Maksim Kesimpatian Prinsip Kesantunan Berbahasa
belasungkawa mengungkapkan keyakinan penutur yang bagi lawan tutur merupakan keyakinan yang negatif Leech, terjemahan Oka, 1993: 218.
Perhatikan contoh tuturan berikut. 25
Saya sangat menyesal mendengar bahwa kucingmu mati. Ucapan ini sopan bila dibandingkan dengan “saya sangat gembira
mendenga r bahwa kucingmu mati”. Penutur tetap ada keengganan untuk
mengucapkan belasungkawa karena dengan menyebut isi proposional
X
dalam ucapan belasungkawa. Penutur sebetulnya mengungkapkan suatu keyakinan yang
tidak sopan, yaitu suatu keyakinan merugikan lawan tutur. Oleh karena itu, ucapan 26 lebih disukai daripada ucapan 25 Leech, terjemahan Oka, 1993:
218. 26 Saya sangat menyesal mendengar tentang kucingmu.
Dapat dilihat bahwa kekuasaan maksim kesimpatian sangat besar karena tanpa informasi lebih lanjut penutur dapat menafsirkan bahwa 26 adalah suatu
ucapan belasungkawa ucapan yang mengungkapkan rasa simpati penutur atas suatu kemalangan dan 27 adalah ucapan selamat Leech, terjemahan Oka, 1993:
219. 27 Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu.
Artinya, penutur berasumsi bahwa kejadian yang disinggung dalam 20 adalah sebuah kemalangan misalnya, kematian, sedangkan yang disinggung
dalam 27 adalah suatu yang menyenangkan misalnya, mendapatkan hadiah dalam konteks kucing Leech, terjemahan Oka, 1993: 219.
Maksim-maksim tersebut adalah prinsip yang digunakan dalam menghasilkan tuturan yang santun. Untuk memperjelas maksim-masim di atas,
berikut ini adalah tabel maksim kesantunan.
Tabel 1: Kesantunan Berbahasa menurut Leech Terjemahan Oka, 1993 No
Maksim Indikator
Pusat Diri
Lain
1 Kearifan
+ Perbesar keuntungan - Perkecil kerugian
- -
2 Kedermawanan
+ Perbesar kerugian -
Perkecil keuntungan
-
- 3
Pujian + Perbesar pujian
- Perkecil kecaman
- -
4 Kerendahhatian
+ Perbesar kecaman -
Perkecil pujian
-
- 5
Kesepakatan + Perbesar persesuaian
- Perkecil
ketidaksesuaian 6
Kesimpatian + Perbesar simpati
- Perkecil antipati
Diambil dari sumber Leech, terjemahan Oka, 1993 Dari tabel tersebut dapat dilihat pada empat maksim pertama berpasangan,
yaitu maksim kearifan dengan maksim kedermawanan dan maksim pujian dengan maksim kerendahhatian. Hal tersebut disebabkan maksim-maksim ini melibatkan
skala-skala berkutub dua: skala untung-rugi dan skala pujian dan kecaman. Dua maksim lainnya melibatkan skala-skala yang hanya satu kutubnya, yaitu skala
kesepakatan dan skala simpati. Walaupun antara skala yang satu dengan yang lain ada kaitannya, setiap maksim berbeda dengan jelas, karena setiap maksim
mengacu pada sebuah skala penilaian yang berbeda dengan skala penilaian maksim-maksim lainnya Leech, terjemahan Oka, 1993: 207-208.