Kualitas Pelayanan Pembuatan IMB di BPMPPT
Pelayanan prima pun akan lebih maksimal apabila pegawai memakai pakaian yang rapi dan sopan.
Senada dengan pernyataan Pak Fresty, Pak Agus selaku kasi IMB pada wawancara dengan peneliti tanggal 15 Juni
2016 menyatakan: Ya jelas mbak hal itu sangat mempengaruhi, karena
bagaimanapun penampilan pegawai harus selalu rapi dalam melayani pengguna layanan.
Penampilan pegawai menjadi salah satu hal yang
penting bagi baik tidaknya suatu pelayanan. Pak Zulvan sebagai salah satu pengguna pelayanan IMB pada wawancara
dengan peneliti tanggal 1 Juni 2016 mengenai bagaimana penampilan pegawai disana, yaitu:
Penampilan mereka terlihat rapi dan sopan. Ya sudah seharusnya juga kan mbak kalau pegawai itu harus
pakai baju rapi, seperti misal baju dinas atau baju kantor.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan penampilan pegawai di BPMPPT Kabupaten Wonosobo sudah
terlihat baik dan sopan ditambah dengan peraturan seragam khusus untuk pegawai akan menambah kepercayaan diri bagi
pegawai. Hal ini membuktikan bahwa penampilan pegawai yang baik mempengaruhi kualitas pelayanan.
b Kenyamanan tempat melakukan pelayanan
Kenyamanan dalam menerima pelayanan bisa berupa sarana prasarana yang ada, bagaimana keadaan ruangan disana,
apakah tempat parkir memadai, serta bagaimana kondisi fisik bangunan disana.
Sesuai dengan data sarana dan prasarana pelayanan dalam Profil Pelayanan Umum BPMPPT tahun 2015, sarana
yang diperuntukkan bagi pelanggan atau masyarakat berupa ruang pelayanan umum yang didalamnya terdapat meja, kursi,
papan jenis layanan, tempat surat kabar, jadwal pelayanan, papan pengumuman, telepon, dan rak arsip. Kemudian sarana
dan prasarana untuk penunjang kinerja pegawai, yaitu berupa satu komputer dan mesin ketik untuk tiap seksi-seksi, meja
kursi karyawanpegawai, ruang tunggu, papan informasi, buku administrasi dan alat tulis.
Hal ini senada pada wawancara peneliti dengan Pak Fresty pada tanggal 30 Mei 2016, beliau mengatakan:
Untuk sarana prasarana yang ada sementara ini sudah cukup, tetapi masih ada dan harus lebih kami tingkatkan
lagi pelayanan yang berbasis teknologi. Untuk sementara sarana yang ada sudah mencukupi dan dapat
dimaksimalkan sebaik mungkin. Sarana prasarana yang ada tentunya berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pegawai. Karena bagaimanapun juga, sarana prasarana yang memadai
akan mendatangkan kenyamanan bagi masyarakat selaku pengguna layanan.
Pak Fresty sebagai pegawai IMB pada wawancara dengan peneliti tanggal 30 Mei 2016, menyatakan mengenai
kenyamanan tempat dapat mempengaruhi suatu kualitas pelayanan:
Kenyamanan suatu
tempat pelayanan
sangat mempengaruhi, karena apabila suatu ruangan pelayanan
tidak dibuat senyaman mungkin maka pemohon izin segan untuk menunggu disana.
Kenyamanan tempat dalam pelayanan akan membuat
pengguna layanan merasa betah ataupun nyaman, sehingga pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini
diungkapkan oleh Pak Zulvan pada wawancara dengan peneliti tanggal 1 Juni 2016, beliau mengatakan:
Untuk nyaman atau tidaknya lingkungan tempat pelayanan disana, kalau dibilang nyaman sih begini ya
mbak, kalau yang di dalam ruangan memang termasuk nyaman sudah ada kursi panjang untuk menunggu, ada
AC nya juga. Akan tetapi kalau untuk tempat parkir lahannya lumayan sempit jadi saya agak susah untuk
parkir.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti, di ruang BPMPPT
mengenai sarana dan prasarana yang ada untuk pelayanan umum sudah cukup baik, hanya sebagian saja yang perlu untuk
diperbaiki. Jadi dari hal diatas dapat dikatakan bahwa sarana yang ada di BPMPPT Kabupaten Wonosobo sudah disediakan
untuk melayani kebutuhan pengguna layanan. Dari sarana prasarana yang memadai tersebut menghasilkan kenyamanan
bagi pengguna layanan disana. c
Kemudahan dalam proses pelayanan Dalam
proses pelayanan,
pengguna layanan
menginginkan proses pelayanan tersebut berjalan baik dan lancar. Pelayanan yang baik dan lancar berjalan beriringan
dengan kemudahan proses pelayanan yang diberikan oleh pegawai kepada pengguna layanan.
