Pengaruh konsentrasi dan hidrolisis VCO terhadap aktivitas

Antimikroba suatu bahan uji disebut “aktif dan sangat aktif” jika memilki zona hambat lebih besar dari 11 mm, “aktif sedang” dengan zona hambat 6 - 11 mm, sedangkan “tidak aktif” bila zona hambat lebih kecil dari 6 mm Nurliana, dkk., 2009. Aktivitas antibakteri EABP terlihat lebih besar dibandingkan HVCO dan VCOT, efektif terhadap bakteri Gram positif maupun negatif. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa secara umum VCOT tidak aktif sebagai antibakteri, namun akan berubah menjadi aktif jika dilakukan hidrolisis HVCO. Selain itu, dilihat juga bahwa EABP memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar dibandingkan dengan HVCO dan VCOT. HVCO lebih aktif terhadap Gram positif, namun EABP aktif terhadap kedua Gram bakteri. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan aktivitas antibakteri yang sejajar dengan kenaikan konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi, artinya semakin banyak terdapat senyawa antibakterinya sehingga akan meningkatkan aktivitas yang ditandai dengan kenaikan zona hambat.

4.5.1 Pengaruh konsentrasi dan hidrolisis VCO terhadap aktivitas

antibakteri VCOT dalam penelitian ini juga memiliki aktivitas antibakteri, walau disebut sedang zona 6 - 11 mm yang baru terlihat pada konsentrasi 50 terhadap Gram positif: Bacillus cereus ATCC 14579, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan konsentrasi 75 terhadap Gram negatif: Escherichia coli ATCC 8939, Salmonella thypi ATCC 00786, Shigella dysenteriae ATCC 13313, dan Vibrio cholera ATCC 39315. Dengan kata lain, aktivitas VCOT sedikit lebih aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan Gram negatif. Sifat antibakteri VCO diduga karena kandungan asam lemak bebasnya rantai sedang dan derivatnya monogliserida. Asam lemak jenuh rantai sedang Universitas Sumatera Utara dan turunannya dapat mengganggu lipid membran suatu mikroorganisme Enig, 2010; Desbois dan Smith, 2009; Lieberman, et al., 2006; Bergsson, et al., 2001. Menurut Permata 2012, aktivitas antibakteri VCOT tidak efektif, sedangkan Ginting 2008, Loung, dkk. 2014, dan Elysa, dkk. 2014 menyebutkan hal yang berbeda. Pengujian VCOT dalam penelitian ini masih menunjukkan aktivitas antibakteri, walau nilainya kecil. Selain itu, bilangan asamnya 0,43 ± 0,05 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa walau tanpa hidrolisis, VCO yang digunakan masih memiliki asam lemak bebas. Dengan demikian aktivitas antibakteri VCOT diduga oleh adanya asam lemak bebas tersebut. Berdasarkan sifat biologinya, bakteri juga menghasilkan enzim dalam sel untuk keperluan dan pertahanannya. Menurut Madigan, et al. 2009, enzim bakteri tersebut bisa dihasilkan di luar maupun di dalam sel. Fungsi enzim ini bisa untuk memecah makromolekul menjadi nutrisi bakteri. Pengeluaran eksoenzim hidrolisis pada bakteri Gram positif langsung ke lingkungan luar sel, sedangkan pada Gram negatif eksoenzim dikeluarkan ke dalam rongga periplasma ruangan antara peptidoglikan dan selaput luar dinding sel Madigan, et al. 2009. Perbedaan eksoenzim ini, didukung dengan hasil penelitian ini, dimana aktivitas antibakteri bahan uji secara umum lebih aktif pada bakteri Gram positif dibandingkan Gram negatif. Aktivitas antibakteri HVCO lebih aktif daripada VCOT. Zona hambat pada pengujian HVCO lebih besar. Misalnya terhadap Gram positif, Bacillus cereus ATCC 14579 zona hambat HVCO 100 13,64 ± 0,40, sedangkan VCOT 100 6,29 ± 0,56. Hal serupa juga terjadi terhadap Gram negatif, Escherichia coli ATCC 8939 dengan zona HVCO sebesar 10,98 ± 0,22 dan VCOT 7,70 ± 0,38. Universitas Sumatera Utara Zona hambat HVCO menunjukkan aktivitasnya melawan bakteri Gram positif lebih efektif daripada Gram negatif. Berdasarkan analisis Tukey HSD, tidak ada perbedaan antara zona hambat HVCO terhadap Bacillus cereus ATCC 14579 13,64 ± 0,40, Staphylococcus aureus ATCC 25923 13,94 ± 0,37 dan Shigella dysenteriae ATCC 13313 12,90 ± 0,24. Sementara persamaan lain dilihat pada zona hambat HVCO terhadap Escherichia coli ATCC 8939 10,98 ± 0,22, Salmonella thypi ATCC 00786 10,88 ± 0,46, dan Vibrio cholera ATCC 39315 11,28 ± 0,40. Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif, walau nilai zona hambatnya pada analisis Tukey HSD tidak berbeda dengan Gram positif, namun lebih besar dan mendekati nilai zona hambat bakteri Gram negatif lainnya. Dinding sel bakteri Gram negatif merupakan struktur berlapis-lapis dan kompleks, sedangkan Gram positif lebih tipis dan terdiri atas sejenis molekul penyusun dinding sel. Dinding sel kedua Gram bakteri ini dapat dipengaruhi oleh monolaurin, namun berbeda kekuatannya. Struktur dinding yang tebal pada Gram negatif, menjadikannya lebih tahan terhadap sejumlah senyawa antimikroba. Madigan, et al. 2009 menyebutkan beberapa senyawa antimikroba disimpulkan harus melewati beberapa proses transportasi dari luar sel ke dalam sel bakteri Gram negatif, untuk menghasilkan mekanisme antimikrobanya. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada Gram positif karena struktur dinding selnya yang tidak tebal, namun mekanisme nya belum jelas diketahui pada Gram positif. Proses hidrolisis enzimatik juga disimpulkan lebih baik daripada hidrolisis penyabunan Permata, 2012. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini terbukti bahwa hidrolisis suatu trigliserida VCO akan meningkatkan keefektifannya melawan mikroorganisme. Aktivitas antibakteri VCO diperankan oleh asam lemak bebas Universitas Sumatera Utara rantai sedang serta turunannya monogliserida Conrado, 2000; Kabara, et al., 1972; Enig, 2010; Desbois dan Smith, 2009, Lieberman, et al., 2006; Bergsson, et al., 2001. Senyawa utama yang disebutkan adalah asam laurat dan lebih aktif dalam bentuk monogliserida monolaurin. Hidrolisis trigliserida akan meningkatkan aktivitas antibakteri VCO karena dihasilkan monolaurin.

4.5.2 Pengaruh konsentrasi EABP terhadap aktivitas antibakteri

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus L. Strain DDW) yang Diinduksi Alloxan

6 122 85

Uji efektivitas larutan bawang putih (allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri propionibacterium acnes secara in vitro

5 55 63

Aktivitas Antibakteri Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Terhadap Beberapa Bakteri In Vitro.

0 0 9

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK AIR DAN ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP BAKTERI GRAM NEGATIF DAN GRAM POSITIF.

0 0 9

Uji Aktivitas Antibakteri Kitosan, Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dan Kombinasinya Terhadap Salmonella thypi dan Lactobacillus plantarum

0 1 14

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 57

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare dan Penyebabnya - Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 7

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 20