Policy Analysis Matrix PAM

dampak perubahan yang kemungkinan akan terjadi akibat kebijakan yang dibuat. Data yang diperoleh diolah menggunakan perangkat lunak Ms. Excel. Dalam kerangka pemikiran disebutkan bahwa PAM merupakan alat analisis yang kaku, sehingga untuk mengatasinya dengan melakukan analisis sensitivitas. Analisis ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan PAM yang dalam analisisnya hanya memberlakukan satu tingkat harga padahal keadaan sebenarnya harga tersebut sangat bervariatif. Selain itu analisis ini juga digunakan untuk melihat pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kondisi dayasaing kentang di Kabupaten Wonosobo. Hasil analisis PAM digunakan untuk mengidentifikasi petani yang memiliki dayasaing atas kebijakan yang berlaku, dan bagaimana pendapatan mereka jika terjadi perubahan kebijakan. PAM digunakan untuk mengetahui suatu wilayah apakah memiliki tingkat efisiensi yang tinggi atau rendah yang pada akhirnya mempengaruhi suatu wilayah atau negara akan melakukan impor atau memproduksi sendiri. Selain itu PAM juga digunakan untuk menunjukkan suatu kebijakan dapat memperbaiki dayasaing melalui penciptaan efisiensi usaha dan pertumbuhan pendapatan.

4.5 Policy Analysis Matrix PAM

Terdapat banyak metode pendekatan dan teori untuk menganalisis dayasaing komoditi, yang masing- masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Salah satu cara yang dapat digunakan dan dipandang efisien adalah metode Policy Analysis Matrix PAM yang telah dikembangkan oleh Monke dan Pearson sejak tahun 1987. Policy Analysis Matrix PAM mengukur tiga analisis yakni keuntungan privat dan keuntungan sosial atau ekonomi, analisis dayasaing komparatif dan kompetitif serta analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas. Oleh karena itu penggunaan metode ini didasarkan pada pendekatan keunggulan kompetitif dan komparatif model PAM dengan formulasi Tabel 9. Tabel 9. Policy Analysis Matrix PAM Keterangan Penerimaan Biaya Keuntungan Input Tradable Input Non Tradable faktor domestik Harga privat A B C D Harga Sosial E F G H Efek Divergensi I J K L Sumber : Pearson et.al 2005 Keterangan : Keuntungan Privat : D = A – B – C Keuntungan sosial : H = E – F – G Transfer Output : I = A – E Transfer Input : J = B – F Transfer Faktor : K = C – G Transfer Bersih : L = D – H = I – J + K Rasio Biaya Privat : PCR = C A - B Rasio Biaya Sumbedaya Domestik : DRCR = C E - F Koefisien Proteksi Output Nominal : NPCO = A E Koefisien Proteksi Input Nominal : NPCI = B F Koefisien Proteksi Efektif : EPC = A - B E - F Koefisien Keuntungan : PC = D H Kelebihan model PAM ini adalah diketahuinya indikator komparatif yang diperoleh dari koefisien DRCR Domestic Resource Cost Ratio. Analisis ini juga menghasilkan beberapa indikator lain yang terkait dengan variabel dayasaing seperti PCR Private Cost Ratio untuk menilai keunggulan kompetitif, NPCO Nominal Protection Coefficient on Tradable Output, NCPI Nominal Protection Coefficient on Tradable Input, dan PC Profitablity Coefficient. Untuk mendapatkan nilai koefisien tersebut, setiap unit biaya input, output, dan keuntungan dikelompokkan kedalam harga pasar privat dan harga sosial. Selisih dari kedua kelompok harga tersebut diperoleh angka transfer untuk menilai dampak kebijakan pemerintah. Penggunaan PAM sebagai metode analisis dalam penelitian ini karena memiliki banyak keunggulan Pearson et.al, 2005 yaitu : a PAM merupakan metode analisis yang efektif sehingga digunakan secara luas dalam analisis kebijakan pertanian b PAM merupakan metode analisis yang sederhana sehingga mudah diaplikasikan dalam analisis kebijakan pertanian c PAM merupakan metode analisis yang fleksibel sehingga dapat digunakan untuk menganalis proyek maupun kebijakan pemerintah d PAM merupakan metode analisis yang dapat digunakan untuk mengukur dampak kebijakan dan kegagalan pasar dalam sistem perekonomian e PAM merupakan metode analisis yang dapat digunakan untuk menilai proyek investasi publik dan kebijakan publik di sektor publik f Hasil analisis PAM mudah dikomunikasikan kepada pembuat kebijakan Policy Maker g Hasil analisis PAM dapat menunjukkan pengaruh individual maupun kolektif dari kebijakan h PAM dapat memberikan informasi dasar Base Line Information yang penting bagi Benefit-Cost Analysis.

