Customer Satisfaction Index Proses Hierarki Analitik PHA

Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut tersebut dianggap kurang penting oleh konsumen tetapi produk yang dihasilkan oleh perusahaan sangat baik atau sangat memuaskan, sehingga konsumen menilai produk tersebut terlalu berlebihan. Perusahaan dapat mengurangi atribut yang ada pada kuadran ini untuk menghemat biaya. Kepentingan Y X Kinerja Gambar 1. Diagram Kartesius

2.8. Customer Satisfaction Index

Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut mutu produk yang diukur. Menurut Irawan 2003, pengukuran terhadap indeks kepuasan pelanggan Customer Satisfaction Index diperlukan karena hasil dari pengukuran tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-sasaran di tahun-tahun mendatang. Tanpa adanya indeks kepuasan pelanggan tidak mungkin top management dapat menetukan target dalam peningkatan kepuasan pelanggan. Selain itu, indeks juga diperlukan karena proses pengukuran kepuasan pelanggan bersifat kontinue. Tahapan-tahapan dalam pengukuran CSI adalah sebagai berikut : 1. Menghitung Weighting Factor WF, yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atrribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar 100. 2. Menghitung Weighting Scores WS, yaitu nilai perkalian antara nilai rata-rata tingkat kinerja kepuasan masing-masing atribut dengan WF masing-masing atribut. 3. Menghitung Weighting Total WT, yaitu menjumlahkan WS dari semua atribut. Prioritas Utama I Prioritas Rendah III Pertahankan Prestasi II Berlebihan IV 4. Menghitung Satisfaction Index, yaitu WT dibagi skala maksimal yang digunakan dalam penelitian ini skala maksimal adalah 5 kemudian dikali 100. Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan dengan kriteria sebagai berikut: a. 0,81 – 1,00 = Sangat Puas b. 0,66 – 0,80 = Puas c. 0,51 – 0,65 = Cukup Puas d. 0,35 – 0,50 = Kurang Puas e. 0,00 – 0,34 = Tidak Puas

2.9. Proses Hierarki Analitik PHA

Proses hirarki analitik PHA merupakan suatu metode yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari Universitas of Pitsburg, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Saaty dalam Fewidarto 1996 berpendapat bahwa pada dekade belakangan ini penerapan pendekatan sistem untuk ilmu sosial dan ilmu perilaku nampaknya lebih cocok dan berkembang jika dibandingkan dengan penerapannya dalam ilmu eksakta. Menurut Saaty dalam Fewidarto 1996, metode ini digunakan untuk memodelkan problema-problema tak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun ilmu manajemen. Selain itu baik pula digunakan dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-pendapat sedemikian rupa, dimana permasalahan yang ada telah benar-benar dinyatakan secara jelas, dievaluasi, diperbincangkan dan diprioritaskan untuk dikaji. Menurut Saaty 1993, tahapan- tahapan dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan AHP yaitu: 1. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari beberapa rujukan untuk memperkaya ide atau berdiskusi dengan para pakar atau orang yang menguasai permasalahan untuk mendapatkan konsep yang relevan dengan permasalahan dan mendefinisikan masalah serta mendapatkan solusi yang diinginkan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan menggunakan AHP dalam kerangka penetuan perencanaan. Pemecahan masalah dan solusi yang diiginkan adalah mendapatkan skenario optimal dari pengembangan strategi peningkatan kepuasan pelanggan, maka untuk menyusun suatu analisis tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Penyusunan Hirarki Dalam penyusunan hirarki atau struktur keputusan dilakukan dengan mengelompokkan elemen-elemen sistem atau alternatif keputusan kedalam suatu abstraksi sistem hirarki keputusan. 3. Komparasi Berpasangan Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki atas pendapat dilakukan dengan komparasi berpasangan pairwise comparison. Teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan cara membandingkan antara elemen satu dengan elemen lainnya dalam satu tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing- masing elemen. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik pada setiap elemen yang dibandingkan dengan hasil wawancara langsung dengan responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengetahui permasalahan tersebut. Untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif tersebut digunakan Skala Banding secara Berpasangan yang dikembangkan oleh Saaty 1993 seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skala banding secara berpasangan Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elememen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang stu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penelitian sedikit menyokong satu elemen di banding elemen lain nya 5 Elemen yang stu lebih penting daripada elemen yang lain nya Pengalaman dan penelitian dfengan kuat menyokong suatu elemen ketimbang elemen lainnya 7 Suatu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lain Suatu elemen yang kuat di sokong dan dominan terlihad dalam kenyataan 9 Suatu elemen Mutlak lebih penting daripada elemen yang lain Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi menguatkan 2, 4, 6, 8 Nilai – nilai diantara dan pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua komponen diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dila di bandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan dila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty, 1993 4. Matrik Pendapatan Individu Formulasi matrik individu adalah: C 1 C 2 …… C n C 1 I a 12 …… a 1n C 2 I a12 1 …. a 2n ….. ….. …. ….. …. C n a 1n a 2n ……. 1 C1, C2, …..., C n adalah set elemen pada setiap tingkat keputusan dalam hirarki, kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan membentuk matrik n x n. Nilai aij merupakan nilai matrik pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj 5. Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada hirarki keputusan dengan empat tahapan, yaitu: a. Perkalian baris z dengan menggunakan rumus: 1 j k naij n VE zi m ………….. 7 Dimana : zi = vector eigen m = jumlah responden n = jumlah elemen yang dibandingkan b. Perhitungan vector prioritas atau vector ciri: 1 1 1 l VEi m VE j aij n n j aij n n evPi i m ………….. 8 Dimana eVPi = elemen vector prioritas ke-i c. Perhitungan nilai Eigen Maksimum max dengan rumus: VA = aij x VP dengan VA = v aij VB = VP VA dengan VB = Vbi VB adalah nilai Eigen max = untuk I = 1,2,…., n ………………9 VA = Vektor antara d. Perhitungan Indeks Konsistensi CI Konsistensi logis menunjukkan intensitas relasi antara pendapat yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu dan saling memberikan secara logis. Tingkat konsistensi menunjukkan suatu pendapat mempunyai nilai yang sesuai dengan pengelompokkan elemen pada hirarki. Tingkat konsistensi juga menujukkan tingkat akurasi suatu pendapat terhadap elemen-elemen pada suatu tingkat hirarki. Untuk mengetahui konsistensi CI digunakan formulasi sebagai berikut : ………….. 10 Dimana : max = Eigen value n = Jumlah yang dibandingkan Konsistensi dapat diketahui secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan yang diukur dari nilai Ratio Konsistensi CR. Nilai dengan indeks acak RI, dimana nilai RI telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Random Index RI n RI n RI n RI n RI n RI 1 0,00 2 0,00 3 0,52 4 0,89 5 1,11 6 1,25 7 1,35 8 1,40 9 1,45 10 1,49 Sumber : Saaty, 1993 e. Revisi Pendapat Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi ratio CR pendapat cukup tinggi lebih besar dari 0,1, dengan mencari deviasi RMS Root Mean Square dari baris-baris aij dan perbandingan nilai bobot baris terhadap bobot kolom wiwj dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu: ……………..11 n VBi, i = 1 1 ---- n max - n CI = ----------------- n – 1 n max = S aij – wiwj j = 1 Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

f. Matriks Pendapat Gabungan