68
No Nama
Ukuran
7 Ruang Perpustakaan
2 x 2,5 m 8
Ruang Ibadah 4 x 2 m
9 Gudang
2 x 1,5 m 10 Kolam Renang
7 x 4,5 m 11 Ruang Bilas
4 x 2,5 x 2 m 12 Ruang Kelas
40 m² Sarana yang ada di TK Laboratori Pedagogia juga cukup memadai,
hal itu bisa dilihat dari kelengkapan media pembelajaran di kelas seperti kursi, meja, papan tulis, dan alat pembelajaran seperti balok, majalah,
dan pensil warna yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar.
2. Kompetensi Pedagogik Guru
a. TK Negeri 2 Yogyakarta
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Penelitian yang telah dilakukan
di TK Negeri 2 Yogyakarta mengenai kompetensi pedagogik guru mencakup 7 tujuh sub-kompetensi yaitu pemahaman wawasan atau
landasan kependidikan,
pemahaman tentang
peserta didik,
melaksanakan atau
mengembangkan kurikulum,
perancangan pembelajaran, komunikasi dengan peserta didik atau pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pengembangan potensi peserta didik, serta penilaian dan evaluasi. Berikut ini data yang didapat
69
dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi:
1 Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memilki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada
sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis kepada mata pelajaran, guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan
dengan subjek yang dibina. Secara otentik hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dari lembaga pendidikan yang
diakreditasi pemerintah. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku wali kelas B4 TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Guru harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai untuk bisa menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif.
Kebetulan setiap guru disini sudah memenuhi kualifikasi dan sudah berkompeten dalam bidangnya, hal ini bisa dilihat dari
tingkat pendidikannya berkualifikasi pada S1 bahkan ada
yang S2” 162016 Senada dengan yang disampakan oleh ES selaku wali kelas B5
TK Negeri 2 Yogyakarta: “Semua guru di TK Negeri 2 Yogyakarta rata-rata sudah
memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Hal tersebut juga didukung oleh guru senior sehingga dalam
hal pengalaman mengajar sudah cukup” Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan merupakan
fondasi utama dalam pendidikan, hal ini perlu diperhatikan untuk
70
dapat meningkatkan kompetensi guru. Dengan memahami wawasan pendidikan dan memiliki landasan pendidikan yang sesuai seorang
guru bisa menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif, efektif, dan efisien. Hal ini dibuktikan dari data sekolah TK Negeri 2
Yogyakarta yang memiliki total 9 guru berlatar belakang pendidikan yang sesuai ditambah dengan pengalaman-pengalaman mengajar yang
mereka miliki sehingga membuat belajar mengajar menjadi efektif dan efisien.
2 Pemahaman tentang peserta didik
Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami
tahap perkembangan
yang telah
dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang
dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku guru TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Sebagai guru memang harus atau diwajibkan mengenal karakter masing-masing anak. Jadi anak yang sikapnya
agresif guru selalu mengingatkan sedangkan murid yang pendiam guru harus bisa memotivasi atau memancing anak
untuk mau berbicara, berkomunikasi, bermain dengan teman- temannya. Anak yang susah bersosialisasi akan terlihat pada
saat bermain dan bergerombol dengan teman.
” 0162016 Sama halnya dengan apa yang dijelaskan oleh ES selaku wali
kelas B5 TK Negeri 2 Yogyakarta: “Anak didik pasti memiliki karakteristik yang berbeda, cara
saya menyikapinya dengan memahami satu individu, antara satu anak dengan anak yang lain cara memahaminya harus
71
berbeda. Belajar memahami karakteristik masing-masing anak didik tidak boleh di sama ratakan setiap anak, untuk hal
pembelajaran memang sama namun untuk kekuatan, kecepatan, dan pemahaman saya tidak boleh menyamakan
karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda.
” 3152016
Setiap individu peserta didik adalah unik, masing-masing memiliki kemampuan ataupun tingkatan serta karakter masing-masing.