4.5.1 Analisis Keuntungan

Kuntungan didefinisikan sebagai penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan. Analisis keuntungan terdiri dari keuntungan privat dan keuntungan sosial. Keuntungan privat KP menunjukkan selisih antara penerimaan dengan harga atau biaya aktual yang terjadi di pasar. Nilai KP yang lebih besar dari nol berarti kebijakan pemerintah atau komoditi yang diusahakan secara finansial menguntungkan. Sebaliknya jika KP kurang dari nol maka kegiatan usaha tidak menguntungkan pada kondisi intervensi pemerintah terhadap input dan output. Berdasarkan Tabel 9 diperoleh rumus perhitungan keuntungan privat, yakni: Kuntungan Privat KP ; D = A – B + C Keterangan: D = Keuntungan Privat A = Penerimaan Privat B = Biaya Input Tradable Privat C = Biaya Input Non Tradable domestik Privat Keuntungan sosial KS menunjukkan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dinilai dengan harga sosial. Jika nilai KS lebih besar dari nol, kondisi pasar yang terjadi yakni persaingan sempurna, kegiatan pengusahaan komoditi dapat dilanjutkan karena menguntungkan atau dengan kata lain memiliki keunggulan komparatif. Jika nilai KS kurang dari atau sama dengan nol maka kegiatan usaha tidak menguntungkan secara ekonomi. Adapun rumus untuk menghitung keuntungan sosial berdasarkan Tabel 9 yakni: Keuntungan Sosial KS ; H = E – F + G Keterangan: H = Keuntungan Sosial E = Penerimaan Sosial F = Biaya Input Tradable Sosial G = Biaya Input Non Tradable domestik Sosial

4.5.2 Analisis Efisiensi

Tingkat efisiensi pengusahaan suatu komoditi dapat dilihat dari dua indikator yaitu indikator keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya Private Private Cost Ratio atau PCR yakni rasio anatara biaya input domestik privat dengan nilai tambah privat. Jika nilai PCR lebih kecil dari satu, berarti untuk meningkatkan nilai tambah output sebesar satu satuan diperlukan tambahan biaya faktor domestik lebih kecil dari satu satuan. Dengan kata lain pengusahaan komoditi tersebut efisien secara finansial atau memiliki keunggulan kompetitif pada saat kebijakan pemerintah. Sebaliknya jika nilai PCR lebih besar atau sama dengan satu maka untuk meningkatkan nilai tambah output sebesar satu satuan diperlukan tambahan biaya daktor domestik lebih besar dari satu satuan. Private Cost Ratio PCR = C A – B Keterangan: PCR = Rasio Keuntungan Privat C = Biaya Input Non Tradable domestik Privat A = Penerimaan Privat B = Biaya Input Tradable Privat Keunggulan komparatif dilihat dari nilai Rasio Biaya Sumberdaya Domestik Domestic Resource Cost atau DRC. Jika nilai DRC lebih kecil dari satu maka pengusahaan komoditi efisen secara ekonomi atau memiliki keunggulan komparatif pada kondisi tanpa adanya kebijakan atau nilai tambah yang dihasilkan melebihi biaya sumberdaya domestik yang digunakan. Sedangkan jika nilai DRC lebih dari satu maka penggunaan sumberdaya tidak efisien atau dengan kata lain nilai sosial faktor domestik yang digunakan untuk memproduksi komoditas tersebut melebihi nilai yang digunakan utnuk memproduksi komoditas tersebut melebihi nilai tambah sosialnya. Domestic Resource Cost Ratio DRC = G E – F Keterangan: DRC = Rasio Keuntungan Sosial G = Biaya Input Non Tradable domestik Sosial E = Penerimaan Sosial F = Biaya Input Tradable Sosial