Untuk indikator
ini apabila
ada pengguna
layananpemohon yang tidak bisa mengisi dikarenakan merasa kesulitan, maka pegawai akan senantiasa membantu. Dalam
wawancara peneliti dengan Pak Fresty pada tanggal 30 Mei 2016 mengungkapkan bahwa:
Semisal pemohon tidak bisa mengisi formulir kan bisa kami permudah dengan mengisikan formulir ataupun
mendekte. Sedangkan dalam wawancara peneliti dengan Pak Ary
pada tanggal 15 Juli 2016, beliau mengatakan: Menurut saya, dari sana sudah memberikan kemudahan
pada proses pelayanan yang saya ajukan dulu mbak. Jadi disana kan saya tinggal ngasih berkas aja yang
harus dilengkapi apa aja, nah dari sana nya baru ngurus itu berkas sampai nanti hasilnya IMB jadi. Jadi ya saya
rasa dimudahkan dalam mengurus IMB ini. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa
kemudahan dalam proses pelayanan bisa diartikan bahwa pelayanan tersebut sudah dibuat sesederhana mungkin agar
pengguna layanan tidak merasa kesulitan. Kalaupun ada pengguna layanan yang merasa kesulitan, dari pihak BPMPPT
siap membantu memudahkan pelayanan tersebut. d
Kedisiplinan pegawai dalam melayani pengguna layanan. Kedisiplinan merupakan suatu keharusan bagi instansi
pemerintah yang menyangkut kepentingan publik, karena kedisiplinan pegawai merupakan hal yang sangat diutamakan
karena akan mempengaruhi kinerja pegawai serta kualitas pelayanan. kedisiplinan pegawai dapat berupa disiplin masuk
jam kerja, ataupun disiplin dalam proses pelayanan. Jadwal masuk kerja bagi pegawai di BPMPPT
Kabupaten Wonosobo yaitu pada pukul 08.00 pagi, seperti yang terlihat bahwa pada pukul 08.00 pagi pegawai sudah ada
dan sudah standby di meja kantor masing-masing. Dalam wawancara peneliti dengan Pak Fresty pada tanggal 30 Mei
2016, beliau mengungkapkan: Kedisiplinan
pegawai sangat
penting bagi
keberlangsungan suatu pelayanan. Kedisiplinan pegawai dalam melakukan pelayanan akan
berimbas pada kepuasan pengguna layanan. Kedisiplinan pegawai di IMB menurut Pak Ary dalam wawancara dengan
peneliti pada tanggal 15 Juli 2016, yaitu:
Baik mbak, setiap saya datang kesana pagi ataupun siang pasti di loket pelayanan selalu ada pegawainya
mbak. Jadi menurut saya loket pelayanan disana ngga pernah ada loket tanpa pegawai pada jam kerja.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, bahwa kedisiplinan pegawai di BPMPPT sudah termasuk baik. Hal ini dikarenakan
pegawai disana sebagian besar sudah masuk kerja pada waktunya, sehingga loket pelayanan disana jarang kosong
tanpa adanya pegawai. e
Kemudahan akses dalam pelayanan Kemudahan akses pelayanan di BPMPPT Kabupaten
Wonosobo saat ini terlihat dari adanya loket antrian dan ruang tunggu serta beberapa pegawai di meja duduknya masing-
masing yang mana di setiap meja tertulis jenis-jenis tugas masing-masing pegawai. Contohnya yaitu untuk pendaftaran,
sudah tertera diatas meja. Sedangkan untuk pelayaanan selanjutnya maka pegawai akan mengarahkan pengguna
layanan untuk melakukan proses izin selanjutnya. Untuk kemudahan akses apakah lokasi BPMPPT
Kabupaten Wonosobo mudah dijangkau ataupun tidak, Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei
2016, mengungkapkan bahwa: BPMPPT bisa diakses di beberapa wilayah yang
termasuk ke dalam lingkungan kecamatan kota dan
sekitarnya. IMB dilimpahkan sebagian ke tiap kecamatan yang ada di wonosobo.
Sedangkan menurut Pak Agus dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juni 2016, beliau mengatakan
bahwa: Lokasi BPMPPT Kabupaten Wonosobo mudah diakses
karena posisinya strategis yakni di dekat alun-alun pusat kota.
