Analisis Keunggulan Komparatif Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Kentang di Kabupaten Wonosobo (Kasus: Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah)

disebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk usahatani kentang, terutama dalam biaya pupuk, peralatan, dan tenaga kerja.

6.3 Analisis Keunggulan Komparatif

Analisis keunggulan komparatif digunakan untuk mengukur kelayakan secara ekonomi yakni menilai aktivitas ekonomi masyarakat secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang terlibat dalam aktivitas ekonomi tersebut. Analisis keunggulan komparatif dapat dilihat menggunakan nilai Keuntungan Sosial KS dan Rasio Biaya Sumberdaya Domestik DRC yang merupakan indikator dayasaing tanpa bantuan pemerintah. Perbedaan analisis Keuntungan Sosial KS dengan Keuntungan Privat KP yakni komponen input dan output dalam Keuntungan Sosial KS dinilai menggunakan harga bayangan. Tabel 19 menunjukkan besarnya nilai Keuntungan Sosial KS dan Rasio Biaya Sumberdaya DRC di kedua sistem usahatani kentang. Tabel 20. Keuntungan Sosial KS dan Rasio Biaya Sumberdaya Domestik DCR Komoditas Kentang di Kecamatan Kejajar No Uraian Keuntungan Sosial DRC 1. Desa Sigedang Rphektar 12.285.110,56 0,76 2. Desa Dieng Rphektar 3.839.547,17 0,84 Berdasarkan Tabel 20, nilai keuntungan sosial menggambarkan keuntungan yang diperoleh jika terjadi pasar persaingan sempurna. Nilai keuntungan sosial KS di Desa Sigedang dan Desa Dieng masing-masing sebesar Rp 12.285.110,56 per hektar dan Rp 3.839.547,17 per hektar. Nilai KS yang positif atau lebih dari nol tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan kentang di lokasi penelitian menguntungkan secara ekonomi tanpa adanya campur tangan dari kebijakan pemerintah. Perbedaan nilai KS di kedua desa, Desa Sigedang dan Desa Dieng, disebabkan karena adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan masing-masing petani di lokasi penelitian, terutama biaya penggunaan pupuk, obat-obatan dan penggunaan tenaga kerja besarnya penerimaan dan pengeluaran setiap desa dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 10. Nilai KS di Desa Sigedang lebih besar daripada Desa Dieng, dikarenakan produksi usahatani kentang yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan besarnya bibit kentang yang ditanam petani berbeda di kedua lokasi sehingga mempengaruhi hasil yang diterima petani ketika panen. Disisi lain harga sosial kentang berpengaruh terhadap besarnya keuntungan sosial yang diperoleh karena harga sosial kentang lebih besar daripada harga privatnya, sehingga keuntungan sosial yang diperoleh lebih besar. Berdasarkan infomasi yang telah disampaikan bahwa nilai keuntungan privat KP usahatani kentang di lokasi penelitian nilainya lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai keuntungan sosial KS. Hal ini disebabkan karena harga sosial kentang lebih tinggi daripada harga privatnya. Artinya, kebijakan pemerintah yang ditetapkan pemerintah saat ini seperti kebijakan tarif impor belum mampu meningkatkan keuntungan pengusahaan kentang. Selain dari Keuntungan Sosial KS, keunggulan komparatif kentang juga dapat diketahui dari Rasio Biaya Sumberdaya Domestik DCR. Rasio Biaya Sumberdaya Domestik merupakan rasio antara biaya non tradable atau faktor domestik dengan selisih antara penerimaan dikurangi biaya tradable pada harga bayangan atau harga sosial. Nilai DRC yang diperoleh dari pengusahaan kentang di Desa Sigedang sebesar 0,76 dan di Desa Dieng sebesar 0,84. Nilai DRC yang masing-masing kurang dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan kentang di lokasi penelitian efisien secara ekonomi dan mempunyai keunggulan komparatif tanpa ada bantuan atau intervensi pemerintah. Nilai DRC di Desa Sigedang sebesar 0,76 lebih kecil daripada nilai DRC di Desa Dieng yakni sebesar 0,84. Nilai sebesar 0,76 menjelaskan bahwa untuk memproduksi atau menambah nilai tambah output sebesar satu satuan di Desa Sigedang dibutuhkan tambahan sumberdaya domestik sebesar 0,76. Sedangkan nilai 0,84 di Desa Dieng meskipun efisien karena nilainya kurang dari nol, namun bila dibandingkan keunggulan komparatif yang dimiliki tidak sebesar Desa Sigedang. Dengan kata lain, biaya produksi yang dikeluarkan petani di Desa Dieng lebih besar dibandingkan dengan Desa Sigedang. Nilai DRC yang kurang dari satu menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan domestik akan komoditas kentang mengindikasikan lebih baik diproduksi di dalam negeri daripada harus mengimpor kentang. Namun kenyataan yang terjadi impor kentang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian diperlukan keseriusan pemerintah dan pihak terkait agar kentang lokal dapat mensubtitusi kentang impor, seperti peningkatan produksi kentang dan kebijakan pemerintah yang mendukung pengusahaan kentang. Nilai DRC yang lebih kecil dari nilai PCR memiliki arti bahwa tidak terdapat kebijakan pemerintah yang meningkatkan efisiensi petani dalam memproduksi kentang. Beberapa hal yang menjadi penyebab diantaranya kebijakan subsidi pupuk yang merugikan petani karena harga pupuk yang beredar di pasar lebih tinggi daripada harga eceran tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu adanya kebijakan melalui peraturan menteri keuangan No.241PMK.0112010 tentang kenaikan pajak impor sebesar lima persen atas bahan baku produksi pertanian seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan menyebabkan biaya produksi yang harus dikeluarkan petani menjadi lebih tinggi. Dilihat dari perbedaan antara keuntungan privat dan keuntungan sosial dan nilai DRC yang lebih kecil daripada nilai PCR yang diperoleh petani di kedua sistem usahatani dapat disimpulkan bahwa keuntungan privat yang diperoleh lebih rendah dari keuntungan sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa harga input yang dibayarkan petani lebih tinggi atau harga output yang diterima oleh petani lebih rendah dari harga sosial. Artinya adanya pengaruh pemerintah atau distorsi pasar yang tidak memberikan insentif yang baik bagi petani kentang sehingga keuntungan privat yang diperoleh lebih rendah daripada keuntungan sosialnya terhadap input produksi dan distorsi pada pasar output. Adanya distorsi pasar dapat dilihat kebijakan penurunan tarif impor menjadi nol persen yang menyebabkan konsumen yang cenderung membeli kentang impor karena harganya lebih murah, selain itu dampak yang muncul yakni harga kentang akan turun karena untuk dapat bersaing produsen harus menurunkan harga kentang.

6.4 Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah