10 Tabel 1.Standar Mutu Jagung Oleh Badan Standardisasi Nasional
Sumber: Standar Mutu Jagung Pipil, Badan Standardisasi Nasional Anonim 1995 Pengeringan jagung yang dilakukan ada berbagai macam yaitu pengeringan dengan matahari,
diangin-anginkan  dan  dengan  mesin  pengering.  Effendi  1980  berpendapat  pengeringan  dengan matahari  merupakan  cara  terbaik,  karena  dengan  penurunan  kadar  air  secara  berangsur-angsur  tidak
menurunkan kualitas biji. Pengeringan jagung yang biasa dilakukan yaitu dengan panas matahari akan tetapi  pengeringan  tersebut  memiliki  kelemahan  yaitu  sangat  bergantung  dengan  cuaca  sehingga
membutuhkan  waktu  yang  relatif  lama  dan  jagung  banyak  yang  kotor.  Pengeringan  dengan  panas buatan banyak diaplikasikan  di daerah-daerah yang kurang mendapatkan panas  matahari atau daerah
yang mempunyai curah hujan tinggi. Selain itu pengeringan dengan cara diangin-anginkan dilakukan dengan meletakkan bahan di atas alas jemurakan tetapi tidak dalam keadaan matahari terik.
Harrison et al. 1999 dalam Wilson 2010 meneliti pengaruh pengeringan in-bin biji jagung dengan  ketebalan  1.5-2.1  m  pada  temperature  40-70
o
C  terhadap  daya  tumbuh  benih.  Biji  jagung dikeringkan  hingga  kadar  air  kurang  dari  10  pada  temperature  40-45
o
C  tidak  akan  merusak  baik daya  tumbuh,  pertumbuhan  benih  atau  produktivitas.  Tetapi  jika  dikeringkan  pada  50
o
C  benih menjadi  rusak,  dan  pada  60
o
C  mengakibatkan  daya  tumbuh  menjadi  nol  persen.  Sedangkan Chakraverty dan Singh 2001 menyampaikan bahwa suhu udara pengeringan maksimum yang aman
untuk pengeringan jagung untuk keperluan benih adalah 43
o
C, sedangkan untuk bahan makanan 54
o
C serta untuk pakan ternak sebesar 82
o
C. Pengeringan  biji  jagung  untuk  benih  dilakukan  oleh  Hossain  2008  dalam  Wilson  2010
menggunakan  alat  pengering  matahari-hibrid.  Dengan  kontrol  aliran  udara,  suhu  udara  dapat dipertahankan  pada  suhu  42  ±  1
o
C  untuk  mempertahankan  daya  perkemcambahan  benih  jagung. Hasil penelitian menunjukkan daya perkecambahan benih lebih dari 90.
Pengeringan  lapisan  tebal  biasanya  digunakan  untuk  pengeringan  biji-bijian  termasuk jagung  dimana  bahan  ditumpuk  sampai  ketinggian  tertentu.  Udara  pengering  bergerak  dari  bawah
tumpukan  ke  bagian  atas  melewati  bahan  yang  akan  dikeringkan.  Pengeringan  lapisan  tebal  adalah adalah  pengeringan  yang  di  dalam  prosesnya  terdapat  gradient  kadar  air  pada  lapisan  pengeringan
untuk setiap waktu Henderson dan Perry, 1976. Brooker et al., 1974 menyatakan bahwa pada awal proses  pengeringan,  pengeringan  terjadi  pada  lapisan  bawah.  Kemudian  selanjutnya  proses
pengeringan  terjadi  pada  lapisan  yang  ada  di  atasnya.  Ketika  pengeringan  telah  terjadi  pada  semua lapisan, semua bahan telah dikeringkan sampai terjadi kesetimbangan dengan udara pengering.
D. HASIL-HASIL PENELITIAN TENTANG PENGERINGAN JAGUNG
Pengeringan  merupakan  suatu  teknik  untuk  menurunkan  kadar  air  sampai  batas  aman sehingga  tidak  ada  lagi  aktifitas  mikroorganisme  yang  merugikan.  Pengeringan  sudah  banyak
dilakukan  terlebih  mengenai  metode.  Metode  pengeringan  sangat  diperhatikan  karena  akan berpengaruh  terhadap  jenis  bahan  yang  dikeringkan  dan  kualitas  hasil  pengeringan.  Metode  yang
Komopen Utama Persyaratan Mutu  maks
I II
III IV
Kadar air 14
14 15
17 Butir rusak
2 4
6 8
Butir warna lain 1
3 7
10 Butir pecah
1 4
3 5
Kotoran 1
1 2
2
11 sesuai dapat meningkatkan efisiensi pengeringan. Metode yang banyak dikembangkan saat ini adalah
pengeringan  buatan  artificial  drying  yang  memanfaatkan  sumber  panas  bukan  dari  matahari  atau udara sekitar.
