ada kegiatan patroli kawasan Biaya penggunaan tidak ada tidak ada tidak ada Ada Sumber: Clark dan Stankey 1979. kl 3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian