Transformasi Promega, USA Metode 1.

pada suhu 37 o C, selama 1 malam. Koloni transforman yang tumbuh kemudian diambil dan dimurnikan pada media yang baru. Untuk memastikan bahwa bakteri transforman tersebut membawa gen mananase yang diinginkan maka dilakukan verifikasi menggunakan PCR koloni. Primer yang digunakan adalah M13 forward dan M13 reverse. Kondisi PCR yang digunakan adalah denaturasi awal pada 95 o C selama 5 menit dilanjutkan dengan 29 siklus yang terdiri dari denaturasi 95 o C 30 detik, annealing pada 50 o C 30 detik, dan extension pada 72 o C 2 menit, dan extension akhir pada 72 o C selama 5 menit.

3.2.11. Pengujian Aktivitas Mananase Intraseluler Sumardi et al. 2005,

dengan modifikasi Pelet sel bakteri yang diperoleh dari hasil produksi enzim dicuci menggunakan bufer dengan pH optimum untuk kerja enzimnya sebanyak tiga kali dan setiap kali disentrifugasi pada 17.000 g selama 2 menit. Sel bakteri yang sudah dicuci kemudian ditambahkan 1 ml bufer dan dipecah selnya menggunakan sonicator Tomy, Japan selama 2 x 2 menit. Larutan kemudian disentrifugasi sekali lagi pada 17.000 g selama 2 menit dan supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam tabung mikro yang baru. Supernatan ini kemudian diuji aktivitas mananasenya menggunakan substrat LBG 0,55. Sebanyak 20 µl supernatan direaksikan dengan 980 µl LBG 0,55 pada pH bufer dan suhu optimumnya selama 1 jam. Kadar gula reduksi yang dihasilkan diukur menggunakan DNS seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Screening Bakteri Penghasil Mananase

Dalam penelitian ini digunakan sampel tempe dari beberapa daerah di pulau Jawa, yaitu: Bogor, Wonogiri, Surabaya, Malang, Kediri, dan Lamongan. Dari proses screening diperoleh tujuh isolat bakteri yang memiliki aktivitas mananase berdasarkan zona bening yang dihasilkan di sekitar koloninya. Dari ketujuh bakteri tersebut kemudian dimurnikan dan dipilih empat isolat yang diduga memiliki aktivitas mananase paling bagus ditandai dengan zona bening yang jelas dan besar di sekeliling koloninya. Keempat isolat tersebut diberi kode A, D, E, dan N. Zona bening yang besar mengindikasikan konsentrasi enzim yang dihasilkan oleh bakteri juga tinggi Farias et al. 2010. Namun, tidak dijelaskan mengenai kualitas enzim yang dihasilkan tersebut. Oleh karena itu, keempat isolat tersebut diuji aktivitas enzim yang dihasilkannya terlebih dahulu sebelum dipilih isolat terbaik untuk dikarakterisasi lebih lanjut. Tabel 3. Indeks mananolitik isolat A, D, E, dan N Isolat Diameter Koloni cm Diameter Zona Bening cm Indeks Mananolitik Asal Tempe A 0,25 0,55 1,20 Bogor D 0,15 0,75 4,00 Bogor E 0,30 0,75 1,50 Bogor N 0,15 0,55 2,67 Wonogiri Gambar 4. Kenampakan zona bening yang dihasilkan oleh isolat A, D, E, dan N ketika ditumbuhkan pada media agar mengandung LBG 0,3 24 jam, 37 o C