Elfian 1985 menggunakan alat pengering lapisan tipis untuk pengeringan jagung Zea mays L
dan  kedelai  Glycine  max  L.  Merril.  Pengeringan  dilakukan  secara  terus  menerus  dengan kecepatan  aliran  0.1  mdetik  pada  suhu  dan  RH  udara  pengering  konstan  sampai  tercapai  kondisi
kadar  air  kesetimbangan.  Pada  pengeringan  jagung  dengan  suhu  40 C;RH  65  dan  45
C;RH  50, terlihat  adanya  tendensi  laju  pengeringan  konstan  yang  singkat  pada  awal  pengeringan,  sedangkan
pengeringan  dengan  suhu  50 C;RH  34  dan  55
C;RH  26  seluruhnya  berlangsung  pada  laju pengeringan  menurun.  Perubahan  kadar  air  yang  melonjak  terjadi  selama  3-4  jam  pertama.
Pengeringan  berlangsung  sampai  perubahan  kadar  air  per  satuan  waktu  mendekati  nol  atau  kondisi bahan telah mencapai kadar air kesetimbangan. Kadar air kesetimbangan tercapai selama 32 jam.
Surbekti  1986  mengembangkan  alat  pengering  jagung  model  sumur  untuk  tingkat pedesaan. Pada percobaan tanpa beban dengan bahan bakar arang sekam, tempurung kelapa dan kayu
bakar  diperoleh  bahwa  pembakaran  dengan  tempurung  kelapa  menghasilkan  penyebaran  suhu  yang lebih  seragam  dan  tingkat  suhu  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  bahan  bakar  yang  diuji  coba
lainnya. Dari hasil pengujian efisiensi pengeringan untuk RH 84 dan RH 90 adalah berturut-turut sebesar 13.89 dan 10.2. Lama pengeringan adalah 11 jam dan 18 jam pada RH 90. Kurva laju
penurunan kadar air lebih mendekati bentuk eksponen negative daripada bentuk linier. Kuncoro 1993 melakukan pengeringan kacang tanah, jagung dan kedelai menggunakan alat
pengering tipe konveksi bebas. Jagung yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung tongkol dan jagung  pipilan.  Suhu  untuk  pengeringan  dipertahankan  pada  kisaran  39-44
C  rak  terbawah  dengan bahan  bakar  tempurung  kelapa.  Jagung  tongkol  yang  bobotnya  152  kg  input  dan  berkadar  air
34.70 bb membutuhkan waktu 54 jam untuk mencapai kadar air 19.50 dan menghasilkan 66.67 kg  tempurung  kelapa.  Jagung  pipilan  yang  bobotnya  92.41  kg  input  dan  berkadar  air  19.51  bb
membutuhkan  waktu  pengeringan  34  jam  untuk  menurunkan  kadar  air  menjadi  11.30  bb  dan mengkomsumsi bahan bakar sebanyak 40.17 kg. Pengeringan ini mempersingkat waktu 4-5 hari jam
kerja  dibandingkan  proses  penjemuran  saat  hujan.  Laju  pengeringan  jagung  tongkol  0.74  bkjam dan  jagung  pipil  0.58  bkjam.  Efisiensi  pemanasan  dan  efisiensi  pengeringan  total  untuk  jagung
tongkol dan pipil masing-masing adalah 41,42;16.59, dan 35.58;2.31. Jubaedah  2000  menggunakan  alat  pengering  tipe  bak  untuk  proses  pengeringan  jagung
dengan  terlebih  dahulu  dilakukan  proses  tempering  untuk  menyeragamkan  kadar  air  akhir  bahan. Bahan  yang  digunakan  adalah  jagung  pipilan  varietas  hibrida  dengan  perlakuan  suhu  plenum
dipertahankan konstan 70 C, kecepatan aliran udara 0.178 mdetik dan dua level ketebalan tumpukan
yaitu 60 cm dan 75 cm. Percobaan tempering dilakukan  selama 12 jam. Pengeringan jagung dengan ketebalan  60  cm  dari  kadar  air  26.8  bb  hingga  14.1  bb  memerlukan  waktu  6  jam  dengan
penyusutan  bahan  akibat  pengeringan  sebesar  8.85  kg,  untuk  pengeringan  dengan  ketebalan  75  cm dari  kadar  air  awal  27.3  bb  hingga  kadar  air  akhir  14.6  bb  memerlukan  waktu  7  jam  dengan
penyusutan bahan akibat pengeringan sebesar 11.25 kg.
E. TEORI PINDAH PANAS