4.5.3 Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah

Dampak kebijakan dalam penerapan PAM meliputi dampak kebijakan pemerintah terhadap output, input dan dampak kebijakan terhadap input-output. 1 Dampak Kebijakan Output Kebijakan pemerintah terhadap output dijelaskan oleh Nilai Transfer Output TO dan Koefisien Proteksi Output Nominal Nominal Protection Coefficient on Output atau NPCO. Transfer output adalah selisih pendapatan privat dengan pendapatan sosial. Nilai transfer output yang positif menyebabkan timbulnya implisit subsidi atau transfer sumberdaya yang menambah keuntungan. Dengan kata lain masyarakat membeli produk dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya diterima. Jika nilai transfer output bernilai negatif menyebabkan implisit pajak atau transfer sumberdaya yang mengurangi keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kebijakan subsidi negatif pada output yang menyebabkan harga privat lebih rendah daripada harga sosialnya. Untuk output ekspor, angka negatif menunjukkan bahwa kebijakan menyebabkan harga yang output yang diterima oleh produsen di dalam negeri lebih kecil dari harga di pasar dunia. Berdasarkan matrik PAM pada Tabel 9, nilai TO dapat dirumuskan sebagai berikut : Transfer Output TO = A – E Keterangan: TO = Transfer Faktor A = Penerimaan Privat E = Penerimaan Sosial Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO merupakan rasio yang dibuat untuk mengukur output transfer TO serta menunjukkan seberapa besar harga domestik harga privat berbeda dengan harga sosial. Berdasarkan analisis PAM pada Tabel 9, bila NPCO lebih besar dari satu atau positif, berarti harga domestik lebih tinggi daripada harga impor atau ekspor dan pengusahaan komoditi tersebut menerima proteksi. NPCO yang bernilai negatif menunjukkan adanya kebijakan pemerintah, harga privat lebih kecil dari harga dunia, sehingga dapat dikatakan produsen output memberikan transfer kepada pemerintah. Dengan kata lain, harga domestik atau privat tidak di proteksi oleh pemerintah. Nominal Protection Coefficient on Tradable Output NPCO = A E Keterangan: NPCO = Rasio Proteksi Output Nominal A = Penerimaan Privat E = Penerimaan Sosial 2 Dampak Kebijakan Input Dampak kebijakan pemerintah terhadap input tradable dijelaskan dengan Transfer Input TI dan Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI, sedangkan dampak kebijakan input domestik dijelaskan oleh Transfer Faktor TF Tabel 9. Nilai Transfer Input menujukkan biaya input tradable berbeda dengan biaya sosialnya. Nilai TI positif menunjukkan kebijakan pemerintah pada input tradable menyebabkan keuntungan yang diterima secara privat lebih besar dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai TI negatif menunjukkan kebijakan pemerintah menyebabkan keuntungan yang diterima secara finansial lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Transfer Input TI = B – F Keterangan: TI = Transfer Input B = Input Tradable Privat F = Input Tradable Sosial NPCI merupakan rasio untuk mengukur transfer input tradable. Rasio ini juga menunjukkan besarnya harga domestik atau privat dari input tradable dengan harga sosialnya. Bila nilai NPCI lebih dari satu menunjukkan biaya input domestik lebih mahal dari biaya input pada tingkat dunia. Dengan kata lain, kegiatan usaha seolah-olah dibebani pajak yang sangat merugikan produsen. Bila NPCI lebih kecil dari satu, harga domestik lebih rendah atau sama dengan harga dunia, atau adanya hambatan ekspor input, sehingga produksi menggunakan input lokal. Nominal Protection Coefficient on Tradable Input NPCI = B F Keterangan: NPCI = Rasio Proteksi Input Nominal B = Input Tradable Privat F = Input Tradable Sosial Nilai Transfer Faktor menunjukkan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap produsen dan konsumen yang berbeda dengan kebijakan pada input tradable. Nilai TF menunjukkan besarnya subsidi terhadap input non tradable. Bila nilai transfer faktor negatif berarti terdapat subsidi positif pada input non tradable. Transfer Faktor TF = C – G Keterangan: TF = Transfer Faktor C = Biaya Input Non Tradable domestik Privat G = Biaya Input Non Tradable domestik Sosial 3 Dampak Kebijakan Input – Output Pengaruh kebijakan Input-Output dapat dijelaskan melalui analisis Koefisien Proteksi Efektif Effective Protection Coeffisien atau EPC, Transfer Bersih NT, Koefisien Keuntungan PC, dan Rasio Subsidi bagi Produsen SRP. Koefisien Proteksi Efektif EPC merupakan rasio antara nilai tambah pada harga privat dengan nilai tambah harga sosial atau analisis gabungan proteksi output dengan proteksi input. Nilai EPC menggambarkan arah kebijakan pemerintah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik secara efektif. Nilai EPC lebih besar dari satu menunjukkan kebijakan untuk melindungi produsen domestik berjalan dengan efektif. Jika EPC lebih kecil dari satu maka kebijakan untuk melindungi produsen domestik tidak berjalan dengan baik. Effective Protection Coeffisien EPC = A – B E – F Keterangan: EPC = Koefisien Proteksi Efektif A = Penerimaan Privat B = Biaya Input Tradable Privat E = Penerimaan Sosial F = Biaya Input Tradable Sosial Transfer bersih Net Transfer atau NT menunjukkan selisih antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Nilai NT juga menggambarkan selisih antara transfer output dengan transfer input. Jika nilai NT lebih besar dari nol, maka nilai tersebut menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang dilakukan pada input dan output. Sebaliknya NT lebih kecil dari nol maka yang terjadi adalah sebalikya. Berdasarkan Tabel 9 diperoleh rumus net transfer yakni: Net Transfer NT = D – H Keterangan: NT = Transfer Bersih D = Keuntungan Privat H = Keuntungan Sosial Koefisien keuntungan Profitability Coefficient atau PC adalah rasio antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Nilai PC kurang dari satu menunjukkan kebijakan pemerintah membuat keuntungan yang diterima produsen lebih kecil bila dibandingkan tanpa ada kebijakan. Sebaliknya jika nilai PC lebih dari satu maka kebijakan pemerintah membuat keuntungan yang diterima oleh produsen lebih besar dibandingkan tanpa ada kebijakan. Profitability Coefficient PC = D H Keterangan: PC = Koefisien Keuntungan D = Keuntungan Privat H = Keuntungan Sosial Rasio subsidi bagi produsen Subsidi Ratio to Producers atau SRP adalah rasio yang digunakan untuk mengukur semua dampak transfer. SRP dirumuskan sebagai berikut : Subsidy Ratio to Produce SRP = L E Keterangan: SRP = Rasio Subsidi Produsen L = Keuntungan Efek Divergensi E = Penerimaan Sosial Subsidi Ratio to Producers SRP menunjukkan sejauhmana pendapatan dari usaha meningkat atau menurun karena pengaruh transfer. Nilai SRP negatif menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku membuat produsen mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya imbangan untuk berproduksi dan sebaliknya jika Nilai SRP positif, menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku membuat produsen mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari biaya imbangan untuk berproduksi.

4.6 Identifikasi Input Output