Analisis Bioekonomi HASIL DAN PEMBAHASAN

57

4.6 Analisis Bioekonomi

Berdasarkan hasil pendugaan parameter biologi dan jumlah effort yang digunakan, maka dapat dilakukan analisis kontras. Analisis kontras bertujuan untuk membandingkan kondisi produksi aktual terhadap produksi lesatari. Hasil analisis kontras disajikan Tabel 18 dan Gambar 9. Tabel 18. Jumlah Effort, Produksi Letari dan Produksi Aktual Ikan Tuna Kecil di Perairan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Effort Produksi ton Tahun hari melaut Aktual Lestari 1993 11.777,94 1.892,26 1.430,49 1994 31.721,95 1.835,87 1.979,79 1995 16.536,19 2.156,16 1.713,42 1996 24.056,46 2.056,08 1.939,23 1997 46.382,74 2.373,70 1.774,43 1998 27.887,51 1.464,02 1.978,17 1999 21.710,61 1.072,71 1.892,69 2000 14.972,14 1.428,78 1.634,51 2001 13.465,93 1.078,79 1.545,89 2002 18.412,98 1.635,76 1.792,02 2003 18.215,99 1.593,73 1.784,54 2004 18.112,20 1.903,73 1.780,53 2005 22.241,44 3.417,16 1.904,91 2006 18.299,74 3.002,24 1.787,74 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Produksi Lestari Produksi Aktual Gambar 9. Perbandingan Produksi Aktual Terhadap Produksi Lestari Ikan Tuna Kecil di Teluk Palabuhanratu 58 Gambar 9 menunjukkan bahwa pada periode 1993-1998. produksi aktual berada lebih besar dari produksi lestari. artinya penggunakan effort yang dilakukan jauh lebih besar dari yang dianjurkan agar produksi ikan tetap lestari. Pada tahun 1999-2004 terjadi pengurangan effort, sehingga terlihat produksi aktual berada dibawah produksi lestari. Selanjutnya dengan membanding produksi aktual terhadap produksi lestari, maka dapat diketahui koefisien laju degradasi dari pemanfaatan sumberdaya ikan. Hasil analisis pendugaan koefisien laju degradasi seperti disajikan pada Lampiran 7 diperoleh koefisien laju degradasi tahunan seperti disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 11. Tabel 19. Hasil Analisis Laju Degradasi Perikanan Tuna Kecil di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Produksi ton Koefisien Laju Tahun Aktual Lestari Degradasi 1993 1.892,26 1.430,49 0,3195 1994 1.835,87 1.979,79 0,2538 1995 2.156,16 1.713,42 0,3112 1996 2.056,08 1.939,23 0,2803 1997 2.373,70 1.774,43 0,3214 1998 1.464,02 1.978,17 0,2057 1999 1.072,71 1.892,69 0,1462 2000 1.428,78 1.634,51 0,2416 2001 1.078,79 1.545,89 0,1926 2002 1.635,76 1.792,02 0,2506 2003 1.593,73 1.784,54 0,2461 2004 1.903,73 1.780,53 0,2819 2005 3.417,16 1.904,91 0,3641 2006 3.002,24 1.787,74 0,3139 Rata-Rata Koefisien Laju Degradasi 0,2596 Dari Gambar 10 menunjukan bahwa laju degradasi perikan tuna kecil di teluk Palabuhanratu mengalami peningkatan sampai tahun 1998, kemudian mengalami penuruan sampai tahun 2001 dan naik kembali pada sampai tahun 2006. Status degradasi sumberdaya perikanan tuna kecil menunjukkan bahwa sumberdaya perikanan tuna kecil telah mengalami degradasi yang kecil, dimana rata-rata koefisien laju degradasi baru mencapai 0,25 per tahunnya. Kondisi ini masih diba7wah kondisi degradasi yang diperbolehkan yakni sebesar 0,5. 59 Laju Degradasi Sumbaya Perikanan Tuna Kecil di Perairan Teluk Palabuhanratu 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 19 93 19 94 199 5 19 96 19 97 19 98 19 99 200 20 01 20 02 20 03 20 04 200 5 20 06 Tahun N il a i K o e fis ie n Teta Treshold Koefisien Laju Degradasi Gambar 10. Trajektori Koefisien Laju Degradasi Perikanan Tuna Kecil di Perairan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Tahun 1993-2006 Selain tingkat produksi lestari, juga dapat ditentukan tingkat pemanfaatan optimal sumberdaya ikan berdasarkan rezim pengelolaan. Dengan menggunakan parameter biologi dan ekonomi Tabel 13 dan Tabel 14 dengan bantuan software Maple dapat diperoleh solusi optimal seperti pada Lampiran 8. Rekapitulisasi hasil analisis solusi optimal untuk masing-masing rezim pengelolaan disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 11. Tabel 20. Perbandingan Tingkat Biomass, Produksi, Upaya