Menurut Pak Ary dalam wawancara dengan peneliti
pada tanggal 15 Juli 2016 mengenai lokasi BPMPPT yang mudah diakses atau tidak oleh masyarakat selaku pengguna
layanan, beliau mengatakan: Mudah sekali, letaknya di pusat kota mbak jadi
gampang aja kalau mau kesana. Saya aja dulu ngga tahu tempatnya sama sekali, tapi bisa dengan mudah nemuin
lokasi tempatnya. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, bisa dikatakan bahwa lokasi BPMPPT Kabupaten Wonosobo termasuk ke dalam
lokasi strategis dimana dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat selaku pengguna layanan. Hal ini dikarenakan
lokasi BPMPPT terletak di pusat kota, di sebelah barat alun- alun Kabupaten Wonosobo. Selain itu ada juga plang penunjuk
arah ke BPMPPT yang tersebar di beberapa sudut kota sehingga memudahkan pengguna layanan untuk datang kesana.
f Penggunaan alat bantu dalam pelayanan
Penggunaan alat bantu dalam pelayanan yang ada di BPMPPT Kabupaten Wonosobo saat ini yaitu masih
menggunakan manual dan sudah menggunakan komputer. Pada wawancara Pak Fresty dengan peneliti tanggal 30 Mei 2016,
beliau mengungkapkan: Proses pelayanan masih dilakukan secara manual,
paling ya itu ada mesin elektronik untuk antrian bagi pemohon.
Sedangkan sedikit perbedaan diungkapkan oleh Pak
Agus pada wawancara dengan peneliti tanggal 15 Juni 2016, bahwa:
Ya dari kita sudah memakai komputer, dan juga masih secara manual. Tetapi untuk loket antrian disini belum
ada mbak, karena dirasa belum dibutuhkan. Karena disini dalam satu hari saja tidak mesti ada lima lebih
orang yang datang kesini untuk mengajukan izin. Jadi saya rasa untuk saat ini mesin antrian masih belum
dibutuhkan, tetapi disini sudah disediakan kursi panjang jadi pengguna layanan bisa menunggu duduk disana.
Dan dari wawancara peneliti dengan Pak Zulvan pada
tanggal 1 Juni 2016, beliau mengatakan : Untuk alat bantu disana paling ya komputer mba setahu
saya sama nyatet dibuku itu pegawainya, kalau untuk yang lainnya saya kurang tahu.
Selain alat bantu yang digunakan oleh pegawai yaitu
secara manual maupun memakai komputer, ada hal lain yang mempunyai peran penting agar BPMPPT bisa melakukan
sosialisasi lewat dunia maya yaitu internet. Website saat ini
penting perannya sebagai jalan dalam menjembatani seseorang yang ingin mengetahui atau mengenal lebih dalam mengenai
apa itu BPMPPT, pelayanan apa saja yang ada disana, serta struktur organisasi yang ada disana, dan lain sebagainya. Pak
Zulvan dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 1 Juni 2016, mengungkapkan bahwa:
Saya rasa perlu karena sekarang kan hampir semua orang sudah melek teknologi, jadi kalau ada orang yang
ingin mencari informasi mengenai BPMPPT kan jadi dimudahkan tinggal nyari website resminya BPMPPT.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, bahwa penggunaan alat bantu di BPMPPT masih berupa manual, namun sudah
menggunakan komputer juga. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang harus dicatat manual dan juga ada yang harus
dimasukkan ke
dalam komputer.
Akan tetapi
ada ketidaksamaan pendapat antara Pak Agus selaku kasubid IMB
dengan Pak Fresty selaku pegawai IMB, yaitu mengenai adanya penggunaan mesin antrian. Berdasarkan pengamatan
peneliti, loket antrian berupa mesin elektronik sebenarnya tidak ada, jadi menurut peneliti jawaban dari Pak Agus yang benar
adanya sesuai kondisi disana. Website juga dirasa perlu dibuat untuk memudahkan masyarakat yang ingin mengetahui
BPMPPT lebih dalam, karena zaman sekarang ini semua orang sudah terbiasa mengakses internet.
2 Dimensi Reliability Kehandalan
BPMPPT Kabupaten Wonosobo memiliki pegawai yang seluruhnya berjumlah 25 orang, para pegawai memiliki latar
pendidikan yang berbeda, namun mereka bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Berikut ini data jumlah
pegawai berdasarkan tingkat pendidikannya. Tabel 1. Data jumlah pegawai BPMPPT Kabupaten Wonosobo dan
tingkat pendidikan Tahun 2016 No
Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai
Keterangan 1
S2 7
Kepala BPMPPT 2
S1 9
- 3
SMA 9
- Sumber: Buku Profil BPMPPT Kabupaten Wonosobo
Kehandalan Reliability
adalah kemampuan
untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat, akurat,
terpercaya, konsisten dan kesesuaian pelayanan. Hal ini penting demi tercapainya pelayanan yang prima. Untuk mengukur dimensi
kehandalan Reliability, dalam upaya mengetahui kualitas pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo dapat diukur
melalui indikator sebagai berikut:
a Kecermatanketelitian pegawai dalam melayani pengguna
layanan. Kecermatan dalam pelayanan bisaa dilihat pada
bagaimana pegawai dalam melayani apakah sudah teliti atau belum dalam melakukan pekerjaannya sebagai pemberi layanan
IMB. Kecermatan pegawai disana menurut Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016, beliau
menyampaikan bahwa: Ketelitian pegawai disini sudah cukup baik, karena di
bpmppt posisi pegawai kan ada bagian masing-masing yang harus dikerjakan, jadi masing-masing pegawai
bisa fokus dengan apa yang harus dikerjakan oleh mereka.
Ketelitian pegawai selain diperlukan oleh pihak
pemberi layanan itu sendiri, juga harus diberikan kepada pengguna layanan yang menerima pelayanan tersebut.
Kecermatan atau ketelitian pegawai menurut Pak Aryadi dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 3 Juni 2016,
mengungkapkan: Sudah menurut saya, mereka sudah teliti dalam
mengurus perizinan yang saya ajukan dulu itu. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa ketelitian atau kecermatan pegawai disana sudah baik.
Selama ini belum ada keluhan mengenai kecerobohan atau kesalahan pegawai dalam mengurus perizinan IMB.
b Memiliki standar pelayanan yang jelas
Para pegawai di BPMPPT melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar pelayanana. Penetapan Standar
Operating Procedure SOP pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo menjadi bagian penting dalam
tercapainya SK perizinan yang diajukan oleh pengguna layanan. Terkait keberadaan SOP di BPMPPT, Pak Fresty pada
wawancara dengan
peneliti tanggal
30 Mei
2016 mengungkapkan:
Kalau untuk SOP nya ada lah mbak, kan itu sebagai pedoman kita dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dari awal pemohon menyerahkna berkas sampai terbitnya SK izin IMB itu sudah ada aturannya
sendiri harus gimana-gimananya. Mekanisme atau dalam SOP untuk pembuatan IMB,
dimulai dari pihak pengguna layanan atau pemohon, ke loket informasi dan pendaftaran yang ada di front office lalu
pemohon mengambil
formulir, mengisi
formulir dan
melengkapi berkas persyaratan. Kemudian setelah berkas permohonan izin lengkap, dilakukan pengecekan berkas
terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan pengkajian berkas permohonan izin oleh back office, setelah disetujui maka oleh
tim pengkaji dilakukan pengkajian dan pemeriksaan lokasi dan bangunan. Setelah mendapat rekomendasi dari tim pengkaji,
maka oleh back office diizinkan dan segera dilakukan proses
penerbitan, pemeriksaan dan paraf draf SK izin. Setelah itu oleh bagian penata usahaan meregistrasi SK izin dan SKRD
dan meminta tanda tangan ke Kepala BPMPPT, kemudian oleh penata usahaan SK izin IMB tersebut melakukan penyerahan
SK izin IMB dan Penerimaan Retribusi, serta STS. Setelah menerima SK izin IMB tersebut, pemohon membayar retribusi
yang telah ditentukan dari pihak BPMPPT dan pemohon sudah resmi memiliki SK izin IMB. Kemudian untuk SK izin IMB
satunya disimpan ke bagian back office untuk pengarsipan. Dalam SOP sudah jelas dituliskan mengenai bagaimana
alur dalam mengurus perizinan khususnya IMB. Mulai dari pengumpulan berkas oleh pengguna layanan, biaya dan waktu
yang ditentukan sampai akhirnya terbit SK izin IMB. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada aturan yang jelas tentang
standar pelayanan yang ada di BPMPPT. Walaupun terdapat standar pelayanan atau SOP yang berlaku, tidak menutup
kemungkinan ada pegawai yang melanggar peraturan tersebut. Dalam wawancara peneliti dengan Pak Agus pada tanggal 15
Juni 2016, beliau menyikapi hal tersebut melalui pernyataan bahwa:
Apabila ada pegawai yang melanggar SOP maka akan diberikan sanksi teguran terlebih dahulu. Jika pegawai
tersebut melanggar lagi untuk kedua kalinya, maka akan diberikan sanksi tertulis oleh pihak BPMPPT.
Sedangkan mengenai pengetahuan pengguna layanan mengenai keberadaan SOP, menurut Pak Ary selaku pengguna
layanan dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juli 2016, mengatakan:
Jelas ada mbak, kan pasti disana ada ketentuan apa peraturan dari sananya mbak. Tapi untuk isi
peraturannya apa saja saya tidak tahu. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa BPMPPT Kabupaten Wonosobo mempunyai SOP yang
mana merupakan patokan bagi pegawai dalam mengurus pelayanan perizinan IMB.
c Kemampuan menggunakan alat bantu pelayanan
Kemampuan pegawai dalam mengoperasikan alat bantu pelayanan di BPMPPT sangat diperlukan bagi masing-masing
pegawai demi kelancaran proses pelayanan. kemampuan pegawai menurut Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti
pada tanggal 30 Mei 2016, yaitu: Semua pegawai bisa menggunakan dan memaksimalkan
alat bantu mbak, tidak ada yang bermasalah dengan hal tersebut.
