Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu lembaga atau institusi, didalam sekolah terdapat sebuah seksi atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut Bimbingan Penyuluhan atau guru BP. Guru BP disebut juga Konselor Pendidikan. Konselor Pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan. Konselor Pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-Undang tentang Guru dan Dosen. Konselor pendidikan semula disebut Guru Bimbingan dan Penyuluhan Guru BP. Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling BK. Dintinjau dari fungsinya, guru BP adalah guru pendamping wali kelas dalam membimbing dan mendidik para siswa titipan orangtua. Bila kerjasama antara guru BP, walikelas, dan orangtua murid ini terjalin dengan baik, sudah dapat dipastikan akan berdampak positif dan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan semua pihak. Tapi pada kenyataannya untuk mencapai tahap yang terbaik itu selalu ada kendala. Kendalanya bisa dari berbagai faktor, bisa dari pihak guru sekolah, bisa juga dari para orangtua murid. Universitas Sumatera Utara Yang sangat disesalkan tentu saja bila kendala itu justru muncul dari orang yang dianggap berkompeten dalam menyelesaikan masalah-masalah siswa. Salah satu masalah yang tidak mustahil muncul ke permukaan sebagai hambatan adalah kapasitas guru BP yang dipertanyakan dan diragukan. Hal ini bisa terjadi bila latar belakang pendidikan guru BP tersebut bukan dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, sehingga dalam menangani masalah para siswanya terkesan serampangan, tidak bersifat edukatif, serta mengabaikan sisi psikologis siswa. Kalaupun dia berhasil menuntaskan sebuah masalah yang menimpa siswa, biasanya memunculkan masalah baru, seperti timbulnya kekecewaan dan antipati siswa pada pihah sekolah dikarenakan penanganan kasusnya tidak tepat. Namun demikian, bukan jaminan pula bahwa guru BP yang benar-benar berlatar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesinya selalu menjujung tinggi profesonalisme. Keprofesionalan seseorang berkaitan erat dengan personality atau kepribadiannya. Bila seorang guru BP berniat serius menekuni bidangnya demi mencapai profesionalitas, latar belakang yang pernah ia tekuni bukan lagi sebuah jaminan mampu tidaknya dia menjalani profesi tersebut, sebab di lapanganlah sesungguhnya ilmu-ilmu yang tidak pernah diajarkan dibangku kuliah bermunculan. Dilapanganlah guru BP bisa bereksperimen dengan menerapkan ilmu yang kita miliki dipadukan dengan pengalaman-pengalaman sebagai guru terbaik kita. Seyogyanya seorang guru BP mengerti dam memahami seluk beluk psikologi pendidikan maupun bimbingan dan konseling, sehingga dalam menangani kasus- kasus siswa, tidak sepenuhnya mengandalkan selera dalam hal ini pendapatnya sendiri dengan mengabaikan aspek psikologi para siswa. Dan semestinya pula guru BP memahami betul kedudukannya dalam struktur keegawaian di tempat dimana Universitas Sumatera Utara bertugas. Bila seorang guru BP menganggap bahwa posisinya dalam struktur organisasi di instansi tempat bertugas berada diatas para wali kelas, adalah keliru. Guru BP posisinya sejajar atau setahap dengan wali kelas. Dengan begitu guru BP tidak hnya duduk-duduk saja menunggu laporan dan pengaduan kasus dari wali kelas.Guru BP tidak berhak memerintah wali kelas untuk mengadakan kunjungan rumah home visit sementara dia sendiri tidak berminat melibatkan diri lebih jauh pada masalah-masalah siswa yang dibimbingnya. Adalah sebuah kekeliruan pula bila seorang guru BP hanya duduk dibelakang meja, mengisis buku-buku pribadi siswa, lalu setelah itu pulang ke rumah masing-masing. Biasanya beliau baru mengetahui masalah-masalah yang muncul di lapangan ketika mendapat laporan dari wali kelas. Ironisnya lagi bila sebuah kasus muncuk ke permukaan, tindakan pertama yang dilakukan adalah menyalahkan wali kelas dan orang tua, tanpa menyelidiki sudah sampai dimana usaha wali kelas dan orang tua dalam menyelesaikan masalah anak tersebut. Tindakan yang kurang tepat pula bila dengan entengnya mengatakan bahwa masalah yang sedang dihadapi siswa tersebut diakibatkan oleh kesalahan orang tua semata yang kurang memperhatikan anaknya, serta berpendapat bahwa kunjungan rumah yang dilakukan oleh wali kelas