Penanganan anak dengan berbagai karakternya tidak bisa disama ratakan, seorang guru harus memiliki cara yang berbeda dalam
menghadapi anak sesuai dengan karakter. Hal tersebut sesuai dengan observasi peneliti pada saat mengikuti proses pembelajaran di TK
Negeri 2 Yogyakarta. Pada saat proses pembelajaran ES memiliki cara untuk menangani anak yang pendiam dan agresif. Dalam pembelajaran
ES lebih sering memberikan kesempatan berbicara lebih kepada anak yang pendiam untuk membiasakan anak berbicara didepan kelas,
sedangkan anak yang agresif atau kurang memperhatikan guru menegur dengan halus ketika ada anak yang berbicara sendiri disaat
anak-anak yang lain sedang menyanyikan lagu etika lalu lintas. Berbagai karakteristik anak memang bermacam-macam, dalam
penanganan anak yang memiliki karakteristik yang tidak bisa diam atau bisa dikatakan hyperaktif seorang guru harus memiliki cara
masing-masing dalam penanganan anak dengan karakteristik tersebut. Sebagai guru apalagi guru TK tidak baik untuk menegur anak dengan
72
nada yang tinggi, dalam menegur peserta didik harus lebih dihaluskan. Guru juga perlu menjadikan peserta didik sebagai mitra kerja atau
sahabat, dengan cara tersebut anak akan menjadi mudah untuk diatur. Hal ini dijelaskan oleh ES:
“Saya tidak mengatakan itu sebagai hyper aktif, tetapi saya katakan anak perlu perhatian khusus, Intinya adalah
menjadikan anak tersebut sabagai sahabat atau mitra kerja kita bukan menjadi musuh kita, apabila menegur anak
seharusnya tidak boleh dengan nada yang tinggi namun lebih dihaluskan lagi. Menjadikan murid sebagai teman atau mitra
kerja namun juga kita tetap menanmkan sikap disiplin kepada anak, waktunya belajar digunakan untuk belajar,
waktu bermain digunakan untuk bermain, apabila guru konsisten nanti lama-kelamaan anak akan nurut sama guru.
” 3152016
Untuk mempermudah memahami karakteristik peserta didik sebagai guru harus bisa dekat dengan anak. Menjadi guru yang disukai
oleh peserta didik menjadi hal penting untuk mempermudah guru lebih mengenal karakteristik peserta didik. Kedekatan dengan peserta didik
dibuktikan oleh hasil observasi peneliti ketika sepulang sekolah, ada seorang anak yang menangis karena belum dijemput oleh orangtuanya,
MJ sebagai guru menenangkan anak tersebut dengan mengajak bermain di halaman.
3 Melaksanakan atau mengembangkan kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara penyampaiannya
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kurikulum
73
dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-
nilai agama, kognitif, bahasa, fisikmotorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Kurikulum tidak akan
memiliki makna jika guru tidak mampu meraciknya menjadi rencana kegiatan yang akan digunakan sebagai panduan pembelajaran.
Karenanya kreativitas
guru dalam
merancang pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang ada sangatlah dibutuhkan. Untuk guru TK Negeri 2 Yogyakarta pembuatan silabus dan RPP merupakan
peran seorang guru dalam pengembangan kurikulum. Pembuatan silabus dan RPP sudah tersusun beberapa bulan sebelum tahun ajaran
baru dimulai. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku guru TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Iya beberapa bulan sebelumnya sudah harus tersusun RPP. Kita tidak RPP, kita itu rencana kegiatan harian RKH
karena kita masih mengunakan ktsp. Kalau yang 2013 itu sudah rpph,rppm.
Kita kalo untuk penyusunan, ini kan mau tahun ajaran baru masa-masa seperti ini kita menyusun
program dari silabus yang terdiri dari berbagai macam, ada program semester, tema sub-tema, rppm, rpph, dan rencana
penilaian yang sudah ada. Besok sebelum ajaran baru dimulai itu semua sudah ditandatangani sama dinas pendidikan yang
namanya kurikulum ktsp. Didalam ktsp itu ada dokumen 1 dan dokumen 2 yang dimiiki semua guru.