Senada dengan pernyataan Pak Fresty, Pak Agus dalam
wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juni 2016, beliau mengatakan bahwa:
Rata-rata pegawai
sudah cukup
baik dalam
menggunakan alat bantu, selebihnya sudah bisa menggunakan komputer dan alat teknologi lainnya.
Menurut penuturan dari Pak Zulvan dalam wawancara
dengan peneliti pada tanggal 1 Juni 2016, beliau mengatakan: Saya lihat sudah baik, maksudnya kebanyakan saya
lihat pegawai disana bisa mengoperasikan komputer. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, bahwa sebagian besar pegawai disana sudah mampu mengoperasikan komputer
dengan baik. d
Keahlian petugas menggunakan alat bantu pelayanan Keahlian pegawai dalam mengoperasikan alat bantu
pelayanan sangat dibutuhkan bagi masing-masing pegawai, salah satunya yaitu pada pelayanan IMB. Pak Fresty dalam
wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016, mengungkapkan bahwa:
Keahlian semua pegawai dalam mengoperasikan komputer sudah baik. Sebagian besar juga sudah mahir
atau ahli dalam mengakses komputer, jadi hal ini bisa mempermudah pengurusan pembuatan IMB.
Menurut Pak Jono dalam wawancara dengan peneliti
pada tanggal 16 Juli 2016, beliau mengungkapkan mengenai keahlian pegawai di BPMPPT yaitu:
Menurut saya
keahlian mereka
baik dalam
menggunakan komputer, saya lihat juga ngga ada masalah dari pegawai dalam menggunakan komputer
tersebut.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dalam rangka melihat kualitas pelayanan sesuai dengan keandalan pegawai, maka
dapat dikatakan bahwa sejauh ini sebagian besar pegawai di BPMPPT sudah memiliki kemampuan dan keahlian dalam
mengoperasikan komputer. Kemampuan dan keahlian yang baik dalam mengoperasikan komputer mendatangkan kepuasan
pelayanan yang diterima pengguna layanan.
3 Dimensi Responsiviness Respon
Permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas sangat tergantung
pada faktor respon pegawai, yaitu bagaimana sikap dan perilaku pegawai tersebut dalam memberikan pelayanan. Kode etik dan
perilaku dalam pelayanan di lingkungan BPMPPT Kabupaten Wonosobo dijadikan acuan saat ini menjelaskan bahwa dalam
memberikan pelayanan petugaspegawai harus ramah, sopan, obyektif, berpenampilan menarik, berpedoman pada aturan, tegas,
bekerja dengan ikhlas, jujur, dan sabar. Respondaya
tanggap Responsiviness
merupakan kemampuan untuk membantu pengguna layanan dan memberikan
jasa dengan cepat atau ketanggapan serta mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh pengguna layanan. Untuk
mengukur dimensi respon Responsiviness, dalam upaya mengetahui kualitas pelayanan di BPMPPT Kabupaten Wonosobo
khususnya dalam hal pelayanan IMB dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
a Merespon setiap pelanggan
Pegawai selaku pemberi layanan harus senantiasa memberikan respon yang baik kepada pengguna layanan dalam
setiap proses pelayanan. Sikap yang baik ditunjukkan dengan senyum, sikap ramah, sopan, dan menghargai setiap pengguna
layanan. Respon atau sikap yang diberikan pegawai kepada
pengguna layanan pada pelayanan IMB , menurut Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016
beliau mengungkapkan: Respon dari kita ya pasti baik mbak. Kita selalu
berusaha semaksimal mungkin melaksanakan prinsip pelayanan yang baik, bersikap ramah sopan dan santun
kepada setiap pengguna layanan yang datang kesini. Sementara tanggapan pegawai kepada pengguna
layanan menurut Pak Jono dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 16 Juli 2016, yaitu:
Tanggapan mereka baik, begitu saya sampai disana langsung disambut ramah oleh pegawai dan berkas
yang saya bawa langsung diurus. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, bahwa respon atau
tanggapan yang diberikan oleh pegawai kepada pengguna layanan dikatakan baik. Karena dari selain dari yang
diungkapkan oleh pegawai dan pengguna layanan, peneliti pun merasakan apa yang disampaikan oleh mereka yaitu saat
peneliti masuk ke kantor langsung disambut baik dengan ramah dan sopan.
b Pelayanan dengan cepat, tepat, dan cermat
Pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat akan menghasilkan kepuasan bagi pengguna layanan. Pelayanan
yang tepat diartikan pegawai memberikan layanan sesuai dengan
keperluan pengguna
layanan sehingga
dapat menghemat waktu pelayanan.
