82 pajak terhadap input pada kondisi akses terbuka ini, rente ekonomi sumberdaya
tidak diperoleh, namun yang terjadi adalah transfer rente ekonomi ke pemerintah
A
sebagai wakil publik sebesar τ yang ditunjukkan oleh garis putus-putus.
Gambar 27. Pengaruh Pajak per unit Upaya terhadap Keseimbangan Akses Terbuka
4.9.2 Pajak Terhadap Output
Menurut Fauzi 2004, untuk mengendalikan tingkat upaya yang berlebihan, pemerintah bisa saja menerapkan kebijakan pajak terhadap output berupa pajak per
ton ikan yang ditangkap. Dampak dari pajak terhadap output ini akan membuat kurva penerimaan total menjadi lebih kecil dari TR
1
menjadi TR
2
seperti yang ditampilkan pada Gambar 27.
Secara matematik, dampak penerapan pajak terhadap output diperoleh dari persamaan total revenue :
h p
TR .
1
= menjadi
h p
TR .
2
τ −
= Besaran pajak terhadap
ouput dalam penelitian ini disimulasikan sebesar 75 dari harga per ton ikan yang
τ
83 ditangkap
τ = 75 x p. h
p p
TR .
. 75
,
2
− =
atau
TR2 := 2.924357878 E 1 - 0.0003338378228 E
Gambar 28.Pengaruh pajak per ton Ikan terhadap Keseimbangan Akses Terbuka Pada Gambar 28 menunjukkan pengaruh pajak
τ =75 terhadap output yaitu penurunan tingkat penerimaan nelayan yang berpengaruh secara tidak langsung kepada
tingkat upaya penangkapan. Penerimaan yang diterima oleh nelayan sebelum pengenaan pajak berada pada garis TR
1
, sedangkan setelah pengenaan pajak berada pada garis TR
2
. Pengaruh pajak terhadap output akan menurunkan penerimaan nelayan sehingga secara
tidak langsung juga akan menurunkan tingkat upaya penangkapan sebesar ΔE. Tingkat
effort sebelum pengenaan pajak pada kondisi open access
∞
E sebesar 2.860 hari
melaut. Sedangkan effort setelah pengenaan pajak pada kondisi open access
τ ∞
E 2.759 hari melaut. Kebijakan pengenaan pajak sebesar 75 terhadap output ini akan
menyebabkan turunnya tingkat upaya penangkapan ΔE di perairan Teluk
Palabuhanratu sebesar 101 hari melaut per tahun. Pangenaan pajak terhadap output pada kondisi akses terbuka ini rente ekonomi sumber daya tetap tidak diperoleh,
τ
84 namun yang terjadi adalah transfer rente ekonomi ke pemerintah sebagai wakil publik
sebesar τ yang ditunjukkan oleh garis putus-putus.
Berdasarkan hasil analisis trajektori perilaku biomass ikan dan effort pada pengelolaan perikanan tuna kecil di perairan teluk Palabuhanratu dapat disimpulkan
bahwa tingkat effort yang ada saat ini dapat dikatagorikan berlebih excessive. Keseimbangan sistem akan dicapai melalui penyesuaian antara effort dan biomass.
Untuk mempertahankan steady stok, maka perlu dilakukan restocking. Implementasi kebijakan untuk menjamin kelestarian perikanan restocking tuna kecil di Teluk
Palabuhanratu adalah melalui kontrol terhadap input effort atau kontrol terhadap output produksi dengan pengenaan pajak. Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa
pengeanan pajak mampu untuk menurunkan tingkat effort. Penurunan tingkat effort dalam jumlah yang besar dan dalam jangka yang panjang akan mampu meningkatan
stokbiomass ikan. Pengaruh pajak untuk menurunkan tingkat upaya penangkapan secara teori
sangat signifikan dan mudah dilakukan, namun pelaksanaannya di lapang sangat sulit karena kompleksnya pengelolaan sumberdaya perikanan dengan rezim open
access. Namun kebijakan pengenaan pajak baik input maupun output ini masih dapat digunakan dengan menggunakan penerimaan dari pajak untuk digunakan
sebagai biaya pemeliharaan sumberdaya ikan. Alternatif kebijakan lainnya merupakan kebijakan yang utama adalah penentuan
dan pemberian hak kepemilikanpengelolaan property right sumberdaya perikanan kepada kelompok nelayan. Dengan demikian, hak dan tanggungjawab kelestarian
sumberdaya perikanan menjadi jelas. Namun untuk menerapkan kebijakan hak kepemilikan ini, perlu pengkajian yang lebih mendalam, sehingga tidak akan
menimbulkan kecemburuan diantara kelompok nelayan.
85
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Produksi ikan tuna kecil di perairan Teluk Palabuhanratu selama 1993-2006 rata- rata 1.922,21 ton dengan tingkat effort rata-rata untuk 21.699,56 hari melaut.
Sedangkan produksi ikan tuna kecil aktual pada tahun 2006 sebesar 3.002,24 ton dengan tingkat effort 18.299,74 hari melaut.
2. Pada kondisi sole owner Maximum Economic Yield produksi optimal yang diajurkan adalah sebesar 1.344,94 ton dengan tingkat effort 1.430,36 hari melaut.
Dengan demikian, sumberdaya perikanan tuna kecil perairan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi telah mengalami tangkap berlebih biological overfishing
dan juga input yang berlebih economic overfishing. 3. Berdasarkan perbandingan produksi aktual tahun 1993-2006 terhadap produksi
lestari, sumberdaya perikanan tuna kecil mengalami degradasi dengan intensitas kecil, dimana rata-rata koefisien laju degradasi baru mencapai 0,2596
per tahun. 3 Hasil analisis dengan menggunakan data yang sangat minim, pada kondisi awal
keberadaan rumpon baru 3 tahun berlangsung, : a Pengaruh keberadaan pemanfaatan rumpon terhadap perikanan tuna kecil di
perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi akan memperlambat waktu pencapaian carrying capacity.
b Pengaruh keberadaan pemanfaatan rumpon akan meningkatkan rente sumberdaya dan kesejahteraan nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi c
4. Hasil analisis dinamik simulasi menunjukkan bahwa :