Keputusan Professional Learning Untuk Indonesia Emas

418 keseluruhan kegiatan pembelajaran pada siklus II jauh lebih aktif karena sudah terjadi interaksi antarsiswa yang baik, kerjasama, tanggung jawab terhadap tugas bersama-sama. Siswa berpartisipasi aktif, lebih berani bertanya dan mengungkapkan pendapat serta presentasi dibandingkan pada siklus I. Begitu pula observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II guru sudah memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I, hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil proses pembelajaran yang lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Pada siklus II secara umum proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik. Guru sudah mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok dan menumbuhkan sikap partisipasi aktif siswa dengan baik. Penggunaan media menghasilkan pesan menarik dan siswa terlibat dalam pemanfaatannya. Guru juga sudah melakukan pemantauan kerja setiap kelompok dengan optimal. d. Releksi Pada siklus II, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh temuan- temuan yaitu: Rata-rata hasil tes pada siklus II mencapai 85, N-gain kelas pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dari 0,32 menjadi 0,46. Tingkat ketuntasan atau persentase keberhasilan pada siklus II meningkat menjadi 85 34 orang.

e. Keputusan

Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai dari hasil belajar, tingkat keberhasilan, N-gain kelas, LKS, dan latihan soal, aktivitas siswa pada siklus II dikategorikan baik, nilai yang diperoleh mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Indikator utama yang ditetapkan oleh peneliti sebesar 75 siswa memiliki nilai di atas KKM yaitu 70, dan pada siklus II ini persentase siswa yang sudah mencapai KKM adalah 85 . Maka peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian tindakan kelas ini di siklus II karena sudah mencapai target yang diharapkan. Sebelum dilakukannya tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, proses pembelajaran IPA biasanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Penggunaan media pembelajaran hanya sebatas papan tulis dan gambar-gambar saja, dan sangat jarang menggunakan labolatorium dan alat-alat peraga untuk paktikum. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa terutama pada materi morfologi tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya. Dalam pembelajaran IPA sebaharusnya 419 lebih banyak menggunakan media dan praktek langsung sehingga pembelajaran akan lebih bermakna pada diri siswa. Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi morfologi tubuh hewan dan fungsinya, di mana proses pembelajaran difasilitasi dengan serangkaian kegiatan yang membangkitkan aktivitas siswa dan memberikan pengalaman langsung pada setiap tahap pembelajarannya. Peneliti berusaha meningkatkan keaktivan siswa dengan menggunakan LKS yang dikerjakan secara kelompok. Pada pertemuan pertama siklus I, perolehan rata-rata hasil LKS mencapai 84 walaupun ini termasuk bagus karena di atas KKM, tetapi pada pertemuan ini siswa masih belum mengerti bagaimana konsep-konsep jigsaw yang baru saja mereka dapatkan, selama proses pembelajaran guru bidang studinya belum pernah menerapkan pendekatan seperti ini, sehingga siswa merasa kebingungan dan sulit untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran baru. Peran guru juga kurang maksimal dalam mengawasi persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktivan siswa. Pada siklus II nilai rata-rata LKS mengalami peningkatan, Pencapaian ini dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil rata-rata dari pengerjaan LKS siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Bahkan pada pertemuan ke tiga siklus II rata-ratanya mencapai 87. Penerapan model pembelajara kooperatif tipe jigsaw yang berkelanjutan dalam dua siklus telah menunjukkan peningkatan pada tiap komponen jigsaw. Bila dianalisis tiap komponennya maka tiap- tiap komponen telah menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini berarti siswa telah mengalami perubahan dalam belajar dan memahami suatu konsep baik pula. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi peningkatan keterampilan sosial, interaksi, kerjasama antarsiswa, dan keberanian mengemukakan pendapat. Dengan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa Yulaika, 2012. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Desak Nyoman Purwati, dkk, yang menyatakan bahwa melalui proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu menciptakan 420 suasana menyenangkan, menarik, mengaktifkan siswa, melibatkan siswa dalam belajar kelompoknya, siswa merasa dihargai pendapatnya sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi akan memiliki kemampuan untuk belajar yang lebih kompetitif dan menantang yang memungkinkan mereka memperoleh masukan secara langsung untuk mencapai target yang ditetapkannya, sehingga mampu menyelesaikan tugas kelompoknya dengan lebih baik. Menurut Deli Wartaty Hasibuan, dengan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membuat siswa kelas IV SD menjadi berani mengemukakan pendapatnya dalam kelompok dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD Purwati, 2013. Model pembelajaran kooperatif jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Sedangkan Lie menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang leksibel. Banyak riset dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw ini memperoleh prestasi yang lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, serta saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain Rusman, 2013. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung, aktif, mandiri, kreatif dan berikir kritis selama pembelajaran. Sehingga pembelajaran mencapai tujuan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi morfologi tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM pada siklus I mencapai 67,5 27 orang meningkat pada siklus II menjadi 85 34 orang yang telah mencapai KKM. Rata-rata N-gain pada siklus I yaitu 0,32 dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 0,46. Peningkatan ini dikarenakan adanya perbaikan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menuntun siswa untuk berinteraksi, aktif, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, bekerjasama, dan bertanggung jawab terhadap tugas secara bersama-sama. 421 Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Pendidikan Nasional. Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Haryanto. 2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Irene dkk. 2014. Bupena Buku Penilaian Autentik Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup untuk Sekolah Dasar Kelas 4 Semester 1. Jakarta: Erlangga. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. 2013. Buku Guru Peduli Terhadap Makhluk Hidup . Jakarta: Lazuardi GIS. Purwati Desak Nyoman. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan. Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Pendidikan Dasar. Volume. 3. Rozak Abdul, dkk. 2010. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Pendidikan . Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Graind Persada Shoimin Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 . Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP . Jakarta: Bumi Aksara. Valerina Dian Oky. 2014. Sains Sesuai Kurikulum 2013 Kelas 4. Jakarta: Yudistira. Yulaikha Mei. 2012. Penerapan Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Volume 6, Zuliani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. 2009. Strategi Pembelajaran Sains . Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press. 422 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP GAYA Fathiah Alatas, Fauzan, Taj Nur Aliyah Maharani Penelitian Tindakan Kelas IV di SDN Kebon Manggis 11 Pagi Matraman Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa pada konsep gaya melalui model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan releksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Kebon Manggis 11 Pagi Matraman- Jakarta Timur kelas IVA yang berjumlah 27 siswa tahun ajaran 20132014.Tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, siklus pertama menggunakan sub konsep gaya dapat mempengaruhi gerak benda, sedangkan siklus kedua menggunakan sub konsep gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan tes pilihan ganda.Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif, perhitungan rata-rata hasil belajar siswa siklus I dan II. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVA pada siklus I sebesar 71,63, rata-rata N-gain sebesar 0,27 dan siswa yang mencapai KKM ≥ 70 berjumlah 14 orang 51,85 sedangkan pada siklus II sebesar 80,74, rata-rata N-gain sebesar 0,42 dan siswa yang mencapai KKM ≥ 70 berjumlah 22 orang 81,48. Dengan demikian hasil belajar IPA siswa pada konsep gaya dapat meningkat melalui model pembelajaran inkuiri yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Rumusan Masalah, 2 Merumuskan Hipotesis, 3 Mengumpulkan Data, 4 Menguji Hipotesis, dan 5 Merumuskan Kesimpulan. Kata kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Hasil Belajar IPA 423 Pendahuluan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar mengajar secara aktif agar siswa memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Wina, 2006. Muhibbin Syah 2010 dalam buku Psikologi Pendidikan suatu pendekatan baru mendeinisikan, pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Sedangkan Tasker dalam Muhibbin Syah 2010 mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu peran aktif siswa dalam pembelajaran yang bermakna, pentingnya membuat gagasan dalam pembelajaran yang bermakna, dan mengaitkan gagasan dengan informasi baru yang diterima. Maka dapat dinyatakan bahwa pengetahuan dibangun secara aktif oleh siswa sehingga didapat pembelajaran yang bermakna. Salah satu pengajaran IPA khususnya di SD adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.Selain itu pembelajaran IPA juga bertujuan untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pelajaran IPA sangat perlu diajarkan di SD dengan menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui keterampilan proses dan sikap ilmiah yang tentunya harus didukung dengan berbagai sarana dan prasarana serta model pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran pada dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang tergambar sejak awal sampai akhir dan disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkaidaripenerapansuatupendekatan, metode dan teknik pembelajaran Iif, 2010.Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.Inovasi ini sangat penting manakala guru mengajarkan mata pelajaran yang banyak mengandung konsep- 424 konsep yang bersifat abstrak bagi siswa seperti pelajaran IPA. Oleh karena itu tugas guru adalah secara berkelanjutan melakukan inovasi atas pembelajaran yang dilakukan di kelas.Inspirasi utama dalam menginovasi pembelajaran adalah melakukan migrasi dari pembelajaran yang semata-mata hanya berpusat kepada guru kepada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pembelajaran IPA sebaiknya diarahkan secara ilmiah untuk menumbuhkan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup IsrianiHardini, dkk: 2012. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaandan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Namun pada nyataanya dalam pembelajaran IPA, SDN Kebon Manggis 11 Pagi khususnya kelas IV,sumber pengetahuan pada saat proses pembelajaran dikelas masih didominasi oleh guru, siswa jarang berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tidak muncul interaksi. Di kelas siswa tidak terbiasa bertanya, berdiskusi, terlihat mereka lebih asik mengobrol dengan teman sebangkunya, bersikap santai, cenderung bersikap pasif, bahkan ketika mengalami kesulitan belajar mereka tidak berusaha untuk memecahkan kesulitan belajar tersebut. Sesuai dengan hasil wawancara langsung terhadap guru dan siswa kelas IV di SDN Kebon Manggis 11 Pagi bahwa mata pelajaran IPA pada materi Gaya dianggap sulit bagi siswa.Kriteria ketuntasan minimal KKM untuk pelajaran IPA yaitu 70.Pencapaian hasil belajar siswa yang masih rendah yaitu terlihat dari rata-rata kelas pada hasil ulangan harian materi gaya sebesar 63,3. Guru dalam proses pembelajarannya masih cenderung hafalan, dimana siswa tidak dilibatkan secara langsung untuk mengamati objek tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Siswa hanya sebagai pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, khususnya dalam memahami materi IPA, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola pemikirannya sendiri dalam mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pada konsepgaya siswa masih menganggap sulit saat mengaitkannya pada kehidupan sehari-hari, karena siswa tidak pernah melakukan percobaan atau eksperimen. Banyak materi yang mereka masih anggap sulit dimengerti. Karena pada proses pembelajaran IPA guru hanya ceramah saja tanpa melibatkan siswa.Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna bagi siswa guru harus selalu berusaha 425 mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukan pengetahuan secara harmonis konsep- konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa maka pengetahuan baru tersebut cenderung akan mudah dipahami.Maka untuk mempermudah siswa dalam memahami pelajaran dengan pengalaman siswa yaitu dapat dilakukan model pembelajaran inkuiri. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri inquiry ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif karena pembelajaran inkuiri ini difokuskan untuk konsep-konsep IPA dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa, melalui proses pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa dapat semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada konsep gaya.Berdasarkan uraian di atas, untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan apakah model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep gaya?”. Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkanmodel pembelajaran inkuiri pada konsep gaya. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus I dimulai dengan mempersiapkan semua rancangan pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini, persiapan tersebut meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang menerapkan model pembelajaran inkuiri, mediaalat dan bahan dalam pembelajaran, Lembar Kerja Siswa LKS, lembar observasi, catatan lapangan, dan instrumen tes soal pilihan ganda. Hasil pembelajaran diupayakan agar siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70 dengan indikator keberhasilan 75 dari jumlah siswa. Instrumen pretest digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran sedangkan instrumen posttest digunakan untuk mengetahui hasil siswa setelah pembelajaran berlangsung.Pembagian kelompok yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 atau 7 orang. Pada siklus I dilakukan 2 kali pertemuan dan berlangsung selama 2x35 menit untuk setiap pertemuan.Pada pertemuan pertama pembelajaran dilakukan dengan pemberian soal pretest dan dilanjutkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Pada pertemuan kedua dilakukan pembelajaran dikelas dengan melaksanakan praktikum dan menjawab soal posttest. Indikator 426 pembelajaran dari konsep gaya yang ditetapkan pada siklus pertama ini diantaranya: 1 Menjelaskan pengertian gaya 2 Menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak suatu benda 3 Menyebutkan contoh- contoh gaya mengerakkan suatu benda dalam kehidupan sehari- hari 4 Mengidentiikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda, misalnya jatuh bebas akibat gravitasi, gerak di lantai yang datar karena dorongan

b. Tindakan