TEORI PINDAH PANAS TINJAUAN PUSTAKA
11 sesuai dapat meningkatkan efisiensi pengeringan. Metode yang banyak dikembangkan saat ini adalah
pengeringan buatan artificial drying yang memanfaatkan sumber panas bukan dari matahari atau udara sekitar.
Elfian 1985 menggunakan alat pengering lapisan tipis untuk pengeringan jagung Zea mays L
dan kedelai Glycine max L. Merril. Pengeringan dilakukan secara terus menerus dengan kecepatan aliran 0.1 mdetik pada suhu dan RH udara pengering konstan sampai tercapai kondisi
kadar air kesetimbangan. Pada pengeringan jagung dengan suhu 40 C;RH 65 dan 45
C;RH 50, terlihat adanya tendensi laju pengeringan konstan yang singkat pada awal pengeringan, sedangkan
pengeringan dengan suhu 50 C;RH 34 dan 55
C;RH 26 seluruhnya berlangsung pada laju pengeringan menurun. Perubahan kadar air yang melonjak terjadi selama 3-4 jam pertama.
Pengeringan berlangsung sampai perubahan kadar air per satuan waktu mendekati nol atau kondisi bahan telah mencapai kadar air kesetimbangan. Kadar air kesetimbangan tercapai selama 32 jam.
Surbekti 1986 mengembangkan alat pengering jagung model sumur untuk tingkat pedesaan. Pada percobaan tanpa beban dengan bahan bakar arang sekam, tempurung kelapa dan kayu
bakar diperoleh bahwa pembakaran dengan tempurung kelapa menghasilkan penyebaran suhu yang lebih seragam dan tingkat suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar yang diuji coba
lainnya. Dari hasil pengujian efisiensi pengeringan untuk RH 84 dan RH 90 adalah berturut-turut sebesar 13.89 dan 10.2. Lama pengeringan adalah 11 jam dan 18 jam pada RH 90. Kurva laju
penurunan kadar air lebih mendekati bentuk eksponen negative daripada bentuk linier. Kuncoro 1993 melakukan pengeringan kacang tanah, jagung dan kedelai menggunakan alat
pengering tipe konveksi bebas. Jagung yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung tongkol dan jagung pipilan. Suhu untuk pengeringan dipertahankan pada kisaran 39-44
C rak terbawah dengan bahan bakar tempurung kelapa. Jagung tongkol yang bobotnya 152 kg input dan berkadar air
34.70 bb membutuhkan waktu 54 jam untuk mencapai kadar air 19.50 dan menghasilkan 66.67 kg tempurung kelapa. Jagung pipilan yang bobotnya 92.41 kg input dan berkadar air 19.51 bb
membutuhkan waktu pengeringan 34 jam untuk menurunkan kadar air menjadi 11.30 bb dan mengkomsumsi bahan bakar sebanyak 40.17 kg. Pengeringan ini mempersingkat waktu 4-5 hari jam
kerja dibandingkan proses penjemuran saat hujan. Laju pengeringan jagung tongkol 0.74 bkjam dan jagung pipil 0.58 bkjam. Efisiensi pemanasan dan efisiensi pengeringan total untuk jagung
tongkol dan pipil masing-masing adalah 41,42;16.59, dan 35.58;2.31. Jubaedah 2000 menggunakan alat pengering tipe bak untuk proses pengeringan jagung
dengan terlebih dahulu dilakukan proses tempering untuk menyeragamkan kadar air akhir bahan. Bahan yang digunakan adalah jagung pipilan varietas hibrida dengan perlakuan suhu plenum
dipertahankan konstan 70 C, kecepatan aliran udara 0.178 mdetik dan dua level ketebalan tumpukan
yaitu 60 cm dan 75 cm. Percobaan tempering dilakukan selama 12 jam. Pengeringan jagung dengan ketebalan 60 cm dari kadar air 26.8 bb hingga 14.1 bb memerlukan waktu 6 jam dengan
penyusutan bahan akibat pengeringan sebesar 8.85 kg, untuk pengeringan dengan ketebalan 75 cm dari kadar air awal 27.3 bb hingga kadar air akhir 14.6 bb memerlukan waktu 7 jam dengan
penyusutan bahan akibat pengeringan sebesar 11.25 kg.