” 162016 Senada dengan penjelasan dari ibu ES selaku wali kelas B5:
“Pasti menyusun satu bulan atau dua bulan sebelum tahun ajaran baru dari program semester, mingguan, harian harus
sudah agar kegiatan menjadi lebih lancar. ” 3152016
74
4 Perancangan pembelajaran
Sebagai seorang guru harus mengetahui apa yang akan diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan model dan media
pembelajaran setiap akan mengajar. Dalam hasil wawancara di TK Negeri 2 Yogyakarta setiap guru memiliki model pembelajaran yang
berbeda-beda. MJ selaku guru atau wali kelas B4 menggunakan model pembelajaran sudut. Peserta didik bebas memilih sudut mana yang
akan mereka kerjakan terlebih dahulu sesuai dengan minat mereka. Setiap hari akan ada 3 sudut yang mereka pilih untuk pembelajaran
inti. Untuk pembelajaran pembuka tidak perlu menggunakan sudut, akan tetapi guru harus selalu menanamkan sudut ketuhanan dan sudut
budaya, seperti berdoa dan menyanyikan lagu-lagu daerah untuk mengawali pembelajaran
“Pembelajaran menggunakan model pembelajaran sudut, setingnya dibentuk sudut setiap hari anak didik membukanya
tidak setiap sudut, tetapi beberapa sudut yang dibuka, anak- anak bebas memilih sudut mana yang mereka inginkan
terlebih dahulu, guru tetap memberi kebebasan kepada anak untuk memilih sudut mana yang akan dikerjakan. Sudut yang
ada sudut keagamaan, sudut budaya, sudut alam sekitar, sudut keluarga, dan sudut pembangunan. Paling tidak untuk
pelajaran inti ada 3 sudut yang dibuka, anak-anak bebas memilih apa yang ingin mereka kerjakan terlebih dulu dalam
sudut manapun yang mereka inginkan, untuk pembukaan tidak perlu diberi sudut namun sudut ketuhanan tetap masuk
dalam pembukaan. Sudut budaya juga harus diberikan setiap hari, setiap hari guru menanamkan budaya dan karakter
kepada anak dengan sikap doa, berdoa sebelum kegiatan, menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pembelajaran, dan
percakapan-percakapan dengan tembang budaya
” 162016
75
Berbeda dengan model pembelajaran yang dipakai oleh ES selaku
wali kelas B5. ES menggunakan model pembelajaran sentra dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Dengan model pembelajaran sentra guru berperan aktif dalam pembelajaran. Saat pembelajaran
berlangsung guru terlihat berkeliling untuk mengecek satu persatu pekerjaan peserta didik. Peserta didik membentuk sebuah lingkaran
dan guru berada di tengah-tengah peserta didik. Jadwal untuk sentra berbeda-beda setiap harinya. Hal ini dijelaskan oleh ES selaku wali
kelas B5: “Model pembelajaran yang kita gunakan sentra. Setiap hari
mempunyai jadwal sentra yang berbeda-beda, Senin MMP membaca menulis permulaan, Selasa Imtaq atau agama,
Rabu sentra bermain peran, Kamis sentra bermain balok, Jumat bahan alam, dan Sabtu seni dan
musik”. 3152016 Sedangkan untuk media pembelajaran, setiap guru sudah
merancang media pembelajaran masing-masing, yang bisa membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Setiap guru sebisa mungkin
untuk membuat atau merancang alat peraga yang menarik agar pembelajaran tidak monoton yang bisa membuat peserta didik menjadi
bosan. Hal ini membuktikan bahwa sebelum pembelajaran dimulai setiap guru sudah merencanakan media atau alat peraga yang akan
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini dijelaskan oleh TH selaku Kepala Sekolah TK Negeri 2 Yogyakarta:
76
“Untuk masalah media pembelajaran setiap guru sudah memiliki alat peraga masing-masing, mereka harus
merencanakan alat peraga atau media yang bisa menarik rasa ingin tahu peserta didik. Apabila alat peraga yang mereka
gunakan menarik dan tidak monoton sudah pasti anak akan antusias
dalam mengikuti pembelajaran yang ada.” 262016
5 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Pada anak-anak usia dini, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya
belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik dan
tidak monoton. Stimulus-stimulus seperti pemberian motivasi dan pemberian bonus untuk anak yang dapat mengerjakan tugas akan
sangat penting untuk merangsang anak menjadi aktif dalam pembelajaran. Hal ini disampaikan oleh MJ wali kelas B5:
“Stimulus yang digunakan adalah dengan motivasi yang berupa ucapan-ucapan, kemudian reward dan bonus berupa
bintang yang kemudian ditempelkan di tempat anak mengerjakan. Bisa juga dengan cara pujian-pujian lalu bisa
juga dengan memperlihatkan alat peraga yang bisa membuat anak menjadi senang dan antusias dalam pembelajaran.
