dapat memohon suatu jawaban, meminta izin untuk berbicara, meminta maaf atas kata-kata, dan sebagainya Leech, terjemahan Oka, 1993: 219.
Seorang penutur perlu menggunakan strategi-strategi metalinguistik seperti ini karena tindak ujar mirip dengan tindakan-tindakan lain yang mengandung
untung-rugi bagi penutur dan lawan tutur. Misalnya, tindak menjawab pertanyaan paling tidak membutuhkan kerja sama dari penutur Leech, terjemahan Oka, 1993:
219. Metalinguistik mengacu pada ilokusi-ilokusi percakapan yang sedang
berjalan dengan cara tuturan taklangsung yang dikenal sebagai performatif taklangsung Leech, terjemahan Oka, 1993: 221. Performatif taklangsung
digunakan sebagai alat sopan santun, khususnya bila status kekuasaan lawan tutur lebih tinggi.
Memberi nasihat dapat dinilai sebagai pemanfaatan
imposition
. Hal itu membutuhkan bentuk awal seperti,
“bolehkah saya usul…”, “bolehkah saya memberi nasihat…”. Alasan mengapa nasihat dapat dianggap tidak sopan karena
tindak ujar memberi nasihat itu sendiri dapat dianggap melanggar maksim kerendahhatian dan maksim pujian, yaitu memberi kesan bahwa penutur merasa
lebih unggul, lebih berpengalaman, lebih tahu daripada lawan tutur, walaupun tindak ujar tersebut menguntungkan lawan tutur Leech, terjemahan Oka, 1993:
221. Dengan demikian, penggunaan aspek-aspek metalinguistik sopan santun dapat bertujuan untuk mengembangkan kesamaan kesepakatan dan pengalaman
yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur.
5. Skala Kesantunan Berbahasa
Chaer 2010: 63 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan skala kesantunan adalah peringkat kesantunan mulai dari yang tidak santun sampai
dengan yang paling santun. Leech Terjemahan Oka, 1993: 194-195 mengemukakan adanya tiga skala yang perlu dipertimbangkan untuk menilai
derajat kesantunan suatu ujaran yang disebut “skala pragmatik”. Ketiga skala
pragmatik itu adalah sebagai berikut. Skala pertama menurut Leech Terjemahan Oka, 1993: 194 adalah skala
biaya-keuntungan atau skala untung-rugi digunakan untuk menghitung biaya yang diperlukan dan keuntungan yang diperoleh lawan tutur untuk melakukan tindakan
sebagai akibat dari daya ilokusi tindak tutur yang diperintah oleh penutur.
Biaya bagi mitra tutur kurang santun
Keuntungan bagi mitra tutur lebih santun
Bagan 1: Skala Biaya-Keuntungan Leech, Terjemahan Oka, 1993: 194
Tuturan memerlukan lebih banyak biaya atau tenaga bagi lawan tutur dalam melakukan tindakan, maka sangat sedikit keuntungan yang diperolehnya.
Hal tersebut dapat dikatakan tuturan itu bernilai kurang santun. Sementara itu, tuturan lawan tutur yang hanya memerlukan biaya sangat sedikit dengan
keuntungan yang sangat besar, dapat dikatakan tuturan itu bernilai lebih santun.
Skala kedua menurut Leech Terjemahan Oka, 1993: 195 adalah skala pilihan digunakan untuk menghitung berapa banyak pilihan yang diberikan oleh
penutur kepada lawan tutur untuk melaksanakan tindakan.
Lebih sedikit pilihan kurang santun
Lebih banyak pilihan lebih santun
Bagan 2: Skala Pilihan Leech, terjemahan Oka, 1993: 195
Bedasarkan banyak sedikitnya pilihan, lawan tutur dapat menilai suatu tuturan kurang santun atau lebih santun. Berdasarkan bagan di atas, dapat
diketahui bahwa semakin sedikit pilihan yang diberikan maka semakin kurang santun, sedangkan semakin banyak pilihan yang diajukan maka tuturan tersebut
semakin santun. Skala ketiga menurut Leech Terjemahan Oka, 1993: 195 adalah skala
ketidaklangsungan tindak tutur, yakni seberapa panjang jarak yang “ditempuh” oleh daya ujaran itu untuk sampai pada tujuan ujaran. Dalam hal ini, semakin
langsung tindak tutur itu maka dipandang semakin kurang santun dan sebaliknya, semakin tidak langsung tindak tutur itu semakin santun.
Lebih langsung kurang santun
Lebih tidak langsung lebih santun
Bagan 3: Skala Ketidaklangsungan Leech, terjemahan Oka, 1993: 195