Suatu pelayanan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan cermat agar pelayanan tersebut dapat berjalan dengan
prima. Menanggapi hal ini, Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016 mengungkapkan:
Pelayanan dari kami sudah dilaksanakan semaksimal mungkin, entah itu pelayanan dengan cepat, tepat, dan
cermat. Kalau untuk pelayanan yang tepat, kita baru 80 karena 20 sisa nya kami butuh ke lapangan
obervasi. Sedangkan menurut Pak Agus dalam wawancara
dengan peneliti pada tanggal 15 Juni 2016, beliau mengatakan: Ya kita berusaha semaksimal mungkin, kan kita
menentukan batas waktu. Kalaupun itu meleset dari yang ditentukan ya kan pasti ada alasannya. Salah
satunya karena mungkin operatornya baru diklat
kemana atau keluar kota begitu. Selain itu ada survey ke lapangan dulu sebelum memulai proses pembuatan
IMB. Ada juga misalnya pengguna layanan yang datang ke kantor tapi tidak membawa persyaratan lengkap
sehingga dari pihak pegawai belum bisa memproses langsung.
Sedangkan untuk tanggapan dari pengguna layanan
sendiri, menurut Pak Ary dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juli 2016, beliau mengungkapkan:
Kalau di kantor sih saya rasa cepat mbak pelayanannya, cuman kemarin saya buat IMB rumah ini hasilnya agak
lama. Saya kurang tahu sebenarnya dalam ketentuan berapa hari, ya saya rasa minusnya untuk pembuatan
SK IMB nya yang agak lama mbak menurut saya. Kemudian untuk pelayanan yang tepat, saya rasa sudah
itu dalam arti sudah sesuai sama berkas yang saya ajukan dulu yaitu IMB untuk membangun rumah
tinggal. Dan yang untuk kecermatan atau ketelitian, itu sudah baik sudah sesuai dengan perizinan yang saya
ajukan. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa pegawai sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengurus setiap perizinan yang harus mereka kerjakan dengan cepat, cermat, dan tepat. Akan tetapi ada satu hal yang dirasa
pengguna layanan belum memuaskan, yaitu mengenai pelayanan yang cepat. Mereka mengeluh karena SK IMB terbit
jadinya lumayan lama, waktu yang dikerjakan oleh pegawai dirasa melebihi batas waktu proses kerja yakni maksimal 7 hari
kerja. Hal ini dikarenakan dari pihak BPMPPT sendiri sebenarnya kekurangan pegawai, jadi satu pegawai disana tidak
hanya mengampu satu perizinan saja bahkan lebih dari satu perizinan. Belum lagi untuk mengurus satu perizinan saja harus
melalui beberapa tahap yang tidak bisa dibilang sederhana. Sedangkan banyak berkas yang masuk dan pengguna layanan
meminta segera menerbitkan SK IMB sesegera mungkin, itulah yang menyebabkan SK IMB tidak dapat selesai sesuai
ketentuan. c
Respon keluhan pelanggan BPMPPT sebagai pemberi pelayanan harus merespon
setiap apa yang disampaikan oleh pengguna layanan baik itu berupa saran, kritik atau keluhan. Pengaduan berupa saran
maupun keluhan dapat dilakukan melalui tiga cara, yang pertama yaitu pengaduan secara langsung. Pengguna layanan
datang ke BPMPPT untuk menyampaikan pengaduan kepada pegawai. Yang kedua pengaduan tidak langsung yaitu secara
tertulis, dengan cara membuat surat pengaduan dan memasukkan ke kotak pengaduan. Kemudian yang ketiga
pengaduan tidak langsung, yaitu pengaduan disampaikan melalui media komunikasi lain seperti email, telepon, surat
kabar, dan lain-lain. Respon yang diberikan pegawai ketika ada pengguna
layanan yang memberi masukan ataupun keluhan, menurut Pak
Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016 yaitu:
Untuk menanggapi keluhan pelayanan kami ada beberapa sarana, salah satunya yaitu kotak saran. Kotak
saran kami sediakan di depan pintu masuk. Nanti pemohon dapat menuliskan keluhankomplain terkait
prosedur pelayanan dan juga pemohon atau pengguna layanan dapat memberikan saran. Pertama dari pihak
kami merespon, tapi kan nanti disaring entah itu keluhan maupun saran. Kalau sudah sesuai prosedur
baru kami tindak lanjuti seperti itu mbak. Sedangkan respon atau tanggapan yang diberikan
pegawai kepada pengguna layanan menurut Pak Agus dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juni 2016, beliau
mengatakan: Respon dari BPMPPT, kita selalu berusaha semaksimal
mungkin untuk segera memperbaiki kinerja pelayanan kita yang mungkin dikeluhkan oleh masyarakat.
Istilahnya ya cepat tanggap dalam menanggapi keluhan gitu mbak.
Pengguna layanan yang akan mengajukan keluhan atau
saran mendapat respon dari pegawai, menurut Pak Ary dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juli 2016, beliau
mengatakan: Kalau untuk saya sendiri, saya pernah mengeluhkan
mengenai hasil IMB itu yang belum jadi-jadi ke salah satu pegawai lalu dari sana mengatakan akan
secepatnya menyelesaikan IMB saya dan segera menerbitkan SK IMBnya. Alasan dari sana yaitu
katanya masih banyak berkas perizinan lain yang belum diproses makanya dari sana agak keteteran ngurusnya
dan meminta kesediaan saya untuk menunggu sampai izin tersebut terbit.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa
dalam merespon keluhan pengguna layanan, terdapat tiga cara yaitu melalui pengaduan secara langsung, pengaduan tidak
langsung tertulis, dan pengaduan tidak langsung melalui media komunikasi.
4 Dimensi Assurance Jaminan
Dimensi jaminan Assurance merupakan dimensi dimana dalam suatu pelayanan pasti ada jaminan tertentu, entah jaminan
biaya ataupun yang lainnya. Untuk mengukur dimensi jaminan Assurance, dalam upaya mengetahui kualitas pelayanan IMB di
BPMPPT Kabupaten Wonosobo dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
a Jaminan tepat waktu pelayanan
Jaminan tepat waktu sangat diperlukan oleh pengguna layanan agar pengguna layanan merasa yakin dengan waktu
yang diberikan oleh penyedia layanan. BPMPPT memiliki ketentuan waktu dimana proses pelayanan pembuatan IMB
dilaksanakan selama 7 hari kerja. Menurut Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti
pada tanggal 30 Mei 2016, beliau mengatakan: Tidak
ada jaminan
ketepatan waktu,
karena keterbatasan tenaga dan waktu. Akan tetapi dari pihak
sini ya tentunya harus kita usahakan, kan itu sudah ada aturannya di Perda Kabupaten mbak.
Sedangkan menurut Pak Jono dalam wawancara dengan
peneliti pada tanggal 16 Juli 2016, beliau mengatakan: Mengenai jaminan waktu, setahu saya sih mbak ada
ketentuannya. Ketentuan nya selama seminggu apa ya kalau tidak salah. Tapi dulu sih saya hanya ngasih kritik
aja, selebihnya engga mikir masalah jaminan apa gimana cuma akhirnya saya nunggu aja izin IMB nya
terbit. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ada ketentuan mengenai lama nya proses
pembuatan IMB yakni 7 hari kerja. Namun untuk jaminan waktu sendiri dari pihak pegawai tidak bisa memberikan
jaminan, dikarenakan keterbatasan SDM dari pihak BPMPPT itu sendiri.
b Jaminan kepastian biaya dalam pelayanan
Jaminan kepastian biaya menjadi patokan BPMPPT dalam menghitung seberapa besar jumlah biaya yang harus
dikeluarkan. Biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna layanan pada pembuatan IMB bisa berbeda-beda tergantung
luas bangunan itu sendiri. Menurut Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti
pada tanggal 30 Mei 2016, beliau mengatakan:
Kepastian biaya ada, tetapi masing-masing pemohon berbeda biaya nya tergantung luas bangunan yang akan
didirikan. Sedangkan menurut Pak Ary dalam wawancara dengan
peneliti pada tanggal 15 Juli 2016, beliau mengatakan: Kalau untuk jaminan biaya itu udah jelas ada aturannya
mbak setahu saya, soalnya setiap bangunan kan beda- beda luasnya jadi biaya yang dikeluarkan juga beda
mbak. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, disimpulkan bahwa dalam setiap biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna
layanan itu berbeda-beda. Ada aturan mengenai penghitungan biaya tersebut, luas bangunan juga mempengaruhi hasil akhir
hitungan. Semakin besar luas bangunan yang ada maka biaya yang dikeluarkan pun semakin besar pula.
c Jaminan legalitas dalam pelayanan
Jaminan legalitas biaya menjadi hal yang sangat penting bagi BPMPPT dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat
berdasarkan peraturan yang ada. Jaminan legalitas diartikan bahwa segala izin yang dikeluarkan oleh BPMPPT itu sudah
pasti legal atau sah sesuai aturan pemerintah dan bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Menanggapi hal ini, Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016, beliau
mengungkapkan:
Jaminan legalitas jelas ada mbak, karena kami kan sebagai instansi resmi dari pemerintah jadi sudah pasti
legal. Senada dengan pernyataan diatas, Pak Aryadi dalam
wawancara dengan peneliti pada tanggal 3 Juni 2016 mengatakan bahwa:
Jaminan legalitas ya jelas ada lah mbak, itu kan lembaga dari lembaga dari pemerintah ya pasti resmi
atau legal. Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, bahwa jaminan legalitas jelas ada di setiap instansi pemerintah salah satunya yaitu
BPMPPT Kabupaten Wonosobo.
