Kegunaan bawang putih Aktivitas antibakteri bawang putih

asam lemak, glikolipid, fosfolipid dan asam amino essensial, telah dipelajari selama lebih dari beberapa dekade ini Fenwick dan Hanley, 1985. Baru-baru ini, perhatian khusus telah diberikan kepada steroid saponin tertentu dan sapogenin seperti β-klorogenin. Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya aktivitas biologis dan farmakologis seperti antijamur, antibakteri, antitumor, antiinflamasi, antitrombotik dan sifat hipokolesterolemia Matsuura, 2001; Lanzotti, 2006. Karena β-klorogenin adalah zat yang tersedia in vivo dan terdeteksi dalam darah, hal ini menunjukkan bahwa β-klorogenin mungkin merupakan senyawa bioaktif dalam bawang putih. Karakteristik kandungan kimia lain bawang putih termasuk allicin dan senyawa selenium organik. Selain fakta tentang senyawa yang disebutkan di atas berkontribusi dalam sebagian bioaktivitas bawang putih, bukti dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa fungsi biologis dan medis bawang putih terutama karena kandungan tinggi senyawa belerang organik Augusti dan Mathew, 1973; Wargovich, et al., 1988. Senyawa ini diduga bekerja secara sinergis dengan senyawa lain seperti senyawa selenium organik.

2.4.2 Kegunaan bawang putih

Meskipun banyak sekali efek terapi bawang putih telah dikembangkan dan diketahui, sebagian besar senyawa kimia yang menghasilkan efek tersebut masih kurang dimengerti. Bawang putih merupakan sumber utama dari senyawa yang mengandung sulfur, khususnya S-alk-enyl-L-cysteine sulphoxides Cs yang utama yaitu alliin. Dengan menghancurkan bawang putih, akan dihasilkan beberapa senyawa sulfur organik yang dipercaya memiliki aktivitas biologis. Senyawa-senyawa ini memberikan bawang putih bau dan rasa yang khas, serta Universitas Sumatera Utara sebagian dari sifat biologisnya. Pengaruh bawang putih pada penyakit kardiovaskular, termasuk hipokolesterolemia, antihipertensi, antitrombotik, dan aktivitas antihiperglikemia adalah salah satu manfaat yang paling ekstensif diteliti. Asupan bawang putih juga telah dijelaskan untuk mengurangi resiko dalam perkembangan beberapa jenis kanker, terutama pada saluran pencernaan usus dan lambung. Bioaktivitas yang lain yang sebelumnya dijelaskan dalam bawang putih termasuk antimikroba, antioksidan, antiasma, imunomodulator dan efek prebiotik Cobas, et al., 2010. Bawang putih biasanya dimakan langsung tanpa kulit ataupun dimasak dan beberapa suplemen termasuk yang dikeringkan atau serbuk, minyak dan ekstrak cair. Kandungan kimia suplemen bawang putih berbeda tergantung bentuk sediaan dan preparasinya. Suplemen tunggal bawang putih diklaim bisa mengatasi sejumlah aktivitas biologis seperti terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Ringkasan efek bawang putih dalam meningkatkan kesehatan Cobas, et al., 2010. antikarsinogenik dan antimutagenik antimikroba antiprotozoa, antijamur, antibakteri, antivirus immunomodulator efek yg berkaitan dengan peny kardiovaskular hipolipidemik, hipokolesterolemik, antihipertensi, antidiabetes, antitrobotik, antihiperhomosisteinemia efek lain prebiotik, mengurangi efek samping obat dan bahan kimia lain Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Aktivitas antibakteri bawang putih

