VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Pengusahaan kentang di Kecamatan Kejajar dengan sistem usahatani di
ketinggian 1500 – 1800 dpl memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Rasio Biaya Privat PCR
dan dan Rasio Biaya Sumberdaya Domestik DRC kurang dari satu PCR, DRC 1. Namun, pada ketinggian lebih dari 2200 dpl hanya memiliki
keunggulan komparatif tanpa memiliki keunggulan kompetitif. Hal ini dikarenakan nilai DRC kurang dari satu dan nilai PCR yang dimiliki sama
dengan satu DRC1; PCR ≥1
2. Kebijakan pemerintah yang dibuat untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif dan komparatif kentang di Kecamatan Kejajar tidak sepenuhnya menguntungkan petani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI kedua sistem usahatani masih lebih kecil daripada satu NPCI1.
3. Perubahan variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga
kentang, harga pestisida, dan harga pupuk bersubsidi memberikan pengaruh terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif pada kedua
sistem usahatani. Terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap dollar Amerika, harga output kentang naik, harga pestisida menurun, dan harga
pupuk mengalami penurunan, memiliki dampak positif terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif kedua sistem usahatani. Sebaliknya
jika nilai mata uang terapresiasi, harga output kentang turun, harga pestisida dan harga pupuk naik, maka akan menyebabkan keunggulan
komparatif dan kompetitif kedua sistem usahatani menurun.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis matriks PAM, maka dicoba merumuskan beberapa kebijakan yang relevan untuk dipertimbangkan bagi pengembangan
komoditas kentang di lokasi penelitian:
1. Kebijakan untuk mengantisipasi kegagalan pasar, baik input atau output.
Seperti meninjau kembali kebijakan subsidi pupuk karena dinilai tidak efektif dan merugikan petani. Meskipun pemerintah sudah menetapkan
harga eceran tertinggi, namun petani masih harus membayar lebih tinggi dari harga eceran yang ditetapkan. Menetapkan kebijakan subsidi pupuk
harus diimbangi dengan perbaikan struktur pasar yang menyebabkan tingginya biaya transportasi. Perbaikan struktur pasar dapat berupa
mengaktifkan kembali subterminal agribisnis, pasar, dan menghapuskan pungli pungutan liar yang membebani produsen kentang.
2. Kebijakan insentif pemberdayaan kelembagaan pertanian, seperti
kelompok tani, koperasi, dan kemitraan agar petani dapat meningkatkan posisi tawarnya bergaining position.
VI.
ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG
6.1 Analisis Dayasaing