4
A.
2. Perkembangan Produksi Jagung Nasional
Berdasarkan  situs  BPS  2011  dinyatakan  bahwa  ARAM  III  angka  ramalan  produksi jagung  tahun  2010  sebesar 17.844 juta  ton  dari  ATAP  angka  tetap  tahun  2009  sebesar 17.629
juta  ton  pipilan  kering.  Artinya  ada  tambahan  0,215  juta  ton  atau  naik  1.22  dari  capaian produksi 2009. Peningkatan produksi diperkirakan terjadi karena tambahan luas panen jagung dan
produktivitas sebesar 0.7 kuintalHa 1.65. Produksi  jagung  di  Indonesia  mulai  meningkat  tajam  setelah  tahun  2002  dengan  laju
9.14  per  tahun.  Walaupun  sebagian  besar  penggunaan  jagung  untuk  komsumsi  langsung, namun sudah mulai tampak penggunaan untuk insdustri pangan dan bahkan pangsanya sudah di
atas penggunaan untuk industri pakan.
A.
3. Pengeringan Jagung
Pada umumnya masyarakat hanya memanfaatkan jagung dalam bentuk biji segar dalam pengolahan  menjadi  makanan.  Namun  dalam  industri  pangan  maupun  pakan,  jagung  yang
digunakan  dalam  bentuk  yang  telah  dikeringkan.  Pengeringan  bertujuan  untuk  memperpanjang umur  simpan  dengan  cara  mengurangi  kadar  air  untuk  mencegah  tidak  ditumbuhi  oleh
mikroorganisme  pembusuk.  Dalam  proses  pengeringan  dilakukan  pengaturan  terhadap  suhu, kelembaban  humidity  dan  aliran  udara.  Pengeringan  jagung  dapat  dibedakan  menjadi  dua
tahapan yaitu: 1.  Pengeringan  dalam  bentuk  gelondong.  Pada  pengeringan  jagung  gelondong  dilakukan
sampai  kadar  air  mencapai  18  untuk  memudahkan  pemipilan.  Penjemuran  dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
2.  Pengeringan  butiran  setelah  jagung  dipipil.  Pemipilan  dapat  dilakukan  dengan  cara tradisional  atau  dengan  cara  yang  lebih  modern.  Secara  tradisional  pemipilan  jagung
dapat dilakukan dengan tangan maupun alat bantu lain yang sederhana seperti kayu, pisau dan lain-lain sedangkan yang lebih modern menggunakan alat pemipil yang disebut corn
sheller yang dijalankan dengan motor.
Butiran jagung hasil pipilan masih terlalu basah untuk dijual ataupun disimpan, untuk itu diperlukan  satu  tahapan  proses  yaitu  pengeringan  akhir.  Pengeringan  jagung  dapat  dilakukan
secara  alami  atau  buatan.  Umumnya  petani  melakukan  pengeringan  biji  jagung  dengan penjemuran di bawah sinar matahari langsung, sedangkan pengusaha jagung pabrikan biasanya
menggunakan alat pengering tipe batch dryer dengan kondisi temperatur udara pengering antara 50°C – 60°C dengan kelembaban relatif 40.
Pengeringan  dengan  sinar  matahari  menjadikan  mutu  biji  lebih  baik  yaitu  menjadi mengkilap.  Caranya  adalah  biji  ditebarkan  di  lantai  penjemuran  di  bawah  terik  matahari.
Pengeringan  ini  membutuhkan  tenaga  kerja  lebih  banyak  dan  sangat  tergantung  dengan  cuaca. Lama  penjemuran  dapat  lebih  dari  10  hari,  tergantung  dengan  cuaca  dan  lingkungan.  Selama
penjemuran  dilakukan  pembalikkan  hamparan  biji  1-2  jam  sekali.  Jika  cuaca  tidak memungkinkan dapat diganti dengan hembusan udara pada pengeringan buatan. Pada tahap awal
dengan suhu lingkungan selama 72-80 jam dan diteruskan dengan suhu udara 45-60˚C sampai biji kering.
5 Gambar 2 Pengeringan di bawah matahari langsung
sumberhttp:repository.usu.ac.idbitstream123456789245874Chapter20II.pdf
A.
4. Nilai Ekonomi Jagung Hasil Pengeringan