Kegiatan dibuat korelasi misal disudut pembangunan itu membangun bangunan yang tidak harus dengan balok-balok,
seperti bisa membuat bentuk-bentuk kertas yang kemudian potongan kertas tersebut ditempel atau dibentuk
” 162016 Berbeda dengan ES selaku wali kelas B5 yang menggunakan
media seperti gambar yang ada dalam majalah. Gambar yang menarik akan membuat peserta didik antusias dalam mengikuti pembelajaran
77
“Ketika proses pembelajaran berlangsung saya menggunakan suatu gambar untuk merangsang agar anak berani menjawab.
Dengan diberikan rangsangan gambar atau alat peraga anak- anak akan menanyakan dan menyebutkan apa yang ada pada
gambar tersebut..
” 3152016 Dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik kegiatan proses
pembelajaran pasti akan memiliki tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap guru pasti akan menginginkan tercapainya tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. Guru
mempunyai cara
masing-masing untuk
menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada
peserta didik.
Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik bisa dengan memperkenalkan tema yang akan dipelajari. Tentu setiap tema akan
memiliki tujuan pebelajaran yang berbeda-beda. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku guru TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Iya kita mengenalkan tema. Setiap hari kita pagi pagi sudah menyambut anak dari luar itu sudah jadi sop kita untuk
menyambut kedatangan anak. Nanti pada saat dikelas diabsen, setiap guru mempunyai cara yang berbeda dalam
mengabsen anak didiknya. Setelah selesai pembukaan sebelum masuk inti kita menanyakan tema pada hari kemarin
dan menjelaskan tema pada hari ini, kalau ganti tema kita harus bilang kepada anak-anak karena setiap tema akan
memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda” 162016 Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti saat mengikuti proses
pembelajaran di kelas B4 dengan wali kelas MJ. Pada awal pembelajaran MJ mengenalkan tema yang akan dibahas pada hari itu.
78
Tema pada saat itu adalah alam semesta dengan sub-tema hujan. Guru menjelaskan berbagai hal mengenai hujan dengan tujuan agar anak-
anak tahu apa yang harus mereka lakukan ketika sedang turun hujan. Berbeda dengan ES selaku wali kelas B5 TK Negeri 2
Yogyakarta. Setiap pembelajaran pasti memiliki tujuan pembelajaran yang harus dicapai, akan tetapi tujuan pembelajaran itu tidak perlu
disampaikan secara lisan atau langsung oleh guru kepada peserta didik apalagi untuk peserta didik usia dini seperti di TK. Peserta didik pada
akhirnya akan mengetahui tujuan pembelajaran disaat mereka sudah mengikuti proses pembelajaran.
“Iya pasti ada tujuannya, tetapi kita tidak perlu menyebutkan atau menyampaikan tujuan itu kepada anak didik kita secara
langsung namun pada akhirnya anak didik akan mengerti tujuan pembelajaran. Seperti tadi saya menanyakan ada
gambar apa saja kepada anak didik, tujuan saya supaya anak didik menjadi teliti dalam mengamati gambar, anak cermat,
dan berani untuk menyebutkan. Semua pasti ada tujuannya akan tetapi tidak perlu disampaikan kepada anak.
” 3152016
Proses belajar mengajar dibutuhkan komunikasi yang baik antar guru dan peserta didik untuk dapat mewujudkan proses pembelajaran
yang dialogis. Peserta didik berkomunikasi secara langsung dengan guru, dan guru memeriksa dan mendampingi saat siswa mengerjakan
tugas. Agar supaya guru dapat berinteraksi dengan siswa dan dapat melaksanakan
pembelajarannya secara
efektif, kemampuan
komunikasi merupakan salah satu syarat. Guru harus bisa
79
berkomunikasi secara efektif dengan siswa agar pesan-pesan pembelajarannya dapat dipahami oleh para siswa. Sikap saling
menghargai juga akan membuat peserta didik merasa nyaman dan akan menghargai guru yang telah memberi kenyamanan tersebut. Hal ini
dijelaskan oleh ES selaku wali kelas B5: “Menjadikan murid sebagai teman atau mitra kerja namun
juga kita tetap menanmkan sikap disiplin kepada anak, waktunya belajar digunakan untuk belajar, waktu bermain
digunakan untuk bermain, apabila guru konsisten nanti lama- kelamaan anak akan nurut sama guru.