Dalam pengobatan tradisional, bawang putih telah dikaitkan dengan pengobatan virus, infeksi bakteri, jamur, dan. Saat ini, sifat antimikrobanya telah menjadi fokus dari beberapa studi terbaru Bawang putih telah digunakan selama berabad-abad oleh berbagai suku bangsa untuk melawan infeksi penyakit. Louis Pasteur 1858 dan Lehmann 1930 memberikan bukti ilmiah modern pertama pada obat penggunaan yang antibakteri ekstrak bawang putih. Baru-baru ini, sejumlah penelitian telah membuktikan bawang putih efektivitas untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, Gram negatif dan mikroba penghasil toksin lainnya. . Hal tersebut jelas terlihat dari karakteristik kandungan senyawa sulfurnya yang memiliki efek terapi dan senyawa turunan allicin yang bertanggung jawab atas sifat antimikrobanya Rose, et al., 2005. Bagaimanapun juga, beberapa protein, saponin dan senyawa fenol juga dapat berkontribusi terhadap aktivitas tersebut Griffiths, et al., 2002. Oleh karena aktivitas antimikrobanya yang cukup baik, bawang putih dapat digunakan sebagai bahan alami untuk mengontrol pertumbuhan mikroba Cobas, et al., 2010; Pszczola, 2002. Aktivitas antibakteri bawang putih secara luas dikaitkan dengan senyawa allicin. Hal ini didukung oleh penemuan bahwa jika ekstrak bawang putih disimpan pada suhu kamar efektivitas antibakteri menjadi berkurang Harris, et al., 2001. Turunan senyawa sulfur organik seperti DAS, DADS, dan ajoene Naganawa, et al.,1996 yang diisolasi dari maserat minyak bawang putih bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakterinya. Beberapa penelitian tentang aktivitas antimikroba bawang putih dapat dilihat pada Tabel 2.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Hasil penelitian mengenai sifat antimikroba bawang putih N o Sampel Bahan Uji C Bakteri Gram negatif Bakteri Gram positif Referensi Shigella sp. Salmonella sp. E. coli M.tuberculosis S. aureus Bacillus cereus Lactobacillus acidophilus 1 Ekstrak kasar bawang putih 1,120 mgml 15 14 a 14 a a a 2 Ekstrak kasar bawang putih 106,7 mgml 19 a 18 a b 3,2 b 11,8 b 3 Bawang putih kering dalam susu 0,3 1 hari: 22x10 15 hari: 8x10 10 c c 10 c 4 Bawang putih kering dalam yoghurt 0,3 1 hari: 6x10 15 hari: 8x10 10 c 10 c 5 Ekstrak air bawang putih suhu 40 o 3,75 mgml C 1,2 a 1,5 1,2 a a d 6 Ekstrak air 4 vv 63 d e 7 Minyak bawang putih 2,75 2,75-5,5 b 0,68 b b 0,08 b f 8 Serbuk bawang putih 6,25-12,5 6,25-12,5 b 12,5 b b Keterangan: a Zona hambat mm, b MIC Minimum Inhibitory Concentration mgml, c Jumlah koloni cfu, d a Eja, et al., 2007, b Eja, et al., 2011, c Marhamatizadeh, et al., 2012, d Ranjan, et al., 2001, e Gupta, et al., 2010, persen inhibisi f Ross, et al., 2001 Universitas Sumatera Utara Efek antibakteri bawang putih dihasilkan akibat reaksi pertukaran antara senyawa sulfur tersebut dengan gugus thiol bebas dari enzim bakteri seperti alkohol dehidrogenase, tioredoksin reduktase, tripsin, protease lainnya dan RNA serta DNA polimerase yang diperlukan untuk replikasi kromosom bakteri. Perpecahan ini mempengaruhi metabolisme sel dan menghambat pertumbuhan bakteri Jonkers, et al., 1999; Bakri dan Douglas, 2005. Bawang putih juga mempunyai kandungan yaitu saponin dan flavonoid, di samping allicin yang sama-sama berfungsi sebagai antibakteri Griffiths, et al., 2002. Saponin adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga bersifat seperti sabun Robinson, 1995 dan mempunyai kemampuan antibakterial. Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis Sumthong dan Verpporte, 2012. Menurut Volk dan Weller 1989, saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran kuman. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein. Akibatnya aktifitas metabolisme sel bakteri dapat terhenti, karena semua aktivitas metabolisme bakteri dikatalis oleh enzim merupakan protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri. Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui penghambatan sintesis dinding sel bakteri Robinson, 1995. Universitas Sumatera Utara Bakteri galur Staphylococcus aureus Chowdhury, et al. 1991 juga melakukan penelitian tentang kemampuan bawang putih untuk menghambat galur bakteri yang telah resisten dengan antibiotik. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih efektif secara in vitro melawan Shigella dysenteriae, S. flexneri, S. sonnei dan E. coli dengan kosentrasi hambat minim umnya adalah 5μlml ekstrak. serta bakteri lain seperti Vibrio cholerae, Pseudomonas, Proteus vulgaris, Klebsiella pneumoniae, Salmonella entereditis bakteri yang menyebabkan keracunan makanan, Mycobacterium, Clostridium dan Micrococcus, secara efektif dapat dihambat oleh bawang putih segar, serbuk kering serta minyak bawang putih. Bawang putih juga telah menunjukkan adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus meliputi B. typhosus, B. dysenteriae, B. enteriditis, B. subtilis, B. megaterium, B. pumitus, B. mycoides, dan B. thurigiensis, Sarcina lutea, Serratiamarcescens dan Escherihia coli yang memproduksi toksin secara umum Cavallito dan Bailley, 1944; Johnson dan Vaughn, 1969; Delaha dan Garagusi, 1985; Tsao, et al., 2003. Aktivitas in vivo yang menjanjikan juga ditunjukkan untuk melawan S. fleksineri yang telah resisten terhadap obat. Selain itu, beberapa peneliti telah menggunakan galur bakteri yang telah mengalami resisten ganda untuk menyelidiki potensi antibakteri dari bawang putih. Mereka menemukan bahwa bawang putih lebih efektif jika dibandingkan dengan antibiotik penisilin, ampisilin, doksisiklin, streptomisin, dan sefaleksin yang diujikan kepada bakteri Staphylococcus, Escherichia, Proteus, Pseudomonas dan Klibsiella Bakri dan Douglas, 2005; Lai dan Roy, 2004. Selain itu, DAS dan DADS telah menunjukkan agen terapeutik yang lebih poten dalam penanganan infeksi yang Universitas Sumatera Utara diakibatkan oleh S. aereus yang telah resisten dengan metisilin Tsao dan Yin, 2001; Tsao, et al., 2003 dan allicin telah menunjukkan efek bakteriostatik pada bakteri enterococci yang resisten terhadap vankomisin. Daya hambat yang sinergis juga dapat diamati ketika menggunakan kombinasinya dengan vankomisin Jonkers, et al., 1999. Selain itu, telah dilaporkan bahwa ekstrak bawang putih menghambat pertumbuhan dari patogen yang ada di mulut, yaitu Streptococcus mutans, S. sobrinus, Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia Gram positif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap karies gigi dan periodentitis dewasa, Bakri dan Douglas, 2005; Groppo, et al., 2007. Penelitian lainnya juga melaporkan bahwa bawang putih menghambat secara berbeda antara flora usus yang menguntungkan dengan bakteri usus yang berbahaya Rees, et al., 1993. Daya hambat bawang putih 10 kali lebih efektif terhadap E. Coli daripada Lactobacillus casei Skyme, 1997. Sifat ini kurang jelas, namun dapat dijelaskan berdasarkan perbedaaan sensitifitas enterobakteria terhadap allicin karena perbedaan komposisi dan peningkatan permeabilitas terhadap allicin dari masing-masing membrannya Miron, et al., 2000. Aktivitas antibakteri bawang putih juga dipengaruhi oleh pelarut untuk mengekstraksinya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa aktivitas antibakteri bawang putih jika ekstraksi menggunakan akuades akan lebih baik daripada menggunakan metanol dan etanol Saravanan, et al., 2010; Mukhtar dan Ghori, 2012; Safithri, et al., 2011. Efek sinergisme ekstrak air bawang putih dengan siprofloksasin dinyatakan oleh Al-Abdeen dan Al-Salihi 2013 terhadap beberapa isolat E.coli, dimana metode pengujian in vitro yang dilakukan dengan menggunakan difusi Universitas Sumatera Utara agar. Namun efek tersebut tidak ada pada kombinasi dengan ampisilin. Efek sinergisme oleh allicin melawan M. tuberculosis ditemukan pada kombinasinya dengan antibiotik seperti streptomisin dan kloramfenikol Gupta dan Visanathan, 1955. Aspek menarik dari aktivitas allicin adalah dengan ketidakstabilannya, membuat suatu mikroorganisme sulit untuk membentuk mekanisme resistensinya. Eja, et al. 2011 menyatakan bahwa efek sinergis atau adiktif dari bawang putih dan antibiotik konvensional terhadap beberapa galur bakteri yang resisten, memberikan harapan baru untuk penelitian selanjutnya. Aktivitas antimikroba bawang putih zona hambat 19 mm meningkat setelah dikombinasi dengan ampisilin terhadap Escherichia coli zona hambat menjadi 21 mm dan Staphylococcus aureus zona hambat 23 mm. Namun peningkatan aktivitas tersebut tidak terjadi ketika digabung dengan Gongronema latifolium.

2.5 Minyak Kelapa Murni

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus L. Strain DDW) yang Diinduksi Alloxan

6 122 85

Uji efektivitas larutan bawang putih (allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri propionibacterium acnes secara in vitro

5 55 63

Aktivitas Antibakteri Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Terhadap Beberapa Bakteri In Vitro.

0 0 9

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK AIR DAN ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP BAKTERI GRAM NEGATIF DAN GRAM POSITIF.

0 0 9

Uji Aktivitas Antibakteri Kitosan, Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dan Kombinasinya Terhadap Salmonella thypi dan Lactobacillus plantarum

0 1 14

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 57

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare dan Penyebabnya - Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 7

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

0 0 20