Optimal dan Rente Ekonomi Perikanan Tuna Kecil di Perairan Teluk Palauhanratu Kabupaten Sukabumi Parameter Open Sole Owner MSY Optimal Dinamik Access MEY 0739 . = δ 15 . = δ X ton 152,87 1.775,42 1.698,99 1.703,38 1.629,85 H ton 231,60 1.344,94 1.347,66 1.347,65 1.345,43 E hari melaut 2.860,72 1.430,36 1.497,74 1.493,87 1,558,69 Π Rp juta 0,00 7.989,37 7.971,64 107.897,48 52.833,74 Sumber : Hasil Analisis Maple 9.5 Lampiran 9. Dari Tabel 20 terlihat bahwa pada pengelolaan dengan rezim open acces akses terbuka, maka tidak akan diperoleh keuntungan rente sumberdaya yang diperoleh nelayan hanya upah atas biaya yang dikeluarkan. Pada pengelolaan dengan sistem 60 maximum economic yield MEY, jumlah sumberdaya yang dipanen dan juga effort input yang digunakan lebih kecil dibandingkan sistem maximum sustainable yield MSY, tetapi memberikan rente sumberdaya yang lebih besar kepada nelayan dibanding pada sistem MSY. Tabel 20 juga menunjukkan bahwa jumlah effort yang diperlukan untuk menghasilkan produksi optimal optimal yield dinamik pada discount rate yang lebih rendah relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah effort pada discount rate yang lebih tinggi. Semakin rendah discount rate akan mengurangi jumlah effort, tetapi akan menghasilkan produksi optimal yang lebih besar. Secara umum discount rate yang lebih rendah konservatif dapat menghasilkan biomass optimal dan produksi optimal yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan discount rate yang lebih tinggi ekstraktif. Penerapan discounted rate yang tinggi akan menyebabkan jumlah effort untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan juga akan meningkat, sehingga akan mempercepat laju degradasi sumberdaya alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Clark 1990 dan Anna 2003 bahwa nilai discount rate yang lebih tinggi akan meningkatkan laju optimal dari ekstraksi pada sumberdaya terbaharukan dan mendorong pada kemungkinan terjadinya kepunaham. Menurut Fauzi 2004 dalam konteks dinamik, pengelolaan perikanan yang open acces dapat dilihat sebagai kasus dimana discount rate yang digunakan sangat tinggi dan mendekati tak terhingga. Dengan demikian, meskipun rente positif dapat diperoleh dengan menekan tingkat upaya effort, namun pelaku ekonomi tidak ada yang mau melakukan hal tersebut, karena jika ia melakukan, pihak lain akan meraup keuntungan tanpa mengurangi keuntungan terhadap keuntungan saat ini current revenue. Sedangkan pengelolaan optimal dalam kondisi statik MEY dapat dilihat dalam kontek dinamik sebagai kasus dengan discount rate nol, manfaat di masa datang sama bobotnya dengan manfaat yang kita peroleh saat ini. 61 Perbandingan Solusi Bioekonomi Perikanan Tuna Kecil 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 Sole Owner Open Access MSY Rezim Pengelolaan P ro d u ksi to n 0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00 9,000.00 R e v e nue R p J u ta h ton E hari π Rp juta Pebandingan Produksi Ikan Berbagai Rezim Pengelolaan 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 P rod uk s i to n Sole Ow ner Open Access MSY Aktual 2006 Rata-Rata Pebandingan Jumlah Hari Melaut Berbagai Rezim Pengelolaan 0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 Ju m lah E ff o rt h ar i m el a u t Sole Owner Open Access MSY Aktual 2006 Rata-Rata Gambar 11. Perbandingan Solusi Bioekonomi dari Ketiga Rezim Pengelolaan 62 Dari Gambar 11 bahwa pengelolaan dengan rezim sole owner kepemilikan, hanya membutuhkan upaya penangkapan ikan yang lebih sedikit, tetapi akan diperoleh hasil tangkap yang lebih besar, sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan rezim open access dan MSY maximum sustainable yield. Sedangkan pada rezim open acces, yang berlaku selama ini terjadi inefesiensi dimana dibutuhkan upaya penangkapan yang lebih besar, tetapi menghasil produksi yang lebih kecil dan tidak memperoleh keuntungan.

4.7 Analisis Dinamik Pengelolaan Perikanan Tuna Kecil