” 3152016 Hal ini sejalan dengan pengamatan peneliti saat mengikuti proses
belajar mengajar di kelas B5. ES selaku guru di kelas sangat dekat dengan peserta didik yang ada di kelas. Peserta didik terlihat nyaman
berinteraksi dengan guru. Kedekatan yang terjadi membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran, semua peserta didik terlihat tidak
takut untuk menanyakan sesuatu yang ingin diketahui.
6 Pengembangan potensi peserta didik
Sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi pedagogik yang baik
harus mampu
membantu peserta
didik untuk
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Peserta didik sebagai individu
memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Salah satu wahana untuk mengembangkan potensi peserta didik adalah dengan
kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas
80
pada situasi-situasi non pembelajaran. Di TK Negeri 2 Yogyakarta sendiri terdapat banyak sekali ekstrakurikuler yang dapat membantu
anak dalam mengembangkan potensi dirinya. Seperti yang dijelaskan oleh ES selaku guru B5 TK Negeri 2 Yogyakarta:
“TK Negeri 2 Yogyakarta memiliki banyak wadah untuk masalah pengembangan potensi. Pengembangan potensi
peserta didik disini ada pembelajaran MMP Membaca Menulis Permulaan yang pandai dalam akting bisa bermain
peran bawang merah bawang putih kemudian ada membaca iqro, vokal atau bernyanyi, bermain drum, renang, komputer,
bahasa Inggris, melukis, senam, drumbband, dan fashion show. Kegiatan tergantung dari minat anak sendiri.
” 3152016
Kegiatan ekstrakurikuler di TK Negeri 2 Yogyakarta sangat beragam, mulai dari yang wajib diikuti oleh semua peserta didik dan
ada juga yang sesuai dengan bakat dan minat dari peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua peserta didik
diantara lain adalah komputer, Bahasa inggris, dan melukis. Sedangkan ekstrakurikuler seperti menari, vocal, senam, dan fashion
show itu tergantung minat dan bakat peserta didik. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku wali kelas B4 TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Di ekstrakurikuler masing-masing itu ada yang tetap atau wajib dan ada juga yang bisa memilih, jadi apabila ada siswa
yang berpotensi di fashion show dan orangtuanya mendukung dia akan kita masukan ke ekstrakurikuler
tersebut begitu juga dengan drumband, apabila anak ingin masuk ekstra drumband nanti pada saat kegiatan akan terlihat
potensinya, misal anak yang tidak mau ikut drumband nanti dia juga pasti akan tidak nyaman untuk ikut. Anak yang
berminat pada suatu ekstrakurikuler akan kita bombing sedangkan untuk anak yang tidak berminat akan kita
81
konfirmasikan kepada orangtua anak tersebut. Kalau untuk ekstrakurikuler yang wajib disini ada komputer,, bahasa
inggris, dan melukis berbeda dengan menari yang kita masukan ke ekstrakurikuler yang tidak wajib karena tidak
semua anak berpotensi atau memiliki minat pada ekstrakurikuler menari.
” 162016 Dalam kegiatan ekstrakurikuler, TK Negeri 2 Yogyakarta
kebanyakan mendatangkan guru ektrakurikuler dari ISI karena dianggap lebih ahli dalam bidangnya agar kegaiatan pengembangan
potensi peserta didik lebih maksimal. Guru TK Negeri 2 Yogyakarta berperan
sebagai koordinator
dan pendamping
kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dijelaskan oleh TH selaku kepala sekolah TK
Negeri 2 Yogyakarta: “Disini untuk pengembangan diri sudah ada kegiatan
ekstrakurikuler yang
menjadi wadah
peserta didik
mengembangkan potensinya. Peran guru disini hanya mendampingi saja dikarenakan sudah ada guru dari luar
untuk kegiatan ekstrakurikuler. Untuk kegiatan ekstra melukis memang semua guru bisa dan mengetahui cara
mengembangkan diri akan tetapi untuk kegiatan ekstra seperti fashion dan renang kita mengambil guru-guru yang
memang kami anggap ahli, kebanyakan kami mengambil dari ISI.
