Pendugaan Produksi Perikanan TINJAUAN PUSTAKA

16 sebelumnya Monintja dan Zulkarnain, 1995; Diniah et. al. 2006. Ikan–ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung juga untuk makan dalam arti luas, tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Ikan-ikan tertentu yang berada disekitar rumpon berenang pada sisi depan atau belakang atraktor di lihat dari arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke kanan tetapi selalu kembali ke tempat semula demikian juga terhadap arus sifat ikan umumnya berenang menentang arus Subani 1986, diacu dalam Baskoro, M.S dan Effendy, A, 2005. Ada beberapa pendapat tentang keberadaan ikan di sekitar rumpon seperti yang dikemukan oleh Samples dan Sproul 1985 sebagai berikut : a Rumpon sebagai tempat berteduh shading place bagi beberapa jenis ikan tertentu; b Rumpon sebagai tempat mencari makan feeding ground bagi ikan-ikan tertentu; c Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu; d Rumpon sebagai titik acuan navigasi reference point bagi ikan-ikan tertentu yang beruaya.

2.6 Pendugaan Produksi Perikanan

Menurut Gulland 1961 yang diacu dalam Tinungki 2005, pengelolaan sumberdaya perikanan banyak didasarkan pada faktor biologi yaitu tangkapan maksimum lestari Maximum Sustainable Yield MSY yang mengasumsikan setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas produksinya surplus. Sehingga apabila surplus tersebut dipanen, maka stok akan mampu bertahan secara berkesinambungan sustainable. Menurut Gulland 1983 dalam Tinungki 2005, masalah dasar diilustrasikan pada prinsip-prinsip yang disajikan pada Gambar 3, yang memperlihatkan perubahan biomass menurut waktu, dalam suatu populasi ikan hipotetik pada berbagai sistem pengaturan panen. Setelah panen diambil pada waktu A, dengan berjalannya waktu biomass tumbuh kembali hingga tingkat equilibrium sepanjang kurva berbentuk S dengan tipe yang dikenal para ahli biologi populasi. Bentuk yang tepat, dari kurva yang berbentuk S tidaklah penting pada tahap ini, meskipun kurva logistik yang biasa dipertimbangkan sering dianggap sesuai. Pada tingkat stok 17 rendah, tingkat pertumbuhan biomass meningkat dengan ukuran stok, namun setelah mencapai maksimum, tingkat tersebut mulai berkurang lagi ketika daya dukung yang digambarkan oleh batas atas biomass K daya dukung lingkungan secara perlahan dicapai. Pada prakteknya baik tingkat pertumbuhan maupun daya dukung lingkungan akan bervariasi dengan waktu. Gambar 3. Biomass yang diplotkan terhadap waktu Gulland, 1983 dalam Tinungki, 2005 Gambar 3 memperlihatkan regenerasi biomass yang terjadi pada tingkat yang lebih lamban di sepanjang bagian atas kurva S setelah dipanen dalam jumlah yang lebih sedikit diambil pada waktu B. Pada waktu C, diperlihatkan suatu contoh serangkaian panen reguler biomass yang bergerak di antara tingkat-tingkat yang ditunjukkan dengan garis titik-titik. Perlu dicatat bahwa system pengaturan panen C mengeksploitasi bagian dari kurva S yang memberikan tingkat maksimum dari regenerasi biomass. Setelah waktu D, panen terlalu sering diambil untuk pergantian biomass dan akhirnya populasi berkurang hingga ke tingkat yang tidak dapat hidup terus. Gulland 1983 dalam Tinungki 2005 menyatakan K mewakili daya dukung lingkungan dari sudut pandang ahli biologi. Strategi penangkapan ikan yang benar 18 adalah strategi yang memberikan tangkapan maksimum lestari MSY dari ikan, sehingga sebagai pilihan adalah kurva C pada Gambar 3. Namun, kemudian para pengelola perikanan kini harus mempertimbangkan lebih banyak faktor biologi, ekonomi, dan sosial dalam menduga strategi penangkapan optimal untuk industri perikanan. Bagaimanapun bila para ahli perikanan di masa lalu memang terlalu naif dalam mempertimbangkan MSY tetap merupakan konsep yang bermanfaat. Hal ini dikarenakan ada dua alasan: a Pengelolaan perikanan yang bertujuan terutama pada MSY memang masih terdapat ketidakcukupan pada para pembuat keputusan, namun memaksimumkan hasil tangkapan lestari jangka panjang masih menjadi tujuan pengelolaan bagi sejumlah perikanan. b MSY harus merupakan satu faktor dalam setiap rencana pengelolaan, meskipun ada kelemahanya. Setidaknya MSY menetapkan batas ukuran hasil tangkapan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga potensi sumberdaya perikanan Gulland, 1983 dalam Tinungki, 2005, Laevastu dan Favourite, 1988 dalam Suyedi, 2001 yaitu : 1. Pendugaan secara langsung, pendugaan yang didasarkan pada penangkapan ikan secara langsung dengan menggunakan alat tertentu seperti trawl survey, longline, dan trap surveys, telur dan larva serta young fish survey. 2. Accoustic survey, survei yang menggunakan peralatan akustik. Dengan metode ini dapat dilakukan pengamatan terhadap potensi ikan dalam areal yang lebih luas namun terbatas. 3. Virtual population analysis VPA, analisis yang didasarkan pada perhitungan pendugaan fishing mortality. Metode ini digunakan bersama dengan cara kelimpahan dari hasil analisis trawl survey atau survei akustik dan rangkaian CPUE. 4. Ecosystem simulation and multispecies models, metode yang digunakan melalui pembentukan model yang dapat menirukan situasi ikan yang sebenarnya ketika hidup di alam. 5. Surplus production model, metode yang didasarkan atas data produksi tahunan dan penangkapan. 19 Model awal dan paling sederhana dalam dinamika populasi perikanan adalah model surplus produksi Fauzi, 2004. Model surplus produksi tergolong mudah dimengerti dan didasari oleh pengertian matematika yang sederhana. Model surplus produksi melalui penggunaan hasil tangkapan yang mengandung satu variabel data sederhana Y t dalam tontahun sebagai peubah tak bebas dan upaya penangkapan E t , dalam triptahun sebagai peubah bebas. Dari kedua data time series ini dapat diperoleh tiga parameter melalui salah satu model suplus produksi yaitu tingkat pertumbuhan intrinsik r, daya dukung lingkungan K, dan koefisien penangkapan q. Model surplus produksi memungkinkan dilakukan suatu analisis bilamana hanya sedikit informasi, terutama mengenai hasil, kelimpahan stok, dan upaya penangkapan ikan yang tersedia. Syarat yang harus dipenuhi dalam menganalisis model surplus produksi adalah Gulland, 1983 dan Spare, 1989 diacu dalam Tinungki, 2005 : 1. Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap relatif; 2. Distribusi ikan menyebar rata; 3. Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan tangkap yang seragam. Beberapa model surplus produksi diacu dalam Tinungki 2005 untuk mengetahui parameter-parameter dari fungsi produksi antara lain : Schaefer 1954, Gulland 1961, Pella-Tomlinson 1969, Fox 1970, Walter-Hilborn ;1976, Schnute 1977, Clark-Yoshimoto-Polley 1992, dan Cushing 2001.

2.7. Model Statik Bioekonomi Gordon-Schaefer