5 Dimensi Emphaty Empati
Dimensi emphaty empati merupakan hal penting yang menjadi tolak ukur bagaimana karakter maupun sikap pegawai
terhadap pengguna layanan dalam setiap proses pelayanan yang terjadi. Sikap pegawai yang baik akan menciptakan pelayanan
yang baik dan memuaskan. Untuk mengukur dimensi Emphaty Empati, dalam upaya mengetahui kualitas pelayanan IMB di
BPMPPT Kabupaten Wonosobo dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
a Mendahulukan kepentingan pengguna layanan
Pengguna layanan merupakan prioritas dalam proses pelayanan.
Sebagai pegawai
pelayanan sebaiknya
mendahulukan kepentingan pengguna layanan daripada kepentingan yang bersifat pribadi.
Pegawai pelayanan yang baik pasti akan mendahulukan kepentingan pengguna layanan, dalam wawancara Pak Fresty
dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016 beliau mengatakan bahwa:
Jelas kami mendahulukan kepentingan pengguna layanan dibanding kepentingan pribadi. Karena saat di
kantor memang sudah menjadi kewajiban setiap pegawai
untuk lebih
mementingkan kewajiban
pengguna layanan terlebih dahulu. Sedangkan menurut Pak Jono dalam wawancara dengan
peneliti pada tanggal 16 Juli 2016, beliau mengungkapkan: Iya mbak mereka sudah mendahulukan kepentingan
pemohon dalam proses pelayanan, karena sudah menjadi tugas mereka juga to mbak.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa pegawai sebagai pemberi pelayanan sudah melakukan tugasnya
dengan baik yang mana pegawai sudah mendahulukan kepentingan pengguna layanan daripada kepentingan pribadi.
Hal ini diperlukan demi proses pembuatan izin dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan.
b Melayani dengan sikap ramah dan sopan santun
Keramahan dan kesopanan pegawai sangat diperlukan dalam proses pelayanan agar pengguna layanan merasa senang
dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai. Pengguna layanan tentunya akan merasa dihargai ketika pegawai
pelayanan bersikap ramah dan sopan santun. Menanggapi hal ini, menurut Pak Fresty dalam
wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016, beliau mengungkapkan:
Ya tentunya sudah kita lakukan pelayanan sebaik mungkin.
Sedangkan menurut Pak Jono dalam wawancara dengan
peneliti pada tanggal 16 Juli 2016, beliau mengatakan: Sikap mereka terhadap saya baik, ramah dan sopan.
Kadang ada yang suka bercanda juga, soalnya ada salah satu teman saya yang kerja disana.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa sikap pegawai dalam melayani pengguna layanan sudah baik
karena mereka melayani dengan ramah, sopan dan santun sehingga pengguna layanan merasa betah dan puas atas
pelayanan yang telah diberikan. c
Tidak diskriminasi Dalam melayani pengguna layanan, pegawai tidak
boleh membeda-bedakan pengguna layanan yang akan
mengurus keperluannya di kantor pelayanan. Semua harus dilayani sesuai dengan nomor antrian yang disediakan.
Menurut Pak Agus dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 15 Juni 2016, beliau mengatakan:
Tentu kita tidak membedakan pengguna satu dengan yang lain, karena bagi kita pengguna layanan itu
semuanya sama jadi tidak boleh ada pembedaan. Untuk masalah nomor antrian, kalau disini dirasa belum
membutuhkan loket antrian dikarenakan dalam satu hari saja tidak mesti ada pengguna layanan yang datang.
Sedangkan menurut Pak Zulvan dalam wawancara
dengan peneliti pada tanggal 1 Juni 2016, beliau mengungkapkan:
Tidak sih mbak, menurut saya pegawai disana melayani tanpa membeda-bedakan yang lain.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa pegawai disana melayani pengguna layanan dengan tidak
diskriminatif atau tidak membeda-bedakan karena pegawai menganggap semua pengguna layanan itu sama jadi harus
diperlakukan sama. d
Melayani dan menghargai setiap pelanggan Sikap menghargai pegawai kepada pengguna layanan
yaitu menghormati setiap pengguna layanan yang datang ke kantor serta berusaha agar kebutuhan pengguna layanan dapat
terpenuhi.
Menurut Pak Fresty dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 30 Mei 2016, beliau mengungkapkan bahwa:
Sebisa mungkin kita selalu berusaha menghargai setiap apa yang pengguna layanan butuhkan. Misalnya saja
dengan menyapa serta tersenyum dengan pengguna layanan, menanyakan keperluan pengguna layanan,
memberikan
penjelasan yang
berkaitan dengan
kebutuhan pengguna layanan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Pak Zulvan dalam wawancara
dengan peneliti pada tanggal 1 Juni 2016, beliau mengatakan: Iya mereka menghargai mbak, karena saat saya masuk
kesana pegawai langsung menyambut kedatangan saya dengan ramah dan menanyakan keperluan saya.
Berdasarkan wawancara diatas dan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa sikap menghargai pegawai terhadap pengguna layanan sudah
baik. Baik dari peneliti ataupun pengguna layanan, setiap ada pengguna layanan yang masuk kesana langsung disambut baik
dan ramah.