” 262016
7 Penilaian dan evaluasi hasil belajar
Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi
dimaksudkan untuk
mengukur ketercapaian
tujuan-tujuan pembelajaran tertentu. Cara penilaiannya bisa menggunakan berbagai
cara, diantaranya dengan observasi, percakapan, unjuk kerja, hasil
82
karya, dan penugasan. Hasil-hasil penilaian ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan, mendiagnosis kelemahan-
kelemahan atau kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik. Hal ini dijelaskan oleh ES selaku wali kelas B5 TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Cara kita mengevaluasi berkaitan dengan tujuan pembelajaran tadi, apakah anak sudah berani menyampaikan
pendapat, teliti, rapi, dan komunikatif. Cara menilai di TK ini dibagi menjadi beberapa kriteria mulai dari mulai
berkembang, belum berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik, menilainya sesuai
dengan indikator yang kita gunakan. Alat penilaiannya adalah dengan cara observasi, percakapan, unjuk kerja, hasil
karya, dan penugasan. Rapor yang diberikan nanti berupa narasi.
” 3152016 Hal yang dievaluasi atau dinilai di TK Negeri 2 Yogyakarta tidak
hanya dari hasil, akan tetapi proses perkembangan anak akan dilihat dari hari-kehari. Dengan catatan anekdot guru membuat catatan
kegiatan perkembangan anak dari hari ke hari. Guru mengevaluasi hasil belajar anak dengan melihat bagaimana saat anak menyelesaikan
tugas, apabila anak menyelesaikan tugas dengan mandiri akan diberikan nilai mulai berkembang. TK Negeri 2 Yogyakarta memiliki
penilaian dengan kategori mulai berkembang, belum berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik. Hal ini yang
dijelaskan oleh MJ selaku wali kelas B4: “Kita disini tidak hanya menilai hasilnya, prosesnya juga kita
nilai. Dengan catatan anekdot kita membuat catatan kegiatan anak sehari-sehari, untuk kurikulum 13 yang dicatat dari pagi
sampai akhir tetapi untuk saat ini kita masih belum mencatat
83
keseluruhan hanya untuk hal-hal yang luar biasa saja, misalnya ada anak yang belum bisa membuat sesuatu
akhirnya bisa membuat sesuatu, anak yang belum bisa ngomong sudah bisa ngomong, tidak hanya yang jelek saja
yang baik juga akan dicatat. Kita mengevaluasi dengan melihat saat murid menyelesaikan tugas, seandainya ada
murid yang hasil melingkari atau menghitungnya bagus namun dia melihat pekerjaan teman ata saat disuruh
menghitung sendiri masih belum bisa tidak mandiri itu kita beri nilai baru mulai berkembang. Disini menilainya dengan
baru
mulai berekembang,
belum berkembang,
dan berkembang sesuai harapan, apabila anak sudah bisa sendiri
dan cepat dalam menyelesaikan tugas berarti dia sudah berkembang
sesuai harapan atau berkembang sangat baik” 162016
Dalam proses evaluasi perkembangan anak usia dini apabila ditemukan anak yang hasil belajarnya belum mencapai kompetensi
yang sesuai, maka guru akan memberikan perbaikan pengayaan untuk mendorong anak mencapai potens yang optimal. Sebaliknya jika ada
anak yang sudah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan maka guru akan memberikan reward agar anak termotivasi untuk dapat
berkembang lebih baik lagi. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku wali kelas B5:
“Untuk anak yang sudah mempunyai kemampuan tinggi akan diberikan bonus dan untuk anak yang kurang atau belum bisa
akan ada perbaikan pengayaan ” 162016
Seorang guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar
maupun dalam proses perbaikan pengayaan atau evaluasi. Perbaikan pengayaan diberikan dengan cara mendampingi dan memberi petunjuk
84
kepada anak yang belum bisa mencapai standar kompetensi. Peserta didik diberi petunjuk dan diberi motivasi lebih dalam mengerjakan
sesuatu supaya dapat lebih teliti. Hal ini dijelaskan oleh ES selaku wali kelas B4:
“Untuk anak yang sudah paham kita minta untuk lanjutkan, namun untuk anak yang belum ya kita motivasi,
mendampingi, dan memberi petunjuk supaya dalam mengerjakan sesuatu untuk lebih teliti dengan tidak
membantu anak mengerjakan tugasnya. Kita sebagai guru tidak boleh langsung membantu mengerjakan tugas anak
didik, tetapi harus dengan cara memberi petunjuk supaya siswa bisa berusaha sendiri dan tidak bergantung pada orang
lain atau dengan kata lain mandiri
” 3152016
b. TK Laboratori Pedagogia