harus lebih dari sekali. Statemen-statemen seperti itu sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, malah jadi bumerang bagi guru BP. Dengan sikap guru BP yang demikian arogan, wali kelas dan orang tua siswa akan sungkan bekerja sama dengan guru BP. Guru BP harus proaktif, bersama-sama dengan wali kelas membimbing parasiswa dengan intens dan berkelanjutan. Guru BP harus mampu menyelami kepribadian setiap siswa yang dibimbingnya, karena itu memang tugas guru BP yang sebenarnya. Oleh karena itu guru BP harus mau dan sering masuk ke kelas dimana Universitas Sumatera Utara para siswa membutuhkan bimbingannya. Pada dasarnya para siswa butuh bimbingannya setiap saat. Hendaknya dia memonitor kegiatan belajar mengajar setiap hari, sehingga bila ada guru mata pelajaran yang berhalangan hadir disatu kelas, guru BP bisa menggantikan guru tersebut masuk ke kelas itu dalam rangka pendekatan terhadap siswa-siswanya. Oleh karena itu, sama seperti para wali kelas dan guru mata pelajaran, guru BP pun harus mau belajar lagi, baik belajar dari pengalaman- pengalaman selama bertugas, maupun belajar dari buku-buku dan referensi-referensi yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Setiap guru BP dimasing-masing sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya, termasuk guru BP di SMK Negeri 7 Medan terdiri dari seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan Akuntansi, meskipun berlatar belakang berbeda dengan bidang yang digelutinya beliau tidak memiliki masalah dengan berkomunikasi antarpribadi dengan siswa secara tatap muka. Memberikan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah atau tidak merupakan salah satu tugas guru BP disekolah. Penyuluhan atau yang lebih dikenal dengan konseling memiliki tujuan untuk menghadapi masalah atau memecahkan masalah. Sekolah SMK Negeri 7 Medan merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan unggulan yang ada di Medan. Terbukti dengan beberapa prestasi yang pernah dicapai yaitu juara I Kompetesi Akuntasi tingkat pelajar sekolah menengah atas se-Sumatera Utara sejak tahun 2000 – 2003, juara II Debat Bahasa Inggris se- kotamadya Medan tahun 2003, juara I Bintang Pelajar 2008 Kontes Bintang Pelajar Sumut ke-3 2008 dan juara I Bintang Pelajar Pilihan Pooling Sms Kontes Bintang Pelajar Sumut ke-3 2008 di Tiara Convention Center Medan dan beberapa prestasi lainnya. Ada lima jurusan di sekolah ini yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Universitas Sumatera Utara Pemasaran, Usaha Jasa Pariwisata dan Akomodasi Perhotelan. Sekolah ini berdekatan dengan beberapa sekolah lain seperti SMK Swasta PGRI 8 Medan, SLTP Negeri 36 Medan, SMK Negeri 2 Medan, SMK Swasta Karya Agung dan SMK Swasta Multi Karya. Guru BP harus bisa mendengarkan keluhan atau alasan siswa melanggar peraturan sekolah bukan saja didengarkan oleh siswa. Dengan tujuan agar ditemukan solusi yang tepat, tidak memihak dan baik bagi siswa itu sendiri ataupun ada pihak- pihak lain yang terkait dalam permasalahan tersebut. Guru BP bijaksana dalam mengambil segala keputusan dan memiliki hubungan interaksi dengan orang lain. Guru BP di SMK Negeri 7 Medan ini sudah menduduki jabatan sebagai guru Bimbingan Penyuluhan selama lebih dari 10 tahun. Maka dari itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru BP terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 7 Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepemimpinan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Keberhasilan Kepemimpinan Hotel Emeral Garden Medan)

0 37 110

Komunikasi Antar Budaya dan interaksi Antar Etnis (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Antar Budaya Dalam Menciptakan Interaski Antar Etnis di Kalangan Mahasiswa Asing USU).

6 60 140

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Penyuluhan Dengan Siswa Dalam Mengurangi Tingkat Kenakalan Remaja Di Smk Bunda Kandung Jakarta

0 21 119

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

0 3 16

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

1 4 13

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Keluarga Dengan Motivasi Belajar Anak Di Sekolah.

0 2 14